18. Mundur.

337 62 4
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan coment!

Dan yang belum follow akun wp aku di follow dulu ya!

Happy Reading!

•••

Plak!

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Kenzo, sudut bibir pemuda itu sudah robek, pemuda itu tampak biasa saja, tamparan itu sudah makanan ia setiap harinya, jadi ia sudah terbiasa.

Kusuma menatap tajam ke arah anak pertamanya, tatapannya menyiratkan sebuah amarah yang amat besar.

"KENAPA BUKAN KAMU YANG MENJADI PERWAKILAN OLIMPIADE ITU, KENZO?!" ucap Kusuma dengan nada tinggi. Kenzo hanya menunduk, bukan ia takut tapi percuma Papanya itu tidak akan pernah mendengar penjelasannya.

"Jawab Papa kamu, Ken!" Hanum, sang Mama juga ikut membentaknya.

Kenzo menatap sang Papa dan Mamanya. "Apa jika aku menjelaskan semuanya kalian akan mendengarkannya?" tanya Kenzo tersenyum tipis.

Plak!

Lagi, Kusuma kembali menamparnya.

"Sudah berani melawan kamu? Mana sopan santun kamu, Ken!" Bentak Kusuma.

"Aku capek, Pa, Ma. Ken, capek! Ken, pengen istirahat walaupun sebentar, Ken capek selalu nurutin obsesi Papa yang terlalu besar sama Ken. Selama ini Ken selalu memberikan yang terbaik buat kalian, setiap malam Ken belajar demi sebuah angka satu yang kalian inginkan, tapi Ken nggak sanggup Pa, Ma! Ken nggak sanggup mengalahkan Azka dan Arsya mereka terlalu hebat untuk Ken. Ken capek, Ken pengen istirahat," ucap Kenzo mata pemuda itu sangat letih. Ia hanya ingin istirahat, istirahat dari dunia yang sangat membuatnya menderita.

"Kamu keterlaluan Kenzo! Kami berbuat seperti ini karena kami peduli dengan kamu, nggak pantes kamu berbicara seperti itu seolah-olah kamu yang paling menderita disini!" ucap Hanum.

Kenzo tersenyum tipis. "Menderita? Aku memang sangat menderita Ma," ucap Kenzo.

BUGH!

Satu bogeman mendarat di wajah Kenzo, hal itu membuat Kenzo tersungkur ke lantai.

"Sekarang kamu masuk ke dalam kamar! Renungkan kesalahan kamu! Dan Papa tidak mau tahu kamu harus bisa menjadi perwakilan olimpiade itu, atau tidak adik kamu akan Papa perlakukan seperti ini juga!" Ancam Kusuma membuat Kenzo khawatir terhadap adiknya.

"Jangan pernah sakitin Keysha Pa! Dia nggak tau apa-apa soal ini, sakitin Ken aja, jangan Keysha!" Mohon Kenzo, namun di hiraukan oleh Kusuma dan Hanum, kedua manusia itu pergi menyisakan luka yang dalam di kedua hati anaknya.

Keysha gadis cantik yang masih SMP kelas satu itu menangis, ia menyaksikan bagaimana Kakaknya di siksa oleh kedua orangtuanya. Keysha keluar dari tempat persembunyiannya, ia berlari kearah Kenzo.

"Kak! Kakak nggak apa-apa? Hiks, maafin Key, Key nggak bisa nolong kakak!" ucap Keysha tangis gadis itu pecah di dalam pelukan Kenzo.

Kenzo berusaha tetap tegar, ia berikan senyuman tulus kepada Keysha. "Kakak baik-baik aja, Key. Jangan nangis, mana adik Kakak yang kuat, hm?" ucap Kenzo menatap lembut wajah Keysha.

"Nggak! Kakak nggak baik-baik aja. Berhenti bersikap seolah-olah kakak baik-baik aja, Key nggak suka! Dunia harus tahu sesakit apa kakak sekarang, hiks!" ucap Keysha.

"Maaf, maaf belum bisa jadi kakak yang terbaik buat kamu, Key," ucap Kenzo pelan menyisakan tangisan pilu dari Keysha.

•••

Hari kedua acara Pra milad Angkasa High School sebelum malam puncak ulang sekolah. Hari kedua ini sama saja dengan hari pertama, sangat ramai, seluruh murid tampak antusias mengikuti acaranya yang sudah disusun oleh para anggota OSIS. Dari mulai turnamen badminton antar kelas, dan juga sepakbola.

Hawa berjalan beriringan dengan Arsya, sang ketua OSIS itu tampak sibuk dengan berkas-berkas laporan kegiatan ulang tahun tersebut.

"Bagus, laporan kegiatan lo semuanya ke data disini, thanks lo udah bantuin kita, kalau nggak ada lo mungkin acara ini nggak selancar sekarang," ucap Arsya.

"Sama-sama, aku senang membantunya," ucap Hawa.

"Jadi lo nggak mau masuk OSIS aja?" tawar Arsya.

"Kalau tentang itu aku pikir-pikir dulu ya?" ucap Hawa.

Arsya mengangguk. "Gue nggak akan maksa lo," ucap Arsya.

"Lo nggak mau tampil buat malam puncak besok?" tanya Arsya.

"Nggak, aku jadi penonton aja," jawab Hawa, bukannya ia tak punya bakat untuk di tampilkan hanya saja ia sedang malas.

"Sayang banget, padahal gue pengen tau bakat lo apa," ucap Arsya membuat Hawa terkekeh pelan.

"Hawa!" Seruan dari belakang membuat Hawa dan Arsya terhenti. Ternyata yang memanggilnya adalah Aslan.

"Iya?"

"Lo di panggil Pak kepala sekolah, disuruh keruangan beliau," ucap Aslan.

"Ar, aku ke ruangan Pak kepala sekolah dulu ya, assalamualaikum," pamit Hawa.

"Waalaikumsalam."

Hawa berjalan menuju ruang kepala sekolah, sebelum masuk ia mengucapkan salam terlebih dahulu barulah ia masuk kedalam ruangan itu.

Di dalam ruangan terdapat Pak kepala sekolah dan Bu Sonia, keduanya menatap Hawa seraya tersenyum.

"Ada apa Pak memanggil saya?" tanya Hawa.

"Duduk dulu nak," ucap Pak kepala sekolah, Hawa pun mengangguk singkat lalu duduk di kursi berhadapan dengan Pak kepala sekolah.

"Sebelumnya kami minta maaf, karena memutuskan ini secara tiba-tiba. Hawa, kami selaku pihak sekolah memutuskan agar kamu tidak perlu menjadi perwakilan olimpiade nanti, posisi kamu akan di gantikan oleh Kenzo teman sekelas kamu," ucap Pak kepala sekolah membuat Hawa terkejut.

"Maaf pak, tapi apa alasan bapak memutuskan ini secara tiba-tiba? Bukannya saya sudah berusaha keras untuk olimpiade nanti?" tanya Hawa sopan.

"Sekali lagi kami minta maaf atas kelalaian kami. Dilihat dari segi data kamu masih sangat baru di SMA Angkasa, sedangkan Kenzo, Azka dan Arsya adalah murid terpintar di sekolah, jadi untuk kesejahteraan bersama kami memutuskan posisi kamu di gantikan oleh Kenzo," ucap Pak kepala sekolah.

Hawa tersenyum. "Baik pak, terimakasih sebelumnya sudah mempercayakan ini kepada saya. Semoga Kenzo, Arsya dan Azka memberikan yang terbaik untuk sekolah ini," ucap Hawa tulus tak ada sorot kesedihan yang terpancar di wajahnya.

Titik Terbaik TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang