28. Perasaan bersalah yang berlanjut.

393 50 6
                                    

Di dalam sebuah ruangan terdapat pemuda yang tengah duduk, tangannya terus mengotak-atik ponselnya.

"Hp kamu kenapa kak?" tanya Indri sang ummi.

"Ini lho mi, hp Kahfi rusak, malahan foto-foto Kahfi semuanya di sini, apalagi kenang-kenangan di Yaman, masa harus ilang gitu aja," ucap Kahfi.

"Udahlah Kak, ikhlasin aja, lagian sih kakak nggak mau di jaga baik-baik hpnya," ucap seorang gadis yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Enak aja, kakak udah berusaha buat jaga hp ini, tapi namanya musibah nggak ada yang tau, Na," ucap Kahfi kepada adiknya itu

Aina menghembuskan nafas pelan. "Yaudah ayo Aina anter kakak ke counter siapa tahu bisa hpnya di perbaiki," ucap Aina.

"Ide bagus, ayo sekarang Na!" ucap Kahfi. Aina mengangguk singkat.

"Mi, Kahfi sama Aina izin keluar ya mau perbaiki hp," ucap Kahfi.

"Yaudah hati-hati ya, jaga adik kamu Kak," Pesan Indri.

"Siap mi!" Ucap Kahfi. Kedua pun mencium punggung tangan kanan Indri.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kahfi dan Aina pun keluar dari dalam rumahnya, Kahfi segera mengeluarkan motor Vespa birunya dari dalam Garasi.

"Ayo Na naik," ucap Kahfi.

"Kak, kenapa nggak beli motor baru sih? Sekarang udah zaman modern lho masa kakak masih mau pake motor Vespa gini, emang nggak malu?" tanya Aina.

"Ngapain malu? Emang ini motor curian, lagian ini motor kesayangan kakak. Udah Na naik," ucap Kahfi.

"Iya iya," ucap Aina, yang langsung naik di belakang Kahfi.

Kahfi mengendarai motornya dengan sangat pelan, sesekali mereka menghirup udara segar di Bandung. Selama mereka tinggal di Yaman ia tidak pernah merasakan udara sesejuk ini.

Sampai pada akhirnya Kahfi dan Aina pun sampai di counter HP, segera Kahfi dan Aina memasuki gedung itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang wanita pegawai counter itu.

"Hp saya rusak mbak, karena kesiram air. Apa bisa mbak di perbaiki?" tanya Kahfi.

"Mari saya lihat."

"Ini Mbak."

"InshaAllah bisa, mungkin kalian bisa mengambil hp ini besok siang," ucap pegawai itu.

Kedua mata Kahfi berbinar-binar. "Alhamdulillah, makasih Mbak! Besok siang saya kesini lagi. Assalamualaikum," pamit Kahfi.

"Waalaikumsalam."

"Nah gimana? Seneng kan ternyata hpnya bisa diperbaiki?" tanya Aina.

"Ya seneng banget dong. Yang penting kenangan di hp itu jangan sampai hilang," ucap Kahfi.

"Jadi gimana sama Mbak yang nggak sengaja siram hp kakak, masih nggak mau di maafin juga?" Tanya Aina, ia memang tahu insiden itu karena Kahfi sendiri yang cerita kepadanya.

Sesaat Kahfi terbayang dengan wajah Hawa yang penuh dengan penyelesalan. Pasti gadis itu masih di hantui dengan perasaan bersalah.

"Gimana kak? Nggak mau di maafin? Allah aja maha pemaaf lho masa kakak nggak?" tanya Aina.

"Kakak udah maafin dia kok, cuman kemarin kakak kebawa suasana aja jadi kesel sama dia," ucap Kahfi.

"Alhamdulillah, jadi kakak mau minta maaf sama mbak itu?" tanya Aina.

Titik Terbaik TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang