30. Minta maaf

374 45 6
                                    

Kahfi melototkan kedua matanya saat tahu siapa yang datang. Perempuan itu, dia adalah Hawa perempuan yang terlibat insiden dengannya.

"Udah lama nggak kesini Hawa?" ucap Fauzan di sertai senyuman.

"Iya maaf Zan, aku kemarin di sibukkan dengan beberapa kegiatan," ucap Hawa.

"Oh iya, Kahfi. Ini perempuan yang tadi Abang ceritakan, dia Hawa seangkatan sama Abang," ucap Fauzan memperkenalkan Hawa kepada Kahfi.

Hawa menatap Kahfi dengan terkejut, sedangkan Kahfi menatap Hawa dengan datar, membuat Hawa kembali di hantui rasa bersalah.

"Yuk silakan masuk ke dalam, bu Ratih sedang keluar jadi maaf ya nggak bisa nyambut kalian," ucap Fauzan, bu Ratih adalah pemilik Panti asuhan Bahagia.

Semuanya tampak menyetujuinya, lalu duduk di sofa yang terdapat diruang tamu.

"Saya ambilkan minum dulu ya," ucap Fauzan.

"Iya Bang," ucap Aina.

Rasa canggung kini meliputi hati Hawa. Kahfi pemuda itu masih saja tak mau membuka suara.

"Maaf..." ucap Hawa pada akhirnya.

"Maafkan saya Kahfi, saya benar-benar tidak sengaja merusak ponsel kamu," ucap Hawa.

Aina langsung paham arah tujuan Hawa. Jadi, ia adalah perempuan yang Kakaknya ceritakan.

"Kak, katanya mau di maafkan mbaknya?" Bisik Aina.

Kahfi menghembuskan nafas panjang, lalu menatap Hawa. "Iya saya maafkan," ucap Kahfi, membuat Hawa tersenyum senang.

"Yang bener? Kamu ikhlas kan memaafkan saya?" tanya Hawa lagi.

"Iya saya ikhlas, cuman kalau mbak jalan harus hati-hati. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi," ucap Kahfi.

"Iya, InshaAllah kedepannya saya akan hati-hati," ucap Hawa.

Tok...Tok...Tok...

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Fauzan yang sudah kembali langsung keluar membukakan pintu.

Tubuh Fauzan seketika bergetar hebat, matanya tiba-tiba terasa pedih, rongga dadanya seakan sangat sesak, saat tahu siapa yang datang.

"M-mau apa kalian kesini?" tanya Fauzan dengan gemetar.

Hawa dan Kahfi yang melihat Fauzan ketakutan segera menyusulnya.

"Lho Azka?" ucap Hawa, saat mendapati Azka, Arsya dan para anggota inti Geng Alaska datang.

Azka dan Arsya tampak terkejut melihat Hawa yang bisa berada di sini.

"K-kalian ngapain kesini?!" Tanya Fauzan. Hawa yang paham langsung menenangkan Fauzan.

"Zan, tenangkan diri kamu. Mereka nggak akan nyakitin kamu," ucap Hawa.

"Gue dan temen-temen gue kesini berniat baik. Gue dan temen-temen gue mau minta maaf atas kejadian dulu yang pernah gue lakuin ke lo. Maafin gue Zan, gue emang cowok brengsek, lo boleh mukul gue sepuasnya lo, karena gue dulu sekejam itu sama lo," ucap Azka.

"Kamu nggak tau Ka, udah berapa hal yang udah saya lewati buat hilangin trauma itu. Kayaknya dengan membalas hal keji dengan hal keji lagi bukan tipe saya, dan hal itu nggak akan bisa menghilangkan trauma saya," ucap Fauzan.

"Zan, plis maafin kita. Alaska yang sekarang bukan Alaska yang kejam seperti dulu," ucap Alan.

"Gue janji akan membawa lo lagi ke SMA Angkasa Zan," ucap Azka.

Fauzan terdiam, ia menunduk, sekelebat bayangan atas perlakuan Azka dengannya kembali berputar di otaknya.

"Zan, jangan melihat ke belakang, lihatlah ke depan. Melihat ke belakang hanya membuat kamu kembali sakit. Percaya sama aku, Azka sekarang bukan Azka yang dulu. Memaafkan memang sulit tapi hadiahnya selangit. Bukankah Allah saja maha pemaaf?" ucap Hawa lembut.

"Baik, saya sudah memaafkan kalian. Terimakasih Hawa sudah mengingatkan," ucap Fauzan.

Azka tersenyum. "Makasih, makasih banyak. Lo besok sudah bisa kembali ke Angkasa, lo berhak mendapatkan beasiswa lo lagi," ucap Azka membuat Fauzan tersenyum senang.

"Makasih," ucap Fauzan.

"Kenzo, dia kemana?" tanya Fauzan.

Semuanya menunduk, membuat Fauzan heran.

"Kenzo, dia sudah di syurga," ucap Arsya.

Fauzan melototkan kedua matanya. "S-sejak kapan?" tanya Fauzan.

"Sudah dua bulan yang lalu, dia sakit," ucap Arsya sorot matanya memancarkan kesedihan.

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un."

"Alhamdulillah hati antum tergerak untuk minta maaf sama Bang Fauzan sebelum ajal menjemput. Bersyukurlah Allah masih sayang sama antum," ucap Kahfi kepada Azka.

"Gue sangat bersyukur dengan hal itu," ucap Azka.

"Jangan jadikan kekuasaan antum untuk menindas orang lain kak," ucap Kahfi lagi.

"Thank nasihatnya," ucap Azka yang di balas anggukan singkat oleh Kahfi, sesaat senyuman tercipta di wajah Hawa, ada kedamaian di dalam dirinya saat melihat Azka sudah berubah sejauh ini.

"Semoga perubahan kamu memang benar karena Allah Ka," batin Hawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Titik Terbaik TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang