27. Insiden.

295 43 8
                                    

Selepas makan bersama dengan Salamah dan Wardah, Hawa segera pamit untuk membantu Neneknya menyambut para tamu, sebenarnya bukan karena Hawa ingin membantu Neneknya tapi karena ia ingin melarikan diri dari rasa canggungnya kepada Wardah dan Salamah yang mengaku sebagai sahabat mendiang Umminya.

Hati Hawa terasa sesak, sejujurnya ia sangat nyaman di ajak bicara oleh Wardah dan Salamah, namun ketika Hawa melihat mereka, hati Hawa berdesir hebat, kerinduannya kepada Umminya semakin menjadi. Jika Umminya masih hidup mungkin umminya akan terus bersama dengan kedua sahabatnya. Namun nyatanya umminya sudah pergi, pergi ke tempat yang jauh.

"Ya Allah Mba, kalau jalan hati-hati, air minum Mba kenain baju saya dan hp saya," ucap seorang laki-laki, membuat Hawa tersadar dari lamunannya.

Benar saja, ternyata minuman yang Hawa bawa tumpah mengenai baju seorang laki-laki, dan lebih parahnya hp laki-laki itu tersiram oleh air minumnya. Astagfirullah, kenapa dirinya bisa tak sadar?

"Maaf, saya nggak sengaja," ucap Hawa merasa bersalah.

Laki-laki itu terus mengusap layar HP-nya dan berkali-kali untuk menyalakannya namun tidak bisa, Hawa yang melihatnya makin merasa bersalah.

"Hpnya mati ya?" tanya Hawa.

Laki-laki itu menatap Hawa. "Iya, Mba nggak liat hp saya mati?" ucap laki-laki itu.

"Sekali lagi maafin saya, saya nggak liat," ucap Hawa.

"Kata maaf emang bisa mengembalikan hp saya mbak? Masalahnya hp saya ini nyimpen kenangan yang banyak. Ya Allah mbak, makanya mbak kalau jalan tuh jangan bengong," ucap laki-laki itu.

"Terus saya harus lakuin apa biar di maafin sama kamu?" tanya Hawa.

"Mana saya tau, mbak pikir sendiri lah. Udahlah saya jadi badmood," ucap laki-laki itu berlalu pergi meninggalkan Hawa yang merasa bersalah.

"Duh aku harus gimana ini ya Allah? Laki-laki itu belum maafin aku, nanti kalau dia nuntut di akhirat gimana?" tanya Hawa lirih.

•••

Suara canda tawa terdengar di sebuah ruangan yang biasa di sebut dengan ndalem, mereka adalah Yusuf, Khalid, Irfan, Wardah dan Salamah, mereka sedang berbincang-bincang dan sesekali mengenang masa lalu mereka yang indah.

"Saya nggak nyangka kita bakal canda tawa bareng gini lagi," ucap Yusuf.

"Sumpah kalau ngumpul gini saya jadi ngerasa balik ke masa lalu," sambung Irfan.

"Iya, dimana kita masih remaja," sambung Khalid.

"Udah lama banget persahabatan kita ya, dari Ning Humaira yang usianya masih enam tahun sekarang malah udah nikah," ucap Wardah, membuat mereka semua tersenyum mengenang masa lalu.

Yusuf tersenyum mendengarnya. "Iya, masalalu kita indah banget ya?" ucap Yusuf membuat teman-temannya terdiam, mereka tahu kata 'indah' itu hanya untuk menghibur dirinya sendiri, mereka tahu jika Yusuf merindukan Zulaikha.

"Hawa gimana keadaanya Gus? Ingatannya udah bisa kembali?" tanya Salamah berusaha mengganti topik pembicaraan mereka.

"Alhamdulilah Hawa sehat, Sal. Tapi kalau untuk ingatannya mustahil untuk bisa kembali. Tapi gapapa, asalkan Hawa sehat itu udah membuat saya senang," ucap Yusuf.

"Tadi saya bertemu Hawa, Masya Allah dia makin cantik. Jadi pengen jodohin Hawa sama Arsya," ucap Wardah sembari terkekeh pelan sedangkan Salamah melototinya.

"Enak aja, Hawa cocoknya sama Azka ya War!" ucap Salamah.

"Apaan sih? Orang aku udah bilang duluan kalau Hawa mau aku jodohin sama anak aku Arsya," ucap Wardah.

Titik Terbaik TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang