Online Food

920 26 2
                                    

Topik: 38 Tahun, 176cm, 79kg, Tentara,

Tegar: 25 Tahun, 182cm, 127kg, Ojek Online

_______________________________

Bau asin, angin yang terus menerpa, ini yang setiap hari kurasakan di pagi hari. Kebetulan kapan perang tempat aku bekerja sedang berada di darat. Karna ingin makan dari luar, jadi keputusan untuk membeli lewat Ojek Online saja.

Aneh, beberapa kali pesanan ku di tolak oleh ojek yang mendapat pesanan ku. Apa karna mereka tidak mau masuk ke pelabuhan?

Sampai akhirnya aku mendapat driver ke-4, orang ini tidak mengirimkan pesan apapun. Kalau dia tidak mau mengantar nya juga, lebih baik aku batalkan Saja. Tapi,

"Maaf ka, ini di dalem pelabuhan yah?"

Sudah kuduga, dia pasti akan membatalkannya juga. Aku sengaja tidak membalasnya dan ku tinggalkan saja ke toilet sebentar, apalagi kulihat wajah driver di foto ini tampak sangat jutek dan dingin. Padahal dia gempal dan lucu, sayang sekali.

Mungkin sekitar 10 menit aku tinggalkan HP ku, saat ku periksa ternyata dia mengirimkan satu pesan lagi.

"Ka maaf, saya ga bisa masuk ke dalem pelabuhan. Harus pake kartu katanya,"

Aku bergegas membalasnya. Aku jadi merasa tidak enak karna ternyata dia sudah ada di depan pintu masuk pelabuhan.

Aku dan dia sama-sama kebingungan. Driver bernama Tegar ini tidak punya kartu akses, terus tidak bisa bayar tunai juga.

Aku berjalan mondar-mandir, berfikir bagaimana dia bisa masuk ke dalam. Tidak ada pesan apapun lagi darinya untuk beberapa saat, aku sudah mencoba bertanya 'Bisa ga pak?', tapi dia tidak membalasnya.

Aku yang pasrah hanya bisa mematung dengan pikiran kosong. Tidak lama HP ku kembali berdering, mataku terbuka karna dia kembali mengirim pesan.

"Maaf ka, ini di Dermaga 2 ya ka?" Tanyanya.

Aku bergegas membalas dan memberitahu kode kapal ku padanya. Selang 1 menit saja, dia kembali membalas kalau dia sudah ada di depan.

Aku bergegas turun dari kapal. Aku tidak melihat ada seorangpun karna kapal ku berada di dermaga paling ujung. Yang aku lihat hanya ada seseorang bertubuh besar dengan jaket hitam sedang duduk di motornya. Aku ingin bertanya tapi takut salah orang.

Saat dia mengangkat kepalanya, orang itu tersentak lalu menanyakan nama ku.

"Oh iya saya pak," kataku.

Dia menghampiriku lalu kami berbincang sedikit soal permasalahannya di gerbang depan.

Lucu, cara bicaranya begitu sopan dan menggemaskan. Meski tertutup masker, tapi dia terus tersenyum lebar dengan perasaan ringan yang menenangkan.

"Umur bapaknya berapa? Ko keliatannya masih muda banget?" Tanyaku basa-basi.

"Saya mau masih 25 ka hahaha.. maaf yah muka saya boros banget sampe keliatan tua," katanya tertawa.

Tidak bisa.. aku tidak bisa menahannya. Sepertinya aku,

"Saya suka sama mas, mau ga jadi pacar saya?"

Karna begitu spontan sampai memegang tangannya, aku dan mas Tegar terdiam mematung karna malu.

Aku bergegas menarik tanganku, tapi mas Tegar masih tidak bergerak sedikitpun.

Sial, kalau saja aku tidak sengaja mengatakan itu, pasti tidak akan jadi canggung seperti sekarang.

"Saya kan cuman ojek,"

Aku yang tadinya pasrah, kembali menoleh ke arah mas Tegar karna mendengar dia mengatakan sesuatu.

"Apa mas?" Tanyaku.

Hari-HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang