Supirku (Part 2)

1K 31 5
                                    

Tokoh:

Pak Asep: 58 Tahun, 162cm, 51kg berkulit kecoklatan, Supir

Pak Marta: 42 Tahun, 165cm, 53kg, berwibawa, Manager Pemasaran

Sebelumnya: Supirku

________________________________

Dengan tenangnya, pria berkumis tempat aku duduk di pangkuannya ini terdiam memeluk dan menatap wajahku yang terengah-engah karna kewalahan dengan permainannya.

Pak Asep, supir pribadi ku yang sudah bekerja selama 10 tahun. Orangnya ramah, ulet, dia juga baik.

Selain penampilan luarnya, pak Asep juga sangat hebat di atas ranjang. Maksudku yah, orang yang sudah berumur lebih dari 50 ini sering ngewe denganku.

Meski kurus, tapi tetap terlihat terisi. Mungkin karna setiap pagi pak Asep selalu olahraga di belakang rumah. Kulitnya yang gelap tapi tidak hitam, kerutan kulit di balik otot tubuhnya. Dan.. kontolnya yang panjang dan terlihat sangat keras.

Dia memang supirku, tapi aku selalu luluh kalau sedang ngewe dengannya. Jantungku berdebar kencang saat dia memelukku kalau sedang ngewe. Matanya penuh kasih sayang, rasanya dari pada pak Asep yang takut di pecat, justru akulah yang takut kehilangannya.

Pak Asep membelai rambutku berkali-kali agar aku tenang.

"Mau lagi apa udah pak?" Tanyanya.

Aku menelan ludah sambil terus berusaha mengatur nafasku.

"Saya.. gatau pak Asep. Saya mau lagi tapi takut terlambat ke kantor," kataku dengan nafas berat.

"Kalo gitu kita udahan dulu aja. Kan ga enak sama pak Ady,"

Setelah turun dari pangkuannya, aku dan pak Asep kembali memakai celana kami lalu pak Asep kembali mengendarai mobil menuju kantor.

********

"Pagi pak Ady," sapa ku saat aku menaiki lift bertemu dengan bos besar perusahaan ini.

"Aah.. pak Marta.. pagi juga. Udah sarapan?" Tanyanya tersenyum.

Orang ini, meskipun jauh lebih muda dariku, tapi dia sudah menjadi pemimpin perusahaan ini. Tapi tidak ada satu orangpun yang protes. Kerjanya hebat, dia juga ramah. Tapi yang menjadi perhatian ku saat ini adalah orang lain yang satu lift bersama kami.

Pria besar bernama pak Irland dari divisi ku, ternyata pacar gelapnya pak Ady. Aku tidak mengerti, pak Irland memang tidak bilang secara langsung tapi dari gerak-geriknya pak Irland mengisyaratkan itu. Tapi anehnya pak Ady tampak biasa saja seakan dia memandang pak Irland sama seperti yang lainnya.

"Oh iya pak Marta saya hampir lupa," ucap pak Ady tiba-tiba.

"Ada apa pak?"

"Nanti siang pak Yuda mau Dateng. Nanti saya minta data perusahaan pak Yuda yah," ucapnya santai.

"P-pak Yuda.. White House?" Tanyaku terkejut.

"Iya. Ada masalah?" Tanyanya masih tersenyum.

"Oh ngga pak, nanti saya carikan," ujar ku.

Pak Ady tersenyum lalu dia keluar dari lift lebih dulu karna lantai kami berbeda.

"Saya duluan ya pak," ucap pak Ady sekali lagi pergi meninggalkan lift.

Saat pintu kembali tertutup dan lift mulai berjalan naik, pak Irland yang ada di sebelahku tiba-tiba saja menekan tombol untuk menghentikan lift dan juga mematikan sistem emergency agar pihak keamanan tidak bisa mendengar percakapan kami.

Tentu saja aku langsung takut karna sekarang pak Irland berdiri menghadap ke arahku.

"Jangan ketakutan begitu, saya cuman pengen ngomong sesuatu," katanya.

Hari-HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang