Keputusan

637 26 2
                                    

Tokoh:

Sendi: 17 Tahun, 168cm, 110kg, gempal

Edi: 40 Tahun, 172cm, 69kg

Sebelumnya: Anak Baik

_________________________________

"APA SIH RIBET!!!!"
'Aku mau sama ayah...'
"YAHAHAHA DASAR KAKAK TOLOL!!"
'Terus ayah.. enak banget... Aku sayang sama ayah,'

Dengan nafas berat, Edo menghentikan lari paginya untuk mengambil nafas. Dia terus tertunduk dengan pikiran penuh dengan kejadian tempo hari.

*Tuk *Tuk *Tuk

Alis Edi terangkat lalu dia menoleh ke arah tetangganya yang baru saja memanggilnya lewat ketukan pagar.

"Pagi pak.." sapa Edi kembali berdiri tersenyum pada pria kecil yang memakai topi dan pakaian berkebun nya.

Pria kecil itu membalas senyuman Edi lalu dia menunjuk ke arah teko kecil dan beberapa gelas yang ada di teras rumahnya.

"Bapak ngundang saya minum?"

Pria kecil itu tersenyum semakin lebar dan mengangguk lalu membukakan pintu pagar rumahnya.

Duduk di teras rumah dengan suasana halaman yang sangat segar di campur dengan aroma tanah basah, membuat Edi merasa damai.

"Pak Edi punya masalah?"

Edi terkejut. Semua orang di kompleks tau siapa pria kecil ini. Dia jarang bicara, tapi sekali bicara itu artinya dia tau ini masalah penting.

"Iya pak, sama anak saya," jawab Edi mengecap teh hangat dengan takaran sedikit manis di bibirnya.

"Budi? Aji? Kiki?" Tanya pria itu.

Alis Edi mengkerut lalu dia melihat ke arah tetangganya.

"Nama anak saya Pian sama Sendi,"

Pria kecil itu tersentak lalu dia menunduk gelisah. Edi terkekeh karna dia juga sudah tau sifat tetangganya ini seperti itu.

"Ngomong-ngomong... Pak Gama kan kayanya udah kelar masalah sama Arga. Bapak bisa.. sharing ga? Saya beneran bingung sama Sendi,"

Gama berfikir melirik kesana-sini lalu dia kembali melihat Edi.

"Arga pernah minta sesuatu ke Gama yang menurut Gama ga baik. Gama tau kalo di lanjutin nanti ke depannya Arga bakal nyesel dan jadinya jauh lagi sama Gama," jelasnya sambil mengayun-ayunkan kakinya.

"Jadi.. saya harus nolak permintaan Sendi dengan tegas?" Tanya Edi. Edi mengerutkan keningnya karna tetangganya ini menggeleng.

"Sendi sama Arga beda. Gama tau Arga gimana, Edi juga tau Sendi gimana. Masalahnya bukan di 'terima atau nolak', tapi gimana caranya supaya Sendi mau terima apa yang Edi kasih dengan cara ngasih apa yang Sendi mau tanpa kasih apa yang dia minta,"

Edi sempat mematung mendengar cara bicara tetangganya yang aneh. Tapi karna bicaranya perlahan, dia jadi mengerti maksudnya.

Sesampainya di rumah, Edi melihat Sendi sedang berbaring tengkurap di ruang tamu. Dia sempat menoleh ke arahnya tapi Sendi kembali menatap layar HP-nya.

"Bang Pian kapan pulang sih?" Tanyanya tanpa menoleh.

"Kayanya lusa," jawab Edi.

Sambil meminum air putih di meja makan, Edi memperhatikan Sendi yang tampak kesal dengan permainannya, tapi dia mencoba untuk tenang. Edi senang karna Sendi benar-benar menepati janjinya untuk mencoba jadi anak yang baik.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Edi.

"Emmm..... Ibu kemaren kan beli nugget. Aku makan itu aja," jawabnya tanpa menoleh.

Hari-HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang