Sahabat Bapak

1K 42 5
                                    

Ken: 15 tahun, gempal, 161cm

Sukri: 46 tahun, besar, 172cm, penebang kayu

__________________________________

"Ken.. Kenu.."

Aku tersentak dari lamunanku saat ayahku memanggil.

"Makan yang bener, ko malah bengong," ucapnya heran.

"Iya pak maaf,"

Aku tinggal di sebuah desa yang damai. Mata pencaharian di desa ini hanya beberapa, seperti mengumpulkan kayu bakar, umbi-umbian, dan menjual hewan buruan di hutan.

Aku hanya tinggal bersama ayahku. Tinggal di rumah yang nyaman, atap dari ijuk, dinding dari kayu, tanpa alas. Kami menggunakan alas tikar hanya saat makan atau tidur.

Ayahku bekerja mencari kayu bakar. Biasanya dia pergi dari pagi sampai sore, lalu saat petang pergi ke kota yang cukup jauh untuk menjualnya. Terkadang kami membeli beras, atau hanya mengandalkan hewan buruan yang kadang ayah dapatkan saat mencari kayu.

Bertubuh besar, gempal, tapi tubuhnya padat karna lemak dan otot bercampur di tubuhnya. Kumisnya yang tebal, nada bicaranya yang berat, dari adalah tipe laki-laki dewasa yang selalu aku impikan.

Di desa ini sangat sedikit perempuannya. Bahkan hanya segelintir yang seumuran denganku. Pakaian kami hanyalah celana yang terbuat dari kain pantang tipis yang di ikat di antara pinggang lalu memutar menutupi kemaluanku, memutar ke belakang masuk ke selipan pantat ku, lalu memakai kain sepanjang lutut. Biasanya beberapa ada yang memakai jaket tanpa lengan dengan bagian depan tidak tersambung, tapi hanya di pakai saat tertentu saja.

Ngomong-ngomong aku tadi melamun karna mengingat apa yang terjadi tadi siang saat bersama dengan temanku. Dia melakukan sesuatu yang aneh.

"Nih.. enak banget tau rasanya Ken. Pertamanya geli terus kamu tuh bakal kaya mau meledak. Kemaren aku ngelakuin ini bareng ayah,"

Aku terkesima saat temanku mengocok-ngocok kemaluan nya lalu dia berteriak dan menggeliat, lalu tidak lama ada cairan putih menyembur keluar. Aku yakin itu bukan kencing karna baunya berbeda.

Tapi entah kenapa tiap kali mengingatnya, tubuhku terasa panas dan kemaluan ku terasa gatal.

"Aep.. aku bawa minuman nih,"

Aku dan ayah menoleh, melihat ada yang datang.

Terlihat lebih muda dan lebih segar dari ayah, namanya om Sukri. Dia sahabat ayah dari kecil, dia sering banget dateng kesini. Beda sama ayah yang punya kumis tebel, om Sukri punya jenggot sedikit. Kalo dia dateng sebenarnya aku tidak suka karna aku pasti di suruh keluar dulu. Ayah melarang ku melihat mereka minum-minum yang akhirnya membuat mereka mabuk.

Biasanya aku menunggu mereka selesai di luar sambil memainkan pasir. Suara tawa mereka sangat jelas, tapi biasanya mulai pelan hingga akhirnya mereka tertidur.

Kalau sudah sepi, aku langsung masuk dan ikut tidur bersama mereka.

Sebenarnya aku tidak suka kalau om Sukri datang. Karna kalau mereka tidur setelah mabuk, rumahnya jadi berantakan dan aku yang harus membereskannya.

"Akhirnya.."

Aku lega karna semuanya sudah rapih. Jadi aku pun pergi ke tempat bapak dan om Sukri tidur untuk beristirahat.

Tapi saat aku sampai disana, aku melihat kaki bapak terbuka lebar. Aku juga melihat kain dalaman nya menonjol.

Saat melihatnya, aku kembali teringat dengan cerita temanku. Karna penasaran aku pun jadi menghampiri bapak untuk melihatnya.

Aku perlahan menyingkap kain celananya, lalu mengendurkan sedikit kain dalaman nya. Aku terkejut saat kemaluan nya yang besar dan gemuk, menjulang tinggi dan mengeras di depan ku.

Saat mencium baunya, entah kenapa tubuhku jadi panas. Aku perlahan menjulurkan lidahku dan menjilat nya.

Aku tidak bilang ini tidak enak, tapi rasanya aneh. Dan anehnya lagi aku sangat tertarik dengan rasanya. Jadi ku putuskan untuk melahap dan mengulumnya perlahan sambil memperhatikan wajah bapak yang terlihat meringis dan mengerang.

Aku terdiam sejenak saat merasakan ada yang menyemburkan di dalam mulutku. Ini pasti cairan putih itu, rasanya enak meskipun agak asin.

"Oh.. kamu suka kontol?"

Aku terkejut saat mendengar suara om Sukri dan menyentuh pundak ku dari belakang.

Aku yang ketakutan pun langsung melepasnya.

"Yaampun Ken.. kamu nakal juga yah ngemut kontol bapak kamu pas om lagi tidur,"

Aku tersentak karna om Sukri melepas kain dalaman ku dan memasukkan jarinya ke dalam pantatku. Rasanya begitu aneh saat jarinya bergerak di dalam.

"Kamu gamau om bilang ke bapak kamu kan?" Tanyanya.

Aku menelan ludah lalu mengangguk.

"Kalo gitu biarin om masukin kontol om ke pantat kamu yah,"

"Ke.. pantat aku? Emangnya bisa om?" Tanyaku gemetar.

"Oh bisa.. rasanya enak banget malah,"

GILA!! INI GILA!!!

Om Sukri masukin kemaluannya ke pantat aku. Dia juga sodok-sodokin sambil narik tangan aku ke belakang.

"Gimana Ken rasanya pertama kali pantat kamu di masukin kontol?"

Aku gatau harus jawab apa, tapi gesekan kemaluan om Sukri rasanya aneh banget. Aku terengah-engah menungging dengan muka aku di atas muka bapak.

"OOH!! SSSSSSHH!! Enak banget Ken!! Aep liat, anak kamu ketagihan di entot sama kontol sahabat kamu," kata om Sukri.

"Oh iya ga bisa denger yah? Iya lah, itu juga alesan kenapa istri kamu pergi. Kamu ga bakal tau apa-apa kalo udah tidur. Kamu juga gatau kalo istri kamu ketagihan ngewe sama aku, terus akhirnya dia pergi,"

Aku sedikit terkejut saat om Sukri mengatakan itu.

Om Sukri melepaskan tangan aku, lalu dia memelukku dari belakang sambil meremas dadaku.

"Oh yaampun.. om mau keluar nih Ken.."

Aku terperanjat saat om Sukri menghentakkan pinggulnya dan memeluk serta meremas dadaku dengan kuat.

"Emhh!! Ssssh!! Enak banget pantat perawan!!"

Aku tersentak dan terjatuh saat om Sukri melepaskan kemaluan nya.

"Huhhh.. Ken.. pantat kamu emang enak banget-"

Om Sukri berhenti ngomong karna aku ngisep kemaluannya yang basah sama cairan putih.

"Aku ga perduli sama apa yang di omongin sama om Sukri, tapi aku suka banget kemaluan om Sukri di dalem pantat aku," kata aku.

Om Sukri mencengkram rambut aku dan menariknya ke atas.

"Kamu mau lagi?" Tanyanya.

Aku menelan ludah lalu mengangguk.

"Ngga mamanya, ngga anaknya, kamu berdua suka banget sama kontol om,"

"AAAAH!!!"

Aku terengah-engah saat om Sukri menindih dan menggenjot ku lebih cepat dari sebelumnya.

"Om entot kamu sampe pagi yah," ucapnya menyeringai lalu dia melahap bibirku.

Gesekkan di dalam pantat, ludah yang menari ganas di dalam mulut, dua dadaku yang di remas. Kepalaku terasa pusing karna tidak tahan menerima kenikmatan hebat ini secara langsung. Kemaluanku juga terus menyemburkan cairan putih dengan sendirinya padahal aku tidak menyentuhnya.

Keesokan harinya aku sama bapak ngeliat om Sukri pulang di depan rumah.

"Dateng lagi ya om," kataku melambaikan tangan.

Om Sukri menyeringai padaku.

"Iya, nanti kita main lagi," ucapnya lalu berbalik dan berjalan pergi ke rumahnya.

Meski terlihat datar, kepalaku sekarang penuh dan terus membayangkan kemaluan om Sukri. Aku juga penasaran, aku ingin lain kali bapak ikutan juga.

Hari-HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang