Anak Baik

1.3K 34 5
                                    

Tokoh:

Sendi: 17 Tahun, 168cm, 110kg, gempal

Edi: 40 Tahun, 172cm, 69kg

Sebelumnya: Membayangkan

________________________________

Dengan wajah cemas, Edi memperhatikan anaknya yang duduk di bangku belakang mobil. Dokter yang memeriksa Sendi hanya memberi obat penurun demam untuk Sendi.

Setelah membantu Sendi kembali berbaring di kasurnya, Edi berniat pergi untuk mengambil minum. Tapi Edi terhenti karna Sendi menahan tangannya.

"Ayah jangan pergi..." Katanya serak.

Edi menghela nafas lalu dia duduk di sebelah Sendi sambil mengelus kepalanya.

"Sendi.. coba deh dengerin kata-kata ayah. Kamu jangan jadi anak yang susah di bilangin. Pasti ga bakal gini," ucap Edi.

Edi tersentak karna Sendi berbalik menghadap ke arahnya sambil memeluknya. Edi merasa sedikit geli karna tangan Sendi berada di atas kontolnya.

"Ayah... Aku mau jadi anak baik. Tapi..." Kata Sendi.

"Tapi apa?" Tanya Edi.

"Aku pengen ngewe sama ayah,"

Edi yang tadinya mengelus kepala Sendi tiba-tiba berhenti.

"Hah?" Tanya Edi.

"Aku pengen.. aku pengen ayah entotin aku.. ayah.. aku pengen kontol ayah.." kata Sendi memohon sambil mengelus kontol ayahnya yang perlahan mengeras.

"Kamu ngelantur apa sih, lagi sakit juga. Udah tidur, ayah mau beres-beres di-"

Edi terhenti melihat Sendi memeluk kakinya dengan erat.

"Sekali aja.. kalo ayah ga suka boleh udah. Aku cuman pengen minta ini,"

Edi menelan ludah lalu dia mengangguk.

Sendi begitu girang. Dia langsung membuka bajunya, begitu juga dengan Edi.

Sendi sangat terpukau melihat tubuh ayahnya yang seksi. Sementara Edi malu karena dia di perhatikan oleh anaknya sendiri saat dia tidak memakai apapun apalagi sekarang kontolnya sudah berdiri tegak.

Edi memperhatikan anaknya turun dari tempat tidur lalu dia menungging sambil bersandar di tepi kasur.

Edi terdiam menelan ludah melihat lubang pantat anaknya tepat berada di hadapannya.

"Ini beneran Sen? Pasti sakit loh. Kontol ayah gede," kata Edi.

"Gapapa ayah.. masukin aja," ucap Sendi memeluk bantalnya.

Edi mendekati lalu mengarahkan kontolnya ke lubang pantat Sendi. Sebelum dia mendorongnya, Edi terus memperhatikan wajah Sendi yang terpejam.

"Ssssh.. sempit...." Pikir Edo meringis sambil terus mendorong kontolnya.

"Oaaaah!!! Ayah!! Gede banget!!!" Teriak Sendi.

"Kenapa? Ayah cabut yah?" Tanya Edi cemas.

"Gapapa ayah gapapa.. langsung genjot aja yang kuat," pinta Sendi.

Sebenarnya Edi mengakui kalau lubang pantat anaknya memang nikmat. Apalagi saat pertama kali dia tadi memasukkan kontolnya.

"Ssssh... Uuuuh.. gila sempit.. enak banget kaya masih perawan.." pikir Edi mulai menggenjot pantat Sendi dengan cepat.

Edi yang nafasnya sudah tidak karuan, melihat dada sendi yang montok menggantung bergoyang-goyang.

Sendi yang sempat kelelahan, kembali berteriak karna ayahnya meremas dan memainkan kedua putingnya.

"AAAAAAH!! AYAAH!! ENAK BANGET AYAAH!!!"

Edi memejamkan matanya. Dia masih tidak mau mengakuinya tapi tubuh anaknya sangat nikmat baginya.

"Ssssshh aaaah... Terus AYAAH.. enak banget uuuuh..."

Nafas Edi yang semakin kuat membuatnya semakin membara. Dia menarik kontolnya dari pantat Sendi lalu mendorong anaknya ke kasur. Edi membalikkan tubuh Sendi ke atas lalu dia mengangkat dan membuat kedua kaki Sendi. Edi menindih Sendi dan kembali menggenjotnya sambil mengisap dan memainkan puting Sendi.

"Aaaaaah.. ampun... Enak banget.... Ayah enaaak.."

Sendi benar-benar tidak berdaya di puaskan oleh ayahnya. Sudah berapa banyak Peju Edi yang masuk ke dalam pantat Sendi sampai suara gesekannya berubah menjadi becek.

Dengan tubuh penuh keringat, Edi berbaring di sebelah anaknya yang sudah tidak bergerak.

"Ayah..." Panggil sendi pelan.

Edi menoleh ke arah anaknya yang tampak begitu lemas.

"Apa sayang?" Tanya Edi penuh kasih sayang.

"Aku sayang banget sama ayah. Aku pengen di entot tiap hari sama ayah," kata Sendi.

Edi terdiam memperhatikan anaknya lalu dia berbalik menghadap Sendi.

"Kamu tau ga apa yang di rasain ayah sekarang?"

Sendi menggeleng pelan.

"Ayah ga pernah ngerasa sesakit ini seumur hidup ayah, sakit hati Sendi. Sekarang ayah pengen nangis kalo bisa. Kamu tau ga kenapa? Karna ayah baru aja ngewe sama anak ayah sendiri,"

Mata terbelalak melihat mata ayahnya berkaca-kaca.

"Tapi kita abis ngewe 1 jam. Aku pikir ayah suka," kata Sendi heran.

"Memang. Ayah suka banget. Dari semua orang justru kenapa harus kamu. Ayah pengen ngentotin kamu lagi sekarang, tapi abis itu pasti sakit hati ayah bertambah,"

Edi berbalik telentang dan menutupi matanya. Saat dia sedang berfikir, Edi langsung menyingkap tangannya dan melihat Sendi naik ke atas tubuhnya sambil mencoba memasukkan kontolnya yang kembali berdiri ke dalam lubang pantatnya.

Edi meringis dan secara reflek memegangi pinggul Sendi.

"Aku suka banget. Kalo pun ayah bukan ayah aku. Aku tetep cinta sama ayah," kata Sendi cengengesan.

Edi menghela nafas.

"Kamu kenapa sih ga ngerti juga. Bodo amat lah,"

Edi memegang pinggul Sendi dan kembali menggenjotnya dengan kuat.

"SSSSSHH!! AAAAAAH!! TERUS AYAAH!!" Teriak Sendi.

Selama libur di rumah, tiap kali istrinya pergi Edi langsung mengentoti anaknya. Bahkan Edi menuruti permintaan Sendi untuk mengundang dua temannya yang bertubuh besar untuk ikut mengentoti Sendi.

"Ayah.. aku sayang sama ayah.. makasih.." kata Sendi lemah di dalam pelukan ayahnya yang sedang mengentoti nya.

"Iya. Asalkan kamu jadi anak baik terus yah," ucap Edi.
________________________________

Makasih yah buat yang udah traktir saya ^_^

Bagi yang mau gabung grup telegram boleh masuk, link ada di bio yah

Hari-HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang