Sosok Abang

1.2K 19 0
                                    

Tokoh:

Tedi: 37 tahun, 165cm

Johan: 23 tahun, 176cm, 115kg

Renji: 19 tahun, 175cm,

____________________________________

"Aku berangkat dulu.."

Senangnya.. hari ini hari pertama aku bekerja setelah lulus kuliah dua Minggu yang lalu.

Aku tidak sabar ingin tau bagaimana dunia kerja, hihihi..

Saat aku sedang pergi menuju halte busway, aku sempat berhenti di depan sebuah proyek bangunan yang baru saja di mulai 3 Bulan yang lalu.

"Bang Tedi.." sapaku setelah melihat orang yang ku kenal.

Bang Tedi yang tadi ku panggil menoleh lalu dia melambaikan tangannya padaku.

Lucu, bang Tedi ini orangnya pendek, badannya sekel meskipun perutnya keliatan sedikit buncit, kumisnya tebal, hidungnya bulat. Aku pernah memegang tangan dan kakinya, kokoh sekali.. dia memang selalu melakukan pekerjaan berat sih, jadi wajar saja. Tapi perutnya yang buncit masih bisa di tekan hehehe.

"Udah mulai kerja?" Tanyanya berjalan menghampiri ku.

"Iya bang. Makasih bang udah mau nemenin aku buat bikin skripsi dulu," kataku senang.

"Ga masalah," Katanya.

Astaga.. dia ganteng dan menggemaskan sekali. Meskipun aku harus sedikit menunduk kalau bicara dengannya, tapi tidak masalah.

"Pulang jam berapa?" Tanyanya.

"Kayanya sih jam 5 bang. Paling nyampe sini jam 6," kataku mengangkat bahu.

"Haha bagus.. gimana kalo kita rayain di rumah Abang?" Tawarnya.

"Wah!! Boleh boleh!" Kataku girang.

Setelah aku mengatakan itu, aku terkejut karna bang Tedi memberikan aku kunci motor dan STNK-nya.

"Mending naek motor aja biar cepet, helmnya ada di motor," katanya.

"Dih serius gapapa?" Tanyaku senang.

"Iya gapapa. Udah sana, hari pertama ga boleh telat," katanya berjalan kembali masuk ke dalam proyek sambil melambaikan tangannya.

Aku memperhatikan kunci motor bang Tedi lalu aku bergegas pergi ke parkiran untuk mengambil motornya dan pergi berangkat kerja.

***********************************

Setelah pulang, aku langsung memberitahu bang Tedi lewat pesan kalau aku sudah menunggunya di depan.

Celana jeans panjang, kaus singlet ketat, dan beberapa noda debu dan pasir di tubuhnya, aku sampai menelan ludah memperhatikan bang Tedi. Keringatnya yang cukup banyak, baunya, semuanya.. bang Tedi laki banget.

Sesampainya di rumahnya yang hanya satu petak berukuran 4x7, bang Tedi mengeluarkan daging iris satu piring besar dan alat panggang daging.

"Kita barbequean kaya tahun baru kemaren," katanya menyeka keringat di dahinya.

Hebat!!!

"Abang nyiapin ini buat aku??" Kataku girang.

Bang Tedi yang sedang mengeluarkan sesuatu dari kulkas berjalan menghampiri ku dan meletakkan beberapa minuman kaleng alkohol untuknya, dan minuman soda untukku.

"Iya. Yang semangat kerjanya yah," katanya tersenyum.

Bang Tedi kembali berdiri lalu dia berjalan ke arah kamar mandi sambil melepaskan kaus singlet nya.

Hari-HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang