Cinta Satu Malam

759 30 1
                                    

Tokoh:

Ahmad: 52 Tahun, Gempal, berkumis tipis

Niko: 20 Tahun, mahasiswa

__________________________

Karna mendapat beasiswa di kampus luar tempat aku tinggal, jadi aku memutuskan untuk pindah kos disana meninggalkan kampung halamanku.

Dua Minggu sebelum kuliah ku di mulai, aku sudah mulai pindah karena ada beberapa acara sebelum kampus benar-benar di mulai.

Sehari sebelum merasakan indahnya kampus baru ku, aku memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe, lebih tepatnya cafe yang sering di datangi para gay. Hanya iseng, eh ternyata ada. Malah jaraknya hanya 10 menit naik motor.

Aku datang kesana. Tempatnya memang nyaman dan tenang, tapi cafe ini terlihat seperti cafe biasa. Apa karna info soal gay sering kesini ternyata rahasia?

Aku sempat memperhatikan sekitar, ada beberapa pasangan biasa, ada juga orang yang sendiri tapi aku yakin dia 'normal'.

Dari semua orang disana, ada satu orang yang sangat menarik perhatiannya. Tubuhnya, perawakannya, kumis tipisnya, idaman aku sekali..

Pria gempal yang duduk disana beberapa kali membenarkan kacamatanya sambil membaca sesuatu di layar HP-nya. Tapi aku tidak mau dia berfikiran buruk karna terus memperhatikan nya karna.. bisa berabe kalau ternyata orang itu orang biasa.

Aku sempat teralihkan karna mendapat pesan dari grup kuliah. Saat aku kembali melihat ke arah orang tadi, dia sudah tidak ada. Apa dia sudah pergi? Aku mencoba mencarinya di sekitar tapi dia tidak ada.

"Nyari siapa mas?"

Aku terkejut karna bapak tadi tiba-tiba muncul lalu duduk di sebelah ku.

"A- ngga. Saya ga nyari siapa-siapa, saya sendiri," kataku gelagapan.

"Oh.. hahaha iya iya. Masnya bukan orang sini yah? Logatnya beda," tanyanya tersenyum.

Astaga.. senyumannya di bawah kumis.. dia terlihat lebih tampan kalau dari dekat.

"I-iya pak.. saya baru aja pindah dari kampung," kataku gugup.

"Oh ya sama.. saya dari Jawa timur. Baru aja sampe tadi pagi, belom sempet beres-beres di rumah terus nyari angin aja sambil nyoba lihat-lihat di luar," jelasnya.

Aku menelan ludah. Sial.. dia benar-benar membuatku gugup.

"B-bapak lagi liat apa?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan karna layar HP-nya dari tadi terus menyala.

"Emm?? Ini? Game susun kata," katanya dengan sangat polos menunjukkan layar HP-nya.

Mungkin terdengar aneh, tapi aku punya ketertarikan khusus pada orang-orang yang.. pintar, jenius, dan semacamnya. Dan aku tau kalau orang ini pintar.

"Masnya tinggal dimana?" Tanya bapak ini.

"Saya ngekos pak. Cuman 10 menit jalan kaki dari sini," kataku tersenyum.

Bapak itu mengangguk lalu dia menyeruput kopi yang di pesannya. Bibirnya, aku sangat ingin mencium bibirnya yang berkedut setiap kali dia minum.

"Kamu gay kan?" Tanyanya membuatku terkejut.

"Haha ngga lah. Ko bapak tiba-tiba nanya gitu?" Tanyaku mengelak.

"Saya tau kalo dari tadi kamu ngeliatin saya,"

Aku tersentak malu. Tapi tampaknya bapak ini tidak marah padaku.

"M-mau ke kosan saya?" Tanyaku memberanikan diri.

Bapak itu tersenyum.

Setibanya di dalam kosan, kami langsung berciuman sambil berjalan ke arah kasur lantai yang sudah ku siapkan untuk tidur. Ciuman nya sangat ganas tapi terasa sangat nikmat. Tangan besarnya yang sedikit kasar menggerayangi tubuhku, bahkan sekarang tangannya sudah masuk ke dalam celanaku.

Hari-HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang