Part 7

162 18 0
                                    

Pagi ini tidur nyenyak Dara dibangunkan paksa oleh suara ponselnya yang berdering. Tanpa membuka matanya ia meraba nakas di samping ranjang.

"Halo?" ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur sambil masih berbaring dan menutup mata.

"Kamu dimana, nduk? "

"Hmm, aku di apart Jimmy, Ma. Kenapa?" Ia melongok ke samping ternyata jimmy masih tertidur tengkurap.

"Oalah, baru bangun kamu? Ini eyangmu nyariin dari tadi ribut katanya Dara kemana Dara kemana kok gak pulang. Mama sampai migrain dengarnya."

Dara terkekeh pelan, "Maaf deh Ma, lagian kok bisa tahu sih eyang kalau aku gak pulang."

"Lho, ini eyang lagi di rumah kita dari kemarin sore."

Detik itu juga mata Dara terbuka lebar, "HAH?!"

Jimmy mengerang merasa terganggu akan suara keras Dara membuat gadis itu meringis lalu menepuk-nepuk pelan kepala Jimmy untuk menenangkan tidur pria itu dan menggumamkan maaf.

"Serius? Mama kok gak ada bilang Dara sih?"

Dara rasanya ingin menangis saja sekarang karena ia yakin pasti akan mendapat kuliah 4 sks dari eyangnya nanti non-stop.

"Lho, mama pikir kamu sudah dikasih tahu mas-masmu sama Kavi makanya mama diam saja sampai sekarang."

Dara berdecak kesal, baik ingatkan Dara untuk mengomeli saudar-saudaranya nanti, karena mereka ia terancam menjadi santapan lezat siraman moral eyangnya sendirian.

"Ya sudah, kamu hari ini kalau gak ada agenda kemana-mana mending pulang aja sekarang. Kalau perlu bawa itu si Jimmy. Kamu siap-siap aja ya jaga emosi, eyangmu itu pendengarannya makin berkurang lagi soalnya. Mobilnya gak ditinggal di kantor kan? Kalau ditinggal biar mama suruh Kavi jemput kamu ke apartemen Jimmy."

Gadis itu menghela napas pelan sambil memijat keningnya, "Enggak Ma, gak usah. Aku bawa mobil ke sini kok, paling lambat dua jam lagi aku sampai rumah. Mama mau titip sesuatu?"

Ibunya tertawa geli mendengar suara Dara yang hanya pasrah. Kasihan sekali anak gadisnya ini. "Udah enggak, Mama gak titip apa-apa. Nanti pulangnya hati-hati, kata Kavi jangan lupa share live location. Salam buat Jimmy, kalau anak itu mau ikut ajak aja."

"Okay, ya sudah Dara mau siap-siap sama sarapan dulu. Nanti aku kabarin kalau udah mau jalan. See you, Mom. Love you."

"Ya, see you. Love you too."

Setelah mematikan sambungan telepon ibunya, Dara mengubah posisi berbaringnya. Ia tanamkan kepalanya di bantal dan menjerit keras untuk melepaskan kekesalannya. Setelah itu ia menghela napas kencang dan segera membuka kembali ponselnya dan mengetikan nama grup yang berisi dirinya dan ketiga saudara laki-lakinya. Setelahnya mengetikan sesuatu untuk memancing saudara-saudaranya kadang kelakuannya menyebalkan.

'Wah sepi ya grupnya sampai info penting gak muncul. Kalau aku sewain ke mixue lumayan gak sih dapet duit, biar ini grup juga ada gunanya :)'

Lalu beberapa detik berikutnya ponselnya berbunyi menampilkan jawaban-jawaban dari para saudaranya yang membuat Dara malas membukanya. Pasti mereka hanya akan memberikan alasan-alasan tidak mutu atau lebih menyebalkan lagi jika salah satu dari mereka hanya mengirimkan sticker seperti "minta maaf diatas materai" atau "mohon maaf" bergambar anak kecil yang tersenyum menyebalkan. Membuat ia darah tinggi saja.

Setelahnya ia bangun dari berbaringnya dan merenggangkan tubuhnya. Kali ini ia bangun tidak terlalu pagi, pukul setengah 10. Mungkin ia memesan makanan untuk sarapan mereka dulu melalui aplikasi ojek online sebelum pergi membersihkan diri karena ia sang tidak mood memasak.

Das ist LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang