Part 17

149 20 3
                                    




Sore ini kediaman keluarga Dara sudah ramai. Pasalnya hari adalah acara lamaran Jimmy dan Dara setelah melalui perdebatan para sesepuh terutama eyang putri yang tidk mau ketinggalan mengurus acara cucu perempuan kesayangannya. Acara lamaran kali ini diurus oleh team WO Dara, ibu Jimmy, dan kakak ipar Dara, Yara. Ibu Dara lebih memilih menyerahkan segalanya pada team WO, menantu, dan calon besannya karena tidak mau ikut ribet ujar beliau. Maklum, ibu Dara memang tipe yang 'terserah saja yang penting tidak mengecewakan'.

Ngomong-ngomong, Dara sudah berunding dengan Shaka tentang ia yang 'melangkahi' Shaka karena akan menikah duluan, tetapi kakaknya itu tidak masalah dan tidak mau diberikan hadiah apa-apa. Ia tidak peduli dengan hadiah sebagai tebusan pelangkah, yang ia mau hanya adiknya hidup dalam pernikahan yang bahagia katanya.

Sementara si bontot Kavi, sejak semalam ia meminta untuk tidur di kamar Dara. Ia benar-benar belum rela kakak perempuan satu-satunya menikah dan meninggalkan rumahnya. Tidak ada bahan palak dan bahan peluk katanya, memang kurang ajar bocah cilik satu itu.

"Ra, cantik banget sih. Kebayanya bikin ngerasa sesek gak di badan kamu?" ucap Yara. Terima kasih pada Yara yang membantu untuk mengurus acara lamarannya padahal ia baru saja melahirkan seminggu yang lalu dan membuat Agam sering kali khawatir istrinya kelelahan.

"Enggak, gak sesek sama sekali beneran pas. Makasih ya mbak, udah banyak bantu ngurusin acara. Besok pas acara nikahan mbak jangan banyak bantu deh, biar team aku aja. Ngeri Mas Agam ngamuk kalau Mbak Yara jadi sering kecapekan."

Yara terkekeh mengelus lengan Dara, "Gak apa-apa tahu, aku malah seneng bantu-bantu urus begian karena pas acara nikahn aku dan Mas Agam kan aku banyak terima jadi. Gak ada feelnya, jadi aku menikmati bantu urus acara kamu. Beneran akunya gak apa-apa."

"Mbak Yara janji jangan kecapekan ya, kasian juga Ara sama bapaknya."

"Iya-iya. Nervous gak, Ra?" tanya Yara.

"Sedikit sih, aku gak mau terlalu mikirin. Yang ada makin banyak bahan buat overthingking." jawab Dara terkekeh.

Yara ikut tertawa.

"Bagus deh, semoga lancar sampai hari-h pernikahan ya, Ra. Aku ikut senang akhirnya kamu menikah." ucapnya. Mendengar adik iparnya ini akan menikah membuat Yara lumayan terkejut karena selama yang ia tahu Dara tidak pernah menjalani hubungan yang serius dengan laki-laki. Lebih kagetnya lagi gadis itu akan menikah dengan Jimmy yang tidak pernah ia prediksi akan menjadi masa depan adik iparnya itu. Ia tidak begitu dekat dengan Jimmy, ia hanya tahu laki-laki itu sahabat Dara dari mereka sekolah menengah, selebihnya hanya dari cerita dan curhatan suaminya mengenai kekhawatirannya dengan Dara. Ia berharap Jimmy memanglah laki-laki tepat yang bisa mendampingi Dara di sisa hidupnya.

*

Acara lamaran hari ini berjalan dengan lancar. Dara dan Jimmy memang tidak begitu banyak mengundang orang, mereka hanya mengundang kerbaat dekat mereka dan keluarga besar saja. Walaupun begitu tetap saja ramai.

Kedua kakak Dara mengobrol dengan ayah Jimmy sementara si bontot Kavi mengobrol bersama kedua sepupu Jimmy dan Andhira yang menjadi teman baru baginya karena mereka sepantaran sementara Andhira karena sudah menganggap Kavi sebagai saudara laki-lakinya juga.

Karena sudah semakin malam, sudah banyak saudara dan kerabat mereka yang berpamitan. Dara dan Jimmy duduk berdua di gazebo taman belakang rumah keluarga Dara.

"Selangkah lagi ya," gumam Jimmy dengan pandangan lurus ke depan.

"Hm, ya. Masih nyangka gak si lo?"

Jimmy mengerutkan keningnya, "Lo? Yakin masih mau pakai lo-gue?"

"Iya ya, agak kurang etis ya. Ya sudah kita biasain pake aku-kamu." jawab Dara.

Jimmy mengangguk, lalu dengan jahil Dara menoleh ke arah Jimmy.

"Mau dipanggil pakai panggilan sayang nggak nih?"

"Panggilan sayang? Kaya apa? Honey gitu?" ucap Jimmy menatap Dara bingung

"Ih gak mau pakai itu, geli dengernya. Kaya mas atau abang gitu. Bang Jimmy? Menurut kamu?"

Jimmy menggeleng, "Enggak ah, berasa dipanggil Dhira aku."

Dara terkekeh, "Ya sudah, Aa'? Tapi masa jadi kaya Aa' Gym kedengarannya. Mas aja gimana? Mas Jim?"

Jimmy memalingkan wajahnya, ia sadar wajahnya merona mendengar Dara memanggil dirinya 'mas'.

"Ey, you're blushing. I know you like when I call you 'mas'." goda Dara mencolek lengan Jimmy.

"Apa sih enggak, ngaco." elak Jimmy.

"Apa sih enggak, ah masa sih enggak?" ucap Dara menggoda Jimmy yang malu-malu.

"Ya sudah deh kalau kamu masih malu, I'll call you mas when we're already married. Sementara pakai nama dulu biar kamu bisa belajar terbiasa, siap-siap ya."

Jimmy mengangguk setuju dan ia menghela napasnya. "Kenapa sih Ra, aku selalu kalah dari kamu?"

Dara menatap Jimmy bingung, "Hah? Maksudnya?"

"Aku selalu kalah dari kamu masalah ginian. Kamu bahkan santai untuk ajak aku ciuman, kasih panggilan sayang, pakai kata aku-kamu sementara aku kebanyakan nahan malu. Jujur aku agak minder. Maaf ya kalau kamu ngerasa aku terlalu pasif, gak tahu kenapa aku selalu salting setiap kamu gituin."

Dara menatap Jimmy lalu kedua tangannya menangkup kedua pipi Jimmy, "Aku beneran gak apa-apa kok, kamu ngapain minta maaf sih? Hey, jangan terlalu dipikirin. Gak apa-apa serius, menurut aku malah kamu kelihatan manis kalau lagi malu-malu sama aku. It's not a big deal for me, sayang."

Blush

"Tuh kan," seru Jimmy kembali tersipu sambil menunduk.

"Ya ampun baru digituin langsung salting. Ini kalau aku gak pakai kebaya kaya begini kamu udah aku peluk-pelukin gemes."

"Stop, Dara. Kamu bikin aku makin malu depan kamu."

.......................................................................................................................

Das ist LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang