Part 13

145 19 2
                                    


"Let's get married. Ayo kita menikah, Dara." ucap Jimmy dengan yakin menatap dalam mata coklat bening Dara.

Kedua mata Dara melebar.

"Hah?!"

Dara kehabisan kata-kata, bahkan mulutnya terbuka menatap Jimmy.

"Lo," Dara menutup mulutnya dengan tangannya lalu berdeham.

"Ini lo serius beneran mau kawin sama gue?"

"Nikah Dara," koreksi Jimmy.

"Iya ah nikah. Jawab dulu nyet."

Tangan Jimmy bersedekap, lalu mengedikan bahunya sambil menatap Dara, "Iya, gue udah bilang setuju berarti emang gue mau terima ajakan lo."

Dara mengusap wajahnya dengan frustasi, "Cuk, nah kan mulut gue gatel. Ini lo tahu konsep nikah gak sih? Lo jangan main iya-iya aja, gue gak lagi ngajak main rumah rumahan yang cuma sekedar panggil mama papa doang ya. Lo kalau mau setuju, pikirin matang-matang. Kalau kita jadi nikah tapi pake lo ngajuin kontrak-kontrakan, gue gak mau ya, mending gak usah sama seklai nyet. Hidup udah banyak drama, gak usah lo nambah-nambah drama kehidupan lagi."

"Iya, Dara. Gue juga pake mikir lama banget ini sebelum ngeiyain ajakan nikah lo. Lo pikir gue semaleman gak pikirin semuanya apa."

"Tapi tuh, lo beneran ngerti kan konsep menikah?"

"Ya Allah, lo kenapa sih gak percayaan amat. Ngomel mulu perasaan kerjaanya, lo yang ngajak lo juga yang kaget. Heran gue, kemarin aja ngajakin gue nikah giliran diiyain shock sendiri dia. Ribet ah nih betina satu."

Dara mendengus, ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan bersedekap.

"Enggak ih, gue heran aja. Kasih gue alasan kenapa lo setuju buat nikah sama gue. Gue gak mau lo terima karena terpaksa atau cuma kasian sama gue. Kalau beneran cuma kasian, gue tendang ya."

"Ya karena pertama lo tahu banget impian gue apa dari dulu selain jadi sukses, having family. Bertahun-tahun gue menyerah sama impian yang satu itu karena keadaan gue, dengan adanya tawaran lo jadi ngebuka lagi harapan gue. Dan yang kedua yang karena orangnya itu lo. Lo tahun sendiri kita udah kenal selama bertahun-tahun lamanya. Jadi gak harus lagi untuk kenalan dari awal sama orang baru karena lo maupun gue udah tahu tentang luar dalam masing-masing,"

Dara langsung menyilangkan kedua tangannya ke depan dadanya.

"Bukan itu maksud gue, bodoh! Ah males gue." ucap Jimmy melempar remasan kertas bekas sedotan ke arah Dara.

"Iya-iya, terus ada alasan lain?"

"Ya alasan lain, bokap nyokap gue juga udah ribut nanyain gue kapan nikah, keburu jadi perjaka tua katanya, damn!"

Dara menatap Jimmy lamat-lamat, "Ngomong-ngomong, emang lo mau punya anak sama gue? Jujur gue gak bisa bayangin itu."

Wajah Jimmy memerah, "Y-ya kan who knows. Siapa tahu di masa depan anak kita 10."

"Eh sembarangan ya itu mulut! Lo aja sana yang hamil kalau gitu." protes Dara ketus.

"Ah lo banyak omong, gue udah iyain ajakan nikah lo nih. Jadi gimana rencana pernikahan kita? Kapan kita menghadap orang tua kita?"

"Minggu depan? Gimana menurut lo? Gue kudu nyiapin mental dulu buat ngomong ke mama dan eyang, gue rasa seminggu adalah waktu yang cukup."

"Okay, gue setuju sih. Eh kita perlu latihan mesra gak sih?"

Dara memutar bola matanya malas dan beranjak menjauh.

"Bodo amat ah."

*

"Ah lo payah banget, males gue."

"Ya gimana dong, gue gak biasa."

Atas paksaan Jimmy, mereka berlatih untuk skinship ala pasangan agar mereka semkin terbiasa. Bukannya berhasil dari tadi justru Dara kesal melihat Jimmy yang tampak kaku mendekatkan wajahnya pada Dara.

Dara menghela napas, "Sini deh biar gue contohin." ucapnya lalu bangkit beridiri. Ia naik ke pangkuan Jimmy yang sedang duduk bersandar di sofa. Tubuhnya berhadapan dengan Jimmya dengan kedua kakinya mengapit kedua kaki Jimmy.

Jimmy mengerjap dan menelan ludahnya dengan susah payah saat Dara semakin mendekat dengan kedua tangganya mengalung di lehernya.

"Nah gini, sampai sini paham?" bisik Dara tepat di depan wajah Jimmy yang tiba-tiba mematung.

Bisa Jimmy rasakan aroma cherry dan mint dari setiap nafas gadis di hadapannya ini. Mendadak Jimmy gugup luar biasa, aneh baru kal ini dia gugup berdekatan dengan Dara setelah bertahun-tahun lamanya.

"Eh? Kok diam sih?"

Menatap mata Dara saja Jimmy tidak sanggup dari tadi ia hanya menatap sekitar, yang penting bukan Dara.

"Is it- ehem. I think it's too close." bisik Jimmy terbata.

"Hm? Too close? But you are asking for it. Don't you?" balas Dara santai, kedua tangannya bahkan mengelus lembut pipi dan rambut belakang Jimmy.

Setelah sama-sama terdiam masih dengan Dara dipangkuan Jimmy, gadis itu terkekeh pelan menatap Jimmy lalu mengecup pipi gemas pria itu. Dara lalu turun dari pangkuan Jimmy dan duduk di sampingnya.

"Kenapa sih?" tanya Dara saat Jimy masih mematung memandang kosong ke depan.

Kenapa? Dengan berulah seperti itu Dara masih bertanya kenapa? Padahal jiwa jimmy rasanya melayang saking shock dan gugupnya dia.

"Oh God, I'm not ready for this honestly." ucap Jimmy meraup wajahnya yang membuat Dara semakin tertawa.

"How cute." ucap Daram gemas.

____________________________________________________________

Das ist LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang