Part 27

217 24 1
                                    

Jangan lupa vote ya biar aku makin rajin updatenya. Happy reading!
____________________________

"Sayang udah ih, tangannya sanaan deh." ucap Dara kesal menyingkirkan tangan Jimmy. Hari ini memang hari libur, namun walaupun libur Dara harus tetap membuka laptopnya dan tabletnya di rumah untuk mengejar deadline kliennya. Tapi suami tampannya ini sedari tadi tidak berhenti menganggunya. Pria itu terus menempelinya dan tangannya tidak mau diam, diam-diam menggerayangi tubuh Dara sambil mengendus-ngendus kulitnya.

Dara menghembuskan nafasnya lalu menoleh ke ara Jimmy yang sedang mengendusi kulit bahunya yang terbuka, "Please, biarin aku kerja dulu sebentar. Habis itu terserah kamu mau pelukin aku sampai pagi juga boleh. Tapi beneran kasih aku waktu buat selesai kerjaan aku dulu. Kalau kamu kaya gini terus akunya gak selesai-selesai, malah makin lama lagi."

Diomeli seperti itu membuat Jimmy langsung cemberut, "Tapi ini hari libur. Kapan lagi aku kaya gini?"

"Iya, aku tahu. Tapi beneran paling enggak kasih aku waktu satu jam buat selesain ini. Setelahnya kamu boleh nempelin aku seharian deh, terserah sampai kapan aja kamu mau." ucap Dara menangkup kedua pipi Jimmy yang masih merengut.

Jimmy mengangguk paham lalu ia melepaskan pelukannya dan menggeser duduknya. Membiarkan wanitanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun hal itu tidak bertahan lama karena belum sampai lima belas menit tangan Jimmy sudah kembali melingkari pinggang Dara.

"You ignore me." bisik Jimmy di depan telinga Dara. Tangannya bahkan sudah meraba perut Dara di balik piyama.

"I'm not." jawab Dara singkat masih sibuk berkutat dengan laptopnya.

"You are, Mommy."

"Jimmy, aku marah beneran ya ini. Please stop." ucap Dara menahan kesal. Dia kesal jika suaminya sedang clingy di waktu yang tidak tepat.

"But I miss you so much. Aku salah?" sahut Jimmy sendu. Sebenarnya ia hanya pura-pura agar mendapat perhatian Dara sepenuhnya. Ia juga tidak suka diabaikan saat ia sedang di rumah dengan istrinya.

Dara mematikan kedua gadgetnya dan meletakan di atas meja. Ia bangkit berdiri dan menarik lengan Jimmy yang terdiam kebingungan menatapnya.

"I will give you a lesson after that let me work." ucap Dara lalu menggiring Jimmy ke dalam kamar mereka.


Beberapa saat kemudian Dara bisa bernafas lega dan kembali bekerja, pasalnya bayi besarnya sudah tertidur setelah sesi 'pelajaran' yang Dara berikan padanya. Sebenarnya ia tidak memiliki banyak pekerjaan, hanya merevisi beberapa konsep pesta yang kliennya mau. Ia juga mengerjakan dia atas tempat tidur dengan duduk di kepala ranjang karena sedari tadi tangan Jimmy yang sedang tertidur memeluk satu pahanya dan sama sekali tidak mau di lepaskan. Alhasil ia kesulitan untuk berpakaian.

Tidak lama dering ponsel milik Jimmy terdengar. Dara segera meraih benda itu dan melihat namanyang tertera di layar. Alisnya terangkat sebelah dan tangannya menekan tombol hijau. Jimmy pernah bilang jika ponselnya bunyi saat ia tidak ada atau tidur, ia mengizinkan Dara untuk mengangkatnya karena ia takut ada hal yang penting.

"Halo?"

"Ha-huh? Ini siapa?" tanya seseorang di seberang sana.

"Dara. Kenapa? Jimmy ya tidur?" jawab Dara datar. Ia sedikit kesal dan malas menjawab karena pasalnya yang menelpon suaminya ini adalah Vadi, mantan hts Jimmy terdahulu yang menyebalkan luar biasa.

"Kok bisa lo yang angkat sih? Jimmy mana? Gue mau ada ngomong sama dia."

Dara memutar bola matanya malas, "Gue udah bilang suami gue lagi tidur. Kalau memang ada yang penting ngomong aja, ntar gue sampein ke dia."

Terdengar dengusan kesal dari seberang sana, "Enggak deh. Nanti gue telpon lagi aja, biar gue sendiri yang ngomong ke Jimmy."

"Hm, terserah. Awas aja lo aneh-aneh ke Jimmy, gue sleding mulut lo lagi. Gue gak main-main."

"Dasar cewek bar-bar. Bisa-bisanya Jimmy nikahin lo."

"Gak peduli, orang kaya lo pantes buat di bar-barin." ucap Dara kesal lalu mematikan sambungan teleponnya. Dara walau pribadi yang keras, ia tidak pernah berkata kasar pada orang kecuali untuk orang yang satu ini. Dia tidak pernah bisa bersabar jika menghadapi Vadi. Dulu saat Jimmy masih dekat dengan Vadi, Dara bahkan pernah menampar bolak-balik pria itu karena memang Vadi adalah pria yang bermulut kurang ajar. Ia pernah mengatai Dara perempuan murahan yang merepotkan. Sampai sekarang bahkan ia tidak menyesal sudah menampar Vadi karena pria itu pantas mendapatkannya.

Mendapati pria jahanan itu menghubungi suaminya membuat dia kesal luar biasa sekaligus curiga. Setelah sekian tahun tidak terlihat kenapa pria itu muncul lagi. Masalah apalagi yang akan ia perbuat.

"Ra.." suara serak Jimmy menyapa, rupanya pria iu terbangun.

"Ada telfon? Dari siapa?" tanyanya memeluk pinggang Dara.

"Your beloved, Vadi."

"Huh? Va-who?" Jimmy mendongak menatap Dara.

"Vadi. Kamu gak macam-macam kan?" tanya Dara memicing tajam ke arah Jimmy

"Aku bahkan gak tahu dia dapat nomor baruku dari mana, aku gak pernah berhubungan sama dia lagi setelah waktu itu aku berani sumpah."

"You know me really well, Jimmy. Apa yang aku bilang bukan sekedar omongan. Jadi kalau sampai kamu berani aneh-aneh, kamu bakal tahu aku bisa ngelakuin hal-hal yang kamu pikir gak mungkin aku lakuin." ucap Dara tajam. Dia benar-benar tidak main-main akan ucapannya. Jimmy pasti paham karakter dirinya. Jika pria itu berani macam-macam, ia tidak akan segan-segan meninggalkannya.

Jimmy terdiam, lalu ia bergerak memeluk tubuh Dara erat.
"Aku janji. Aku gak akan melakukan hal-hal yang gak kamu suka. Stop tatap aku kaya gitu and stop calling me by the name, panggil aku kaya biasanya. Aku gak suka kamu panggil gitu." ucap Jimmy pelan.

Dara hanya diam dan menatap ke arah lain. Moodnya benar-benar memburuk.

"Babe?" Jimmy mendongak karena keterdiaman Dara. Ia mulai resah, takut istrinya itu semakin mengabaikannya hanya karena panggilan pria sialan itu.

Dara menghela napas, ia menarik Jimmy semakin mendekat dalam pelukannya dan mengecup puncak kepala pria itu. Semoga apa yang sempat ia bayangkan tidak terjadi. Semoga.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Das ist LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang