"Kamu sama Raja itu gimana?" tanya Agam saat mereka berkumpul di ruang tengah setelah makan malam. Eyang dan mama mereka sudah masuk ke dalam kamar masing-masing. Sementara Yara yang sedang hamil memperhatikan mereka sambil mengelus perutnya yang kandungannya gini masuk bulan ke enam.
Dara mendengus seraya menyandarkan kepalanya di pundak Kavi, "Ya putus."
Mereka yang mendengarnya langsung saling menatap, "Kok bisa, Ra?" tanya Yara. Setahu mereka pacar Dara yang satu itu bucinnya gak ketulungan, dimana ada Dara pasti ada Raja.
"Ya bisa, orang dia selingkuh di depan mataku." jawab Dara santai membuat mereka kaget.
"Anjir, si gila berani-beraninya selingkuhin Dara? Terus gimana? Sekarang nyawa dia masih aman?" tanya Shaka. Dia tahu Dara bukan perempuan yang diam saja ketika disakiti.
Dara kembali mendengus, "Ya aman, memang pikir Mas Shaka dia beneran kubunuh?"
"Yah, Mbak. Gak asik kalau gak beneran. Kalau bisa mah kubur aja dia hidup-hidup." sahut Kavi.
"Hm, iya juga ya. Harusnya gitu aja ya, kok aku gak kepikiran sih." ucap Dara mengelus dagunya. Yara menggeleng heran dengan persaudaraan mereka ini. Seperti psikopat saja.
"Tapi tenang aja, udah aku bikin dia malu karena nangis-nangis kejer waktu aku putusin di depan karyawan-karyawannya." lanjutnya tersenyum miring.
"Heh? Serius? Sampe gegoleran gak nangisnya?" tanya Shaka kaget. Kavi hanya terkekeh membayangkan betapa menyedihkan Raja mengejar Dara dengan menangis meraung-raung sehabis diputusi.
Dara tersenyum lebar dengan entengnya menatap Agam, "Iya dong, enak aja dia hidup nyaman setelah selingkuhin aku. Dasar sampah emang!"
"Terus terus?" Kavi mulai antusias dengan cerita Dara.
"Ya si sialan itu setelahnya telepon-telepon terus minta gak mau putus, bahkan dia sampai telepon ke kantor berkali-kali. Emang orang sinting sialan, dia yang selingkuh dia juga yang merasa tersakiti. Awas aja dia nyebar omongan yang aneh-aneh tentang aku, aku robek mulut dia."
Agam, Shaka, dan Yara langsung bergidik merinding mendengar ucapan Dara sementara Kavi justru dengan heboh mendukung Dara.
"Woh robek aja mulutnya, sekalian itu burung dia dibejek. Nanti aku bantuin, Mbak. Emang mokondo gitu pantesnya dirujak sampai mampus." ucap Kavi berapi-api.
Dara langsung menatap Kavi dengan dahi mengernyit. Kenapa dia yang semangat untuk menyiksa orang? Memang dasar remaja bar-bar. Tapi memang salahnya dia sih mencekoki kebar-barannya pada pemuda itu semenjak ia kecil.
**
Hari ini Jimmy mengikuti kegiatan meeting online karena ia kedapatan bekerja dari rumah karena tugasnya yang harus diselesaikan tidak terlalu banyak.
"Jimmy, berangkat ke Jogja lagi ya empat hari lagi." ucap atasannya saat mereka ditengah-tengah meeting.
"Lho bu, belum beres kah yang kemarin?"
"Yang kemarin sudah, ini di cabang satunya. Saya juga bingung management di sana kok rada gak pas. Sanggup kan kamu?"
Jimmy mengangguk, "Iya bu, saya sanggup. Besok di harinya saya akan berangkat."
"Baik, seperti biasa tiket nanti akan dibereskan Fika kamu tinggal kontak dia ya sudah saya konfirmasi tadi dengan dia. Kamu tinggal berangkat."
"Baik bu, terima kasih."
Setelah selesai meeting ia kembali mengerjakan laporannya dan meninjau berkas terbaru yang atasannya kirim terkait tugasnya selanjutnya. Sebagai budak korporat dia memang dituntut untuk tetap profesional meskipun suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Jadi ia tetap fokus dengan pekerjaannya dan berusaha mengabaikan kegalauannya saat ia bekerja.
*
Di saat ia sudah menyelesaikan pekerjaannya ia langsung menghubungi ibunya untuk mengabarkan ia akan kembali ke luar kota.
"Halo, Ma. Lagi dimana?"
"Eh iya. Ini Mama baru mau berangkat arisan komplek. Gimana? Kamu mau nginep rumah?"
"Enggak, mau ngabarin mama kalau minggu depan aku ke Jogja ada kerjaan. Tadi mau telpon papa takutnya masih di jalan pulang."
"Oh gitu, ya sudah gak apa-apa asal kamu hati-hati ya di sana. Nanti waktu mau berangkat kabarin mama sama papa lagi biar gak lupa. Bilang ke Andira biar dia gak uring-uringan cariin masnya."
Jimmy terkekeh, "Iya, nanti Jimmy chat Andira sama papa juga. Mama hati-hati nanti jangan lupa bawa payung akhir-akhir ini sering tiba-tiba hujan."
"Iya sudah mama bawa ini di tas, ya sudah mama mau berangkat dulu biar gak telat. Kamu jangan mepet-mepet packingnya kalau bisa dua hari sebelumnya udah selesai biar gak buru-buru."
"Siap, beres deh. Ya sudah Jimmy tutup ya teleponnya."
Setelahnya Jimmy memutuskan sambungan teleponnya. Ia menghela napas. Sudah hampir seminggu sejak ia pulang dari Jogja dengan keadaan tidak baik-baik saja, sekarang ia haru kembali ke kota tersebut.
Lalu ia kembali meraih ponselnya berniat menghubungi Dara.
"Hmm, iya ada apa?" ucap Dara di seberang sana.
"Minggu depan gue balik lagi ke Jogja."
"Hah? Oh ya? Lagi? Berapa hari?"
"Gak tahu deh, sampai kerjaan gue beres. Seminggu mungkin."
"Hmm, okay. Wanna say something? Lo kayanya ada yang pengin lo ceritain ke gue."
"Iya, sampai dengan hari ini Keanu gak ada sama sekali hubungin gue. Gue kudu gimana lagi ya Ra? Capek gue jujur kaya gini terus, gak ada ujungnya nih masalah." ucap Jimmy lemas. Ia sudah lelah sekali dengan hubungan percintaannya akhir-akhir ini yang sudah di ujung tanduk.
"Hubungin dia, gak usah lo nungguin dia duluan yang hubungin lo. Tanyain dia maunya apa, jangan lo manut-manut dia mulu. Gak akan ada habisnya kalau lo ngalah terus kaya gini. Lo juga kudu tegas. Lo berdua emang kudu ngomong lo maunya apa, dia maunya apa. Kalau memang udah gak bisa diperbaiki, udah tinggalin. Berarti emang lo bukan buat dia, begitu pun sebaliknya. Lo juga jangan main iya-iya aja. Ngerti? Lo dengerin gue gak?" ucap Dara panjang lebar. Gadis itu juga sudah sangat gemas dengan drama kisah percintaan sahabatnya ini. Ibaratnya Jimmy yang punya hubungan tapi dia yang pusing.
"Iya-iya, gue dengerin. Gue juga ngerti omongan lo. Tapi Ra, kalau gue pikir-pikir gue selama ini emang rada klemar-klemer. Bener apa kata lo, gue harus tegas, gue juga udah berusaha siap kalau-kalau Keanu minta pegat."
"Nah bagus kalau lo sekarang udah sadar dan paham apa yang harus lo lakuin. Sudah cukup masa galau lo, Jim. Now is the time for you to step forward. Dia berarti bukan jodoh lo. Eh, maksudnya hmm ya emang bukan sih. Tapi engghh-hashh, pokoknya intinya masih banyak orang di dunia ini. Ada ratusan juta orang di Indonesia dan yang cakep bukan dia doang."
"Ya dia emang beneran cakep banget sih gue akuin, tapi maksud gue yang cakep kaya dia mah banyak di luar sana. Bahkan ada banyak yang lebih cakep lagi, lo gak usah khawatir." lanjut Dara.
Jimmy yang mendengar perkataan Dara yang awalnya serius mendengarkan sekarang sudah tertawa terbahak. Dasar perempuan nyablak!
Sepertinya ia akan baik-baik saja jika Dara terus selalu ada di sampingnya.
____________________________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Das ist Liebe
RomanceDitinggalkan oleh Keanu, kekasihnya, membuat Jimmy terpuruk. Ia galau sekaligus iri pada Keanu karena dahulu mereka memiliki mimpi yang sama. Di saat itu, Dara menawarkan sesuatu yang tak terduga yang membuatnya kelimpungan sendiri dan menganggap ga...