Part 16

137 18 1
                                    

Sore ini Dara memiliki janji temu dengan sahabatnya yang sudah lama ia tidak jumpa karena kesibukannya.

"Lo beneran yakin mau nikah sama Jimmy, Ra? Udah beneran lo pikirin matang-matang?"

Dara mengangguk sambil meminum segelas ice mint mochaccino, "Gue udah pikirin ini seratus malam."

"Maksud gue ini Jimmy lo, bukan satu dari sekian banyak cowok yang pernah ajak lo kencan."

"Iya, Tara. Iya gue tahu."

Tara membuang napasnya, "Gue cuma gak mau lo akhirannya tersakiti dan nyesel sama keputusan lo ini. Ini bukan kaya pacaran biasa yang bisa lo selesain dengan kata putus, tapi ini pernikahan sakral. Gue beneran sayang banget sama lo, gak rela gue kalau sampe menderita."

Dara menggenggam tangan Tara berusaha meyakinkan sahabtnya itu. "I know. Gue juga sayang banget sama lo, Tar. Percaya ya sama gue. tolong doain yang terbaik buat gue."

Tara hanya bisa mengangguk, sebagai sahabat ia hanya bisa mendukung keputusan Dara. Ini hidup Dara, yang bisa ia lakukan hanya memberi dukungan dan memberi pelukan saat gadis itu membutuhkannya.

"Ingat kalau ada apa-apa lo masih punya gue. Ngerti?"

Dara mengangguk cepat. Lalu Tara berdeham, "Anyway, ada perkembangan apa di hubungan lo sama Jimmy?"

"Kita sepakat untuk mulai membiasakan diri untuk perbanyak skinship."

Tara mengangkat sebelah alisnya, "Udah ciuman lo berdua?"

Dara tersenyum lebar tanpa menjawab membuat Tara paham artinya.

"Jangan bilang lo yang mulai duluan," ucapnya menatap Dara curiga. Namun sesuai tebakannya gadis itu terkekeh sambil menggaruk kepalanya.

Tara berdecak, "Dasar cewek gila!"

"Ya gimana dong, gue gemes banget Jimmy tuh pasif banget. Kesel gue. Dia yang ngajak perbanyak skinship, dia juga yang gampang megap-megap." ucap Dara membuat Tara terbahak.

"Ya namanya juga belum terbiasa, ya wajar lah Ra." jawab Tara setelah berusaha menghentikan tawanya.

"Iya gue juga tahu, gak apa-apa sih gue juga maklum. He's cute when he's blushing kalau boleh gue jujur." ucap Dara terkekeh mengingat wajah Jimmy setiap ia mencium pria itu.

*

"Tadi temen gue ada yang nanyain lo?" ucap Jimmy saat ia dan Dara berada di apartemennya. Semenjak rencana pernikahan mereka, ia memang lebih sering membawa gadis itu ke apartemennya. Entah keberadaan gadis itu semakin membuatnya nyaman, padahal mereka sudah bersahabat bertahun-tahun lamanya. Dan lihat, bahkan Dara saat ini terlihat sangat cantik walaupun hanya dengan tanktop putih yang ia balut dengan cardigan biru laut dan celana jeans panjang karena gadis itu hari ini tidak ada janji temu dengan klien jadi bisa lebih sedikit berpakaian santai.

"Siapa?" tanya Dara sambil mengunyah cookies keju yang Jimmy belikan untuknya.

"Lingga. Kayanya sebelumnya kalian pernah beberapa kali ketemu deh. Katanya pernah lihat lo jalan di Grand Indonesia sendiri seminggu yang lalu, mau nyapa takut sok kenal."

"Oh iya? Kayanya itu waktu gue janjian sama Mas Shaka deh. Terus kenapa nanyain gue?"

Jimmy mengidikan bahunya, "Lo punya hutang kali sama dia,"

"Sialan, enak aja. Gue gak pernah punya hutang ya. Sembarangan lo!" protes Dara melemparkan bungkusan cookiesnya ke arah Jimmy yang terkekeh geli.

"Enggak, gue bercanda. Dia tiba-tiba nanyain lo masih single gak,"

Dara terdiam sejenak lalu dengan jahil mulai mendekat ke arah Jimmy, "Terus lo jawab apa tuh?"

"Gue jawab lo gak single bentar lagi mau nikah, yang kenyataannya emang mau nikah kan. Eh begitu gue bilang gitu muka dia langsung nelangsa banget udahan balik gitu aja. Dasar semprul!" ucap Jimmy misuh-misuh membuat Dara terkekeh geli.

"Lo kenapa sih banyak banget yang naksir, pusing gue."

Dara terkekeh lalu melingkar kedua tangannya di pinggang Jimmy, "Gak tahu deh, coba tanyain yang naksir gue kenapa. Lagian lo tuh harus bangga calon istri lo itu cakep."

"Ya emang lo cakep, tapi kesel aja ada aja orang kantor nanyain lo kalau habis lihat gue bawa lo ke acara kantor atau sekedar ngopi bareng sama orang kantor."

"Ih, apaan sih lo gemes banget gini. Rewel banget gara-gara gue banyak yang naksir. Makanya mulai sekarang kalau ngenalin gue tuh bilang gue calon istri lo, bukan sahabat lo. Biar lonya gak mencak-mencak senewen begini."

Jimmy hanya mendengus menatap Dara dengan sinis.

"Udah ih marahnya, jelek tahu. Sini cium dulu." ucap Dara yang langsung membuat Jimmy mendekatkan wajah ke arahnya.

"Lucu banget sih nurut begini." ucap Dara setelah mengecup bibir Jimmy singkat dan membawa pria itu dalam pelukannya dengan gemas.

"Besok-besok kalau ada yang nanyain lo lagi, gue mau diam aja terus langsung pergi lah." gumam Jimmy dalam pelukan Dara. Saat ini Dara merasa Jimmy seperti anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya.

"Iya-iya, besok gak usah dijawab kalau memang gak mau jawab." jawab Dara mengulum senyumnya sambil mengelus lembut rambut Jimmy.

"He'em pokoknya gue mau gitu aja. Sebel ih."

"Iya, boleh."

Hari ini Jimmy benar-benar menggemaskan, pria itu sudah ditahap cemburu tanpa dirinya sendiri sadari.
...........................................................................

Das ist LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang