Part 8

160 19 0
                                    

"Halo, Mbakku sayang." sapa Kavi menyengir lalu merangkul lengan Dara dan menyenderkan kepala di pundaknya sambil berjalan.

Dara mendengus dan melirik Kavi sinis, "Diam kamu, eyang ada di dalam?"

"Iya, eyang putri di dalam. Dari tadi nyariin mbak tahu, katanya kok gak datang-datang."

"Heh, ini kan juga kerjaan kalian ya. Kurang ajar bener jadi saudara, gak ada ngabarin aku sama sekali."

Kavi hanya terkekeh takut-takut sambil menyandarkan kepalanya pada pundak Dara yang lebih pendek darinya. Kakak perempuan satu-satunya ini benar-benar galak, benar-benar membuatnya merinding bahkan saat ia hanya membaca chatnya tadi pagi di grup.

"Lah, ini cucu eyang sek ayu dewe. Sini nduk, duduk."

"Doain Mbak, Kav," bisik Dara pada Kavi sebelum berjalan mendekati eyang putri.

"Eyang, eyang apa kabar?" ucapnya memeluk eyang putrinya itu.

"Ealah nduk, eyang alhamdulillah sehat. Kamu itu kemana to semalam eyang cariin kok gak ada."

Dara meringis lalu terkekeh kaku, "Dara semalam di tempat Jimmy eyang, gak tahu kalau eyang datang. Dara baru tahu waktu mama telpon tadi pagi, kalau tahu eyang datang dari semalam aku gak akan nginap di tempat Jimmy."

"Woalah, mas-masmu gak ada yang bilang sama kamu? Kavi kamu ini gimana sih kok gak ngabarin mbakmu kalau eyang ke sini, nanti eyang biar tatar Agam sama Shaka. Kebangetan tenan bocah-bocah kae."

Kavi hanya meringis sementara Dara diam-diam tersenyum miring, biar saja mas-masnya menerima akibatnya.

"Mas Agam sama Mas Shaka emang kemana eyang sekarang? Ada mobilnya tapi kok orang-orangnya gak ada."

"Mas Agam sama Mas Shaka beli galon sekalian jemput Mbak Yara di studio senam, tadi pakai mobilnya mama."

Dara mengernyit, "Lah Pak Pundi mana? Biasanya pesen di dia."

Kavi mengangkat bahunya, "Katanya stok di dia habis, belum datang pemasoknya."

Dara hanya mengangguk paham, ia menerka jangan-jangan mereka berdua kabur dari eyang gara-gara tahu Dara akan mengomel dan mengadu pada eyang.

"Itu piye kabarnya Jimmy? Eyang sudah lama gak ketemu dia, kok gak kamu ajak kesini sekalian." tanya eyang lagi.

"Baik dia eyang, dia kecapekan banyak kerjaan makanya gak bisa ikut ke sini."

"Oh gitu ya wis, nanti salam buat Jimmy ya. Kalau dia sempat suruh ke sini juga."

"Inggih, eyang. Nanti Dara sampaikan ke anaknya."

"Piye kamu, wis punya pacar belum? Sini kenalin ke eyang."

"Mbak Dara habis putus eyang sama pacarnya." sahut Kavi sambil memakan keripik singkong yang baru dibukanya membuat Dara melotot ke arahnya.

'Dasar ember' batinnya.

"Weh, ngopo kok putus?"

Dara menghela napasnya pelan, "Ya memang kami sudah gak cocok, eyang."

"Ealah nduk, gak cocoknya piye? Kan ya bisa diomongin baik-baik gitu lho."

"Ya begitu eyang, gak cocoknya ditahap yang memang sudah gak bisa diomongin." jawab Dara. Ia sudah lelah kalau ditanya tentang kandasnya hubungannya dengan Raja. Tidak mungkin juga ia bilang kalau dia diselingkuhi kan, bisa-bisa eyang putrinya ini akan tambah ngomong panjang lebar.

"Ya sudah, cari laki-laki lain nduk. Masih banyak laki-laki lain yang baik. Kamu ini sudah mau tiga puluh tahun kan? Temanmu kecil anaknya tetangga eyang itu anaknya udah dua lho, masa kamu gak mau nyusul."

Das ist LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang