Part 22

169 18 1
                                    

Hari ini adalah jadwalnya Dara dan Jimmy menginap di keluarga Dara. Memang mereka sudah sepakat seminggu sekali menginap di rumah keluarga Dara dan Jimmy. Kebetulan Agam dan Yara juga beberapa hari menginap karena sebentar lagi adalah hari perkiraan anak pertama mereka lahir.

"Sebentar lagi si dedek bakal lahir, Mbak Yara pernah khawatir gak sih atau takut waktu nanti melahirkan?" tanya Dara saat mereka semua sedang berkumpul di ruang tengah, sementara ibu mereka sudah tertidur karena baru pulang dari luar kota.

Yara tersenyum sambil mengelus perut buncitnya yang sudah membesar, "Itu pasti, aku yakin gak ada calon ibu yang gak khawatir waktu lahiran. Tapi ya sudah kalau aku jalanin aja lah, yang penting akunya sehat dedeknya juga sehat. Gak mau terlalu aku pikirin, yang ada malah jadi stres sendiri."

Dara hanya mengangguk paham, raut wajahnya terlihat berpikir. Sedari tadi Kavi, Jimmy, dan Shaka fokus dengan game yang di setel di ruang tv sementara Dara, Agam, dan Yara hanya ikut memperhatikan.

"Kalian ada rencana menunda punya anak?" tanya Agam yang membuat Jimmy menoleh.

Dara meringis, "Ehm, enggak sih mas. Kami sedikasihnya aja."

Kavi memicing ke arah kakak perempuannya, "Tapi Mbak Dara sama Bang Jimmy udah gituan kan?" ucapnya membuat Jimmy terbatuk.

"Gituan apaan sih?"

"Itu lho, nganu-nganu. Masa gak paham sih?"

"Bilang aja sex." sahut Shaka santai membuat Jimmy kembai terbatuk.

"Woo, kepo aja kamu abege mesum." seru Dara melempar tisu ke arah Kavi. Walau sebenarnya perkataan Kavi tepat sasaran. Sudah berjalan hampir satu bulan usia pernikahan Dara dan Jimmy, mereka belum melakukan hubungan suami istri. Yang mereka lakukan paling jauh hanya ciuman bibir, walaupun sudah nyerempet dikit.

"Aku sudah bukan abege lagi ya, enak aja."

"Sudah ih, jangan berantem. Udah malam, mama juga udah tidur."

"Udah lah, aku tidur duluan ya. Ngantuk." ucap Dara lalu bangkit menuju kamarnya.


Tak lama kemudian Jimmy menyusul Dara ke kamarnya setelah berpamitan dengan kakak dan adik iparnya. Dilihatnya Dara sedang berbaring memunggungi pintu kamar, ia yakin istrinya itu belum tertidur.

Ia bergabung berbaring di tempat tidur menarik pinggang Dara pelan untuk ia peluk.
"Belum tidur?"

Dara hanya bergumam, "Kenapa? Marah ya?"

Ucapan Jimmy membuat Dara berbalik menghadap Jimmy yang menatapnya lembut.
"Marah? Enggak, marah kenapa?" jawab Dara mengelus rambut Jimmy pelan.

"Aku kira kamu marah karena Kavi godain kamu masalah anak."

Dara terkekeh, "Enggak lah. Lagian Kavi godain aku gak sekali dua kali kan, aku udah biasa kok. Aku ke kamar duluan karena badan aku pegel pengin rebahan aja."

Jimmy tersenyum, ia semakin mendekat dalam pelukan Dara dan menyandarkan kepalanya di dada Dara.
"Ih kenapa nih?" ucap Dara tersenyum melihat suaminya bermanja dengannya, tangannya membalas merangkul tubuh Jimmy.

Jimmy mendongak menatap Dara lalu mengecup pipinya. "You smell good, I like it."

"Idih-idih sok mesra deh," canda Dara membuat Jimmy terkekeh dalam pelukannya.

"Kamu pengin punya anak?"

"Hm? Siapa sih yang gek pengin punya anak?"

"Iya sih, memang kamu udah siap?"

Dara tersenyum, "Bukannya harusnya aku yang tanya ke kamu. Memang kamu udah siap lakuin itu sama aku? Aku ngeri kamu malah muntah lihat aku telanjang."

Jimmy tertawa,"Apaan sih, enggak lah. I think I'm ready for that. Hidup sama kamu disisa hidupku kayanya gak buruk-buruk amat,"

"Maksud kamu gak buruk-buruk amat?" Dara menjauhkan tubuhnya yang membuat Jimmy menarik kembali pinggangnya.

Jimmy kembali terbahak, "Bercanda, sayang. Maksud aku kayanya seru kalau ngebayangin ada Dara versi mini atau Jimmy versi mini."

Dara mengeratkan pelukannya dan mengecup dahi Jimmy, "Iya, kayanya cute. Nanti ya, kita lakuinnya jangan di sini. Yang ada jadi bahan bullyan sekeluarga aku."

Jimmy bergumam, ia menyamankan kepalanya pada ceruk leher Dara.
"Aku kemarin ketemu Raja di mall."

Jimmy mendengongak menatap Dara, "Hm? Raja mantan kamu yang terakhir?"

Dara mengangguk.
"Oh, masih hidup dia?" ucap Jimmy membuat Dara terkekeh.

"Sayangnya dia masih hidup."

"Terus? Jangan bilang dia ngajak kamu balikan?" ucap Jimmy memicing menatap Dara yang membuat gadis itu meringis.

"Gak ngajak balikan sih, dia tanya-tanya kabar aku. Nawarin untuk antar aku pulang, cuma aku tolak."

"Harus kamu tolak lah. Dih, emang dia gak tahu kamu sudah menikah apa? Gak tahu malu banget. Kamu gak undang dia kemarin?"

Dara menggeleng, "Enggak, aku kan gak ada bilang ke kamu juga buat undang dia. Muak juga ngundangnya."

Jimmy mendengus," Besok-besok kalau aku gak lagi sibuk kalau kamu mau ketemu klien aku temenin aja lah. Sialan banget udah selingkuhin kamu masih gatel nawarin ngantar pulang segala."

Dara hanya mengulum senyum melihat suaminya itu mengome panjang lebar. Tanpa sadar ia sudah cemburu, padahal Dara tidak ada niat untun bertemu lagi dengan mantan brengseknya itu.

"Kamu kok senyum-senyum sih? Suka ya ketemu sama mantan? Gak inget apa dia selingkuhin kamu kaya gitu?"

Dara mengecup bibir Jimmy dua kali yang berhasil membungkam pria itu.
"Yang bilang suka itu siapa? Aku dari tadi diam aja lho, kamu kok marah-marahnya ke aku."

"Ya kamu malah senyum-senyum gitu, aku kira kamu suka ketemu sama dia."

"Aku senyum-senyum karena kamu gemes kalau lagi ngomel gitu. Cemburu ya?"

"Aku gak ada bilang cemburu, aku cuma gak suka," elak Jimmy.

"Iya deh kamu cuma gak suka. Besok-besok kalau aku ketemu dia tanpa basa-basi aku langsung kabur deh."

"Dia doang? Kalau kamu ketemua mantan kamu yang lain?"

"Lho? Kan topiknya mantan aku yang itu." ucap Dara bingung.

"Ya kamu juga jangan terlalu welcome juga sampa mantan yang lain. Kamu gimana sih, nyebelin deh." sahut Jimmy melepas pelukannya dan berbalik memunggungi Dara. Istrinya itu kenapa sih tidak peka sama sekali, menyebalkan. Lagian dia mau bermanja-manja malah bahas-bahas mantan.

Dara menepuk jidatnya, ia bingung suaminya kenapa seketika berubah jadi sensitif seperti perempuan yang sedang datang bulan. Ia mendekat dan memeluk pinggang Jimmy, kepalanya menyandar di punggung lebar Jimmy.

"Maaf ya, bikin kamu sebel. Besok aku gak akan terlalu baik deh sama mereka, maaf ya tiba-tina bahas mantan. Kamu pasti bete. Aku gak akan bahas-bahas itu lagi, maafin ya." ucapnya mengelus perut dan dada Jimmy dari belakang.

Jimmy hanya bergumam tanpa berbalik ke arahnya. "Aku minta maaf, sini dong masa istrinya dipunggungin gini." bujuk Dara yang akhirnya berhasil membuat Jimmy berbalik ke arahnya walau rahutnya masih masam.

Dara menangkup kedua pipi Jimmy lalu mengecup pelan bibir Jimmy, "Aku minta maaf ya." ucapnya. 

Jimmy mengangguk, "Kiss me again."

"With my pleasure." bisik  Dara kembali menempelkan bibirnya pada bibir Jimmy dan melumatnya pelan.

Setiap perdebatan pasutri versi mereka memang harus ditutup dengan ciuman.

------------------------------------------------------

Das ist LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang