Part 2

226 28 5
                                    

Jimmy menghela napas, telefonnya lagi-lagi tidak diangkat oleh kekasihnya, Keanu. Mungkin memang ia harus bertatap muka untuk bicara dengan Keanu. Minggu depan ia akan dinas lagi ke Jogja, kota dimana Keanu berada. Ini menjadi kesempatan untuknya berbicara mengenai hubungannya dengan Keanu ke depannya. Jimmy bekerja di salah satu hotel bintang lima di Jakarta di bidang management proyek. Ia memilih untuk bekerja di perusahaan orang lain ketimbang perusahaan milik keluarga ayahnya.

Sebentar lagi ia harus menjemput Andhira, adik perempuan satu-satunya untuk mencari hadiah untuk temannya yang sedang berulang tahun.
Setelah jam pulang kantor, Jimmy segera meluncur ke rumah orang tuanya.

Sampai di rumah orang tuanya, Jimmy langsung disambut pelukan ibunya.

Jimmy mengecup pipi ibunya, "Apa kabar, Mi? Papi belum pulang?"

Ibunya menggeleng lalu menggiring putranya masuk ke dalam rumah.
"Papi lembur hari ini, kamu sama Andhira mau kemana sih, Bang?"

"Andhira minta temenin nyari kado buat temannya, Mi. Anaknya kemana?"

"Masih di kamar kayanya,"

"Dhira, abang udah datang nih. Ayo keburu malam," panggil ibunya. Andhira keluar kamar dan turun tangga dengan terburu-buru.

"On my way," ucapnya lalu tersenyum lebar begitu dihadapan Jimmy. Jimmy mengacak rambut Andhira.

"Udah sana, berangkat. Abang jagain adiknya ya, jangan pulang terlalu malam."

Jimmy dan Andhira mencium tangan dan pipi ibu mereka.
"Jimmy sama Dhira berangkat ya, Mi."

Setelah berpamitan, kedua kakak beradik ini menuju ke Plaza Senayan.


Satu jam mengitari mall, akhirnya Andhira menemukan barang yang ia cari.
"Dir, makan dulu ya. Abang laper nih, lagian lama banget kamu."

Andhira menyengir mengelus lengan Jimmy, "Iya maaf deh, Bang."

Mereka berjalan ke arah restauran khas Indonesia.
"Harusnya tadi Abang ajak Kak Dara," ucap Andhira menunggu pesanan mereka.

Jimmy tersenyum kecil, "Dara lagi pusing sama WOnya. Kapan-kapan kita jalan bertiga lagi,"

Andhira mengangguk, "Habis Dhira kangen sama Kak Dara."

Jimmy tersenyum, "Kok bisa sih kamu dekat dengan Dara, dia itu jutek banget." ucap Jimmy heran. Adiknya dan Dara jika bertemu akan sangat kompak dibanding dengan dirinya.

Andhira mengangkat sebelah alisnya, "Terus apa kabar sama Abang yang lebih lama dekat sama Kak Dara?"

Jimmy tertawa, "Iya juga ya, gen tahan banting kayanya kita, Dhir."

Andhira ikut tertawa mendengarnya.


Sementara di sisi lain, Dara kini sedang berdiskusi dengan timnya. Tim yang ia pegang sendiri berjumlah tujuh orang, mereka bagian menangani 4 pernikahan berdasarkan permintaan klien.
"Mbak Dara, ini pernikahan anaknya Pak Wahid mintanya serba ungu," ucap Kana salah satu timnya.

"Ya sudah, langsung di list aja ya, Na. Okay, urusan Pak Wahid clear ya. Untuk gedung yang Mas Dana mau kemarin udah kamu hubungin belum pihak gedungnya, Bel?" tanya Dara memeriksa satu-persatu tumpukan kertas dan sebuah tablet yang ada di depannya.

"Aduh, Mbak. Katanya ternyata di tanggal segitu gedungnya udah full booked." ucap Bella.

Dara menghela napas lelah, "Coba deh kamu hubungin Mas Dana, minta pilihan alternatifnya. Segera ya, Bel. Waktu kita benar-benar gak banyak."

"Siap, Mbak."

"Punya Mbak Jannet clear, Punya anaknya Tante Rania? Ini kok masih banyak yang kurang di list? Kenapa ini?" ucap Dara mengerutkan keningnya menatap tablet di tangannya.

Das ist LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang