Bab 18

2K 438 56
                                    

Meriska kembali dihadapkan pada situasi genting, kini ia mendapatkan tugas untuk mengawasi Ami yang sedang ditangani oleh spesialis di ruang operasi. Tidak ada kasus murni kecelakaan, itu yang diberitahukan padanya.

Tentu ia tidak percaya begitu saja, Ami pernah datang padanya dengan luka yang berbeda. Dan ini yang paling parah dan harus ditangani oleh tim medis karena retak di kepala.

Apa yang sebenarnya terjadi, itu tanda tanya besar.

Bukan Bram yang memberikan perintah langsung melainkan salah satu orang kepercayaan pria tersebut, saat ia tiba di rumah sakit ia tidak melihat keberadaan Bram. Mungkin orang-orang itu yang membawa Ami ke sini.

Meriska teringat pada flashdisk yang diberikan Ami, apakah ini ada kaitannya dengan benda itu? Ia belum sempat melihat isi flashdisk tersebut, bulu kuduk Meriska merinding, ia yakin sesuatu telah terjadi hingga menyebabkan Ami terluka.

Saat Ami dikeluarkan dari ruang operasi Meriska segera mengikuti petugas, Ami akan dibawa ke ruang ICU selama menunggunya melewati masa kritis. Amat memilukan melihat keadaan wanita yang diketahui istri seorang tokoh penting terwujud aku namun tidak ada satu keluarga pun di sisinya.

Meriska sudah praktekkan untuk membantu Ami, apapun yang terjadi dia akan berada di garda paling depan. Ami wanita rapuh, ia tidak memiliki seseorang yang bisa dipercayainya dan Meriska akan membuktikan bahwa wanita itu bisa mempercayainya.

Andai saja ia tahu siapa keluarga Ami pasti Meriska akan menghubungi mereka, di sini hanya ada dia dan beberapa orang yang ditugaskan oleh Bram menjaga di luar ruangan. Mungkin dari segi pengamanan sudah cukup dekat, tapi di mana sisi kekeluargaan?

Meriska tidak mengerti seperti apa kehidupan orang-orang seperti Bram, hingga tiga jam berlalu ia belum juga melihat batang hidung suami Ami.

Sepertinya Meriska harus mengetahui lebih dulu bagaimana kehidupan Ami di kediaman Cendana, siapa saja orang yang dekat dengan wanita itu dan siapa yang selalu mencari masalah dengannya. Kebetulan ia mengenal kepala pelayan di sana, ia akan mencari tahu dari wanita itu.

Benturan di kepala bagian belakang cukup hebat sebuah mukjizat Ami bisa membuka mata setelah hampir tiga hari tidak sadarkan diri, ia juga tidak lupa ingatan semua memorinya baik-baik saja.

Terakhir yang dikatakan wanita itu adalah meminta cerai pada suaminya ia yakin bukan karena kata itu Bram membenturkan kepalanya ke dinding tapi memang sedari awal laki-laki itu ingin menyiksanya.

Meriska orang pertama yang dilihat ketika Ami membuka mata, ia melihat kekhawatiran diraut wanita itu.

"Kamu menyelamatkannya?"

Meriska mengerti maksud dari pertanyaan Ami. Ia tersentuh karena bukan keadaan yang dikhawatirkan Ami tapi benda yang diamanahkan padanya.

"Aku sudah menyerahkan pada yang berwajib."

Ami memejamkan mata. Ia terlambat menyadari kata-kata Bram. Video itu memang akan menjerat Elena tapi nama Bram akan terseret sebagai korban, jelas harga diri laki-laki itu akan dipertanyakan orang-orang terlebih Bram seorang tokoh publik.

"Tenang saja, aku mengenalnya."

Ami tidak menjawab lagi dan tidak mengatakan sepatah kata pun.

"Aku mengkhawatirkan keadaanmu."

Ami dengan segala ketakutannya. Ia tidak tahu kenapa pengacara menghubungi suaminya tapi lihat keadaannya sekarang lalu bagaimana jika kasus di video itu diproses?

"Katakan sesuatu, aku sudah berjanji akan membantumu."

"Apa yang bisa aku lakukan, kamu ingin aku lari dari kediaman Cendana? Aku sangat ingin melakukannya andai bisa membawa serta putriku."

Meriska terpaksa memperlihatkan beberapa foto di ponselnya yang ia sendiri tidak tahu siapa yang melakukannya pada orang kepercayaan bu Cendana.

Melihat ekspresi Ami ia meyakini bahwa wanita itu mengetahui sesuatu. "Dia ada di Singapura, hanya kami para dokter keluarga yang tahu hal ini."

Itu Elena. Kenapa wajahnya bisa seperti itu? Keringat dingin mulai keluar, Ami merasakan sakit yang hebat di kepalanya tapi ia tidak berteriak.

"Kepalaku sakit," rintih Ami.

Meriska segera menyimpan ponselnya dan menangani Ami. Salah memperlihatkan foto tersebut pada saat keadaan pasien belum stabil, tapi ia harus melakukannya agar Ami membuat keputusan.

"Istirahatlah selama beberapa jam lagi, lalu katakan sesuatu. Jangan khawatirkan anakmu. Mereka tidak akan membunuhnya."

Ami tidak percaya melihat keadaan Elena sekarang, apakah dengan kondisi itu nyawanya akan terselamatkan?

"Tapi aku menyisakan nyawa untuknya." itu yang dikatakan Bram, Ami masih mengingatnya.

"Jika ini berkaitan dengan video tersebut, apakah beliau yang melakukannya?"

Ami bungkam, ia sangat ketakutan dan tidak sanggup membayangkan hal buruk itu juga menimpanya. Bagaimana cara Bram merontokkan gigi Elena? Itu sangat menyakitkan.

"Tolong aku." matanya terpejam saat meminta seseorang menolongnya, Ami tidak ingin kehilangan keyakinan karena tidak mempercayai Tuhannya. Ia akan putus asa bila sesuatu yang lebih mengerikan terjadi padanya.

Meriska tersenyum puas mendengar permintaan tolong dari Ami, ia ingin mengakhiri penderitaan wanita itu.

******

Malam itu Bram menyuruh Meriska dan petugas yang lainnya meninggalkan rumah sakit, dia akan menjaga istrinya sendiri dan tidak ingin diganggu.

Sepeninggal orang-orang itu ia membangunkan Ami.

Karena pengaruh obat matanya terlalu berat untuk dibuka tapi Bram memaksanya.

"Kamu hanya perlu melihat video ini, setelah itu aku tidak akan menggangg."

Bram berbicara serius dan mulai menyalakan laptop dan memasukkan sebuah flashdisk sehingga sebuah video berputar.

"Aku hanya ingin impas."

Setelah itu Ami dengan tubuh bergetar terpaksa menyaksikan video tersebut, di mana suaminya dan Elena bercumbu sampai bercinta dengan hebat. Ia dipaksa menonton adegan yang menyakitkan dan membuatnya jijik pada dua orang itu. Jika alurnya seperti ini bukankah mereka sama-sama binatang?

Kurang dari sepuluh menit Ami mengerang kesakitan, ia memegang kepalanya. Bram melihat kucuran keringat dan darah dari tangan Ami dan seketika wanita itu pingsan sehingga membuatnya panik. Ia segera menutup laptop dan berlari ke luar untuk memanggil petugas.

Kurang dari dua menit Bram kembali dengan dokter juga beberapa petugas dan ia dibuat kaget karena tidak melihat keberadaan istrinya.

"Dia di sini mengerang kesakitan, tidak mungkin---" Bram melihat laptopnya masih di posisi yang semula tapi tidak ada lagi flashdisk di sana.

"Cari istriku!"

Ami masih sakit Bram melihat dengan mata kepalanya sendiri, artinya ada seseorang yang menculik Ami atau menggunakan kesempatan ini untuk menghancurkan misi politiknya.

Dua hal yang sangat dikhawatirkan Bram, flashdisk dan Ami.

Bram murka dan menyuruh petugas memeriksa ke depan, ia menghubungi semua orang-orangnya dan memberi perintah yang sama. Dari seorang petugas Bram mengetahui pada sebuah mobil yang melaju kencang sekitar satu menit yang lalu namun mereka tidak melihat tanda keberadaan pasien.

Bram meninggalkan rumah sakit ia menyuruh Xander membuat laporan di kepolisian dan mengerahkan orang-orangnya untuk pencarian istrinya.

Saat tidak ada lagi Bram dan orang yang diduga anak buahnya, sebuah helikopter terbang dari atap rumah sakit membawa Ami yang kembali tidak sadarkan diri.

Bukan menantu pilihan (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang