Bab 24

1.7K 396 31
                                    

Bram enggan keluar dari penginapan laki-laki itu menyuruh petugas di sana membelikan dua bungkus nasi tapi Angel ingin makan di lesehan yang tersedia di penginapan ini.

"Bagaimana kalau ada yang orang yang mengenalimu?"

"Sepertinya tidak ada," jawab Angel. "Kita baru sampai tadi sore tidak mungkin ada yang kenal."

"Makan di sini saja, lebih aman."

Tidak ada udara luar yang bisa dihirup dan Angel tidak tahu berapa lama mereka akan ada di ruangan ini.

"Mereka akan menyiapkan semuanya."

"Aku tidak akan lama begitu selesai langsung balik."

"Kamu tidak mendengar perintahku?"

Angel terdiam. Perasaan dari tadi pagi dia sudah mendengar perintah majikannya itu sampai sekarang dirinya berada di penginapan ini.

"Aku hanya mau makan Pak bukan melanggar perintah."

"Di luar sana berbahaya, aku sengaja ke sini karena tidak mau ada yang melihat keberadaan kita."

"Baiklah."

Sepertinya Angel akan menghabiskan waktu beberapa hari untuk melakukan semua hal di ruangan yang sama.

Ketika wanita itu melayangkan tatapannya ke televisi Bram melihatnya, saking telitinya papa Nahla melihat jerawat kecil di dagu Angel. Sepertinya pengasuh Nahla jarang mencuci muka, lihat saja ada jerawat tumbuh di wajahnya. Andai saja jerawat itu tumbuh di wajah Ami maka dia akan segera menyuruh istrinya mencuci muka dan menggunakan krim yang langsung bisa merontokkan akar jerawat.

"Percuma demo bukannya turun malah sembako lain yang dinaikkan. Perlunya ke rakyat pas pemilihan saja."

Bram mendengar komentar Angel lalu dia mengambil remote dan mengganti siaran. "Pikiranku sedang tegang, matikan saja."

"Bosan Pak, ini kan sudah diganti." lalu Angel melihat siaran komedi yang diperankan oleh komedian tanah air.

"Coba yang ditayangkan lawakan anggota dewan pasti lebih lucu."

Komentar ringan tapi terdengar kritis.

"Di depan kamera saja mereka serius di belakang yakin aku mereka pada ngelawak."

Lalu wanita itu tersenyum.

"Dulu kamu kuliah di mana?" tanya Bram. Ia tidak mengurus CV pengasuh putrinya dari dulu hingga sekarang.

"Sepertinya aku tidak kuliah." Angel tidak diberitahu jenjang pendidikannya.

Bram bingung dengan jawaban Angel.

"Pernah bekerja di instansi pemerintah?"

Angel menggeleng. "Ini pertama kalinya aku bekerja." ya, memang ini seingatnya.

Bram tidak bertanya lagi. Mungkin sering menonton berita tanah air makanya wanita bisa berkomentar seperti itu.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tidak," jawab Bram. Dia tidak suka meladeni pertanyaan orang lain apalagi pertanyaan yang tidak penting.

"Tapi aku penasaran."

Bram tidak menggubris.

Angel memutar posisinya yang tadinya duduk di lantai menghadap ke televisi kini ia duduk berhadapan dengan papa Nahla yang duduk di sofa.

"Apakah istri anda juga seorang wanita karir?"

Bram tidak ingin membahas tentang istrinya dengan orang lain, cukup dia yang mengetahui siapa Ami.

Bukan menantu pilihan (Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang