Setahun yang lalu, sekitar masih kelas sebelas.
Sungguh hal yang tidak pernah diduga oleh siapapun ketika seorang Alga datang dan berinisiatif untuk membantu menyelamatkan Narima yang terkunci dari luar toilet. Ketika Alga ingin mencoba menerobos, kerumunan dari siswa yang lain membuatnya geram. Pasalnya tak ada celah untuk membuatnya mendekati pintu toilet.
"Minggir lo pada!" teriak Alga membuat kerumunan yang ada di depan pintu toilet menyingkir secara perlahan dari sana. Beberapa dari mereka nampaknya terkejut melihat kedatangan Alga.
Dirasa cukup mendapatkan ruang yang leluasa, Alga mendekat ke arah pintu toilet, lalu memegang kenop pintunya. "Buat lo yang ada di dalam tolong ngejauh sedikit dari pintu karena mau gue dobrak."
"E-enggak bisa, sempit."
"Cuma sebentar, coba lo ngejauh sedikit."
"I-iya...."
Alga menarik napas dalam-dalam, kemudian mengambil ancang-ancang untuk membenturkan bahunya ke arah pintu toilet. Dengan sekuat tenaga, Alga mulai melakukan aksinya.
Brak!
Nihil. Pintu toilet itu masih tetap terkunci. Alga tidak menyerah, dia harus bisa mendobrak pintu itu. Terlalu lama terkunci di toilet juga tidak baik, bisa-bisa Narima kehabisan oksigen di sana belum lagi kalau cewek itu panik.
"Lo tetap menjauh dari posisi pintu, gue coba untuk dobrak lagi."
"S-Sesak. Hawanya pengap."
Alga yang mendengar itu lantas kembali mendobrak dan menendang pintu itu. Hingga bahunya terasa mulai sakit dan nyeri. Sial, kenapa susah sekali pikirnya?
"Ga, gue bantu." Tiba-tiba Langit datang dan membantu Alga untuk mendobrak pintu toilet itu. Semua siswa yang di sana berbondong-bondong menyaksikan adegan heroik tersebut, tatkala dari mereka ada yang memotret entah untuk apa.
"Satu!"
"Dua!"
"Tiga!"
Ucap Alga dan Langit berbarengan lalu akhirnya pintu itu terbuka dengan sekali dobrak. Di dalam toilet itu Narima menangis dengan wajah yang pucat, dan setelahnya perempuan itu ambruk. Untung saja dengan sigap Langit menangkap tubuh mungil Narima, diperhatikannya lekat-lekat hingga mengecek suhu badan serta deru napasnya.
"Kita harus bawa dia ke UKS sekarang juga!" Langit berucap panik. "Dia kena hipotermia!"
Mata Alga membulat, lalu dengan cepat mengambil posisi Langit yang memapah tubuh Narima. Alga menggendong tubuh Narima keluar dari dalam toilet. Siapapun yang melihat aksi Alga pasti akan tercengang, terlebih lagi Alga menggendong seorang perempuan. Itu untuk pertama kalinya terjadi di SMA Kencana.
Langit yang melihat Alga menghela napas pelan dan sedikit membenarkan kerah seragamnya. Kemudian keluar dari dalam sana hingga berpapasan dengan Jeano, Ralaska, dan Aksara.
"Lha, katanya ada yang kekunci di toilet. Ini gue bawa kunci serepnya," ucap Ralaska mengangkat kunci candangan pintu toilet tersebut.
Langit menghela napasnya pelan. "Udah enggak perlu."
"Lho kok bisa?" Aksara mengernyit.
"Anaknya udah ditolongin sama Alga," balas Langit. "Mereka ke uks."
"Ya udah ayo kita samperin!" usul Jeano mulai membalikan badan dan bergegas menuju ruang UKS bersama dengan yang lainnya.
Sementara itu di UKS sendiri Alga langsung membaringkan tubuh Narima yang wajah pucat dan bibirnya membiru. Untungnya dengan sigap pihak kesehatan sekolah menanganinya dan Alga diminta untuk menunggu.