Vote + komen jangan lupa!
Selamat membaca!Note: jadi guys mau kasih tahu ya.. alurnya ini mundur, dan nanti maju. Ini alur pas mereka semua masih kelas 11, setahun sebelum sifat Alga berubah. Jadi semoga kalian paham yaaa💕
Baca juga versi AU instagramnya ya.
*********
Setahun lalu,
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Langit sudah rapi dengan seragam SMA Kencana hari Rabu atasan berwarna biru tua dan bawahan navy. Usai sarapan bersama kedua orangtuanya Langit berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Hari ini dia memilih untuk membawa mobil pajero sport putih miliknya. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Langit hanyut dalam pikirannya sendiri.
Menjalani aktivitas pelajar sekolah seperti biasa, membuat Langit cukup giat dan rajin guna lulus dengan nilai yang dapat memuaskan kedua orangtuanya. Ayah Langit sendiri bekerja di kantoran, sedangkan Bundanya sebagai sekretaris yayasan SMA Kencana juga pengelola kafe Rainbow. Keluarga yang terlihat bahagia bukan? Semua finansial dapat mereka atasi dengan baik.
Namun sayang, dibalik kesempurnaan keluarga Langit. Cowok itu sendiri menyimpan segala tentang dirinya cukup tertutup dari siapapun, kecuali kedua orangtuanya sendiri. Ada hal yang perlu kalian tahu tentang Langit. Langit adalah seseorang yang hidup dengan satu ginjal. Cukup mengejutkan bukan?
Pribadi Langit yang terlihat nyaris sempurna, bahkan kekurangannya dapat tertutupi dengan kelebihan yang ia punya nyatanya hidupnya tidak sesempurna itu. Bertahan hidup dengan satu ginjal bukanlah hal yang mudah bagi Langit. Sejak lahir Langit memang memiliki riwayat agenesis ginjal, yang di mana pada saat bayi Langit kehilangan satu ginjalnya. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat bayi di dalam rahim organ ginjalnya tidak dapat berkembang dengan sempurna. Kondisi ini dikenal sebagai unilateral renal agenesis (URA). Meskipun hidup dengan satu ginjal, Langit sendiri sudah menerapkan pola hidup sehat agar menjaga kondisi keseimbangan tubuhnya. Ya meski kadang porsi energinya cukup terkuras penuh.
Langit pernah mengeluh, tapi ia selalu mengingatkan dirinya bahwa semua ini adalah ujian hidup dan harus semangat melewati segalanya.
Merasa pikirannya makin terbawa suasana dengan kondisi dirinya, Langit seketika menggelengkan kepala dan menghela napas panjang. Jangan sampai fokusnya sekolah terpecah-belah karena hal tadi. Cukup jalani seperti biasa.
Sesampainya Langit di sekolah dan sudah memakirkan mobilnya. Tak sengaja dirinya berpapasan dengan Rima di koridor depan pintu masuk area sekolah. Ingin menyapa, namun niat itu Langit urungkan dan memilih bersikap biasa saja ketika melewatinya.
Tapi ada satu hal yang bikin Langit menghentikan langkah kakinya saat melewati Narima yang masih berjalan di belakangnya. Wajah perempuan itu nampak pucat, seraya meremas ujung seragamnya. Sepertinya perempuan itu tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Langit malah menghela napas, enggak seharusnya ia mendadak peduli dan fokusnya teralihkan ke sana. Kenapa sikap dan perhatiannya jadi mengarah kepada Narima yang jelas-jelas Langit tidak mau berurusan dengannya. Daripada pusing memikirkan itu, lebih baik Langit kembali melangkah pergi menuju kelasnya berada.
Di sisi lain, Narima sendiri berharap seseorang yang ada di hadapannya dapat membantu dirinya karena Narima merasakan asam lambungnya mendadak kambuh dan kini dadanya menjadi sesak serta terasa ingin mual. Sekuat tenaga Narima berjalan mendekatinya, tapi ketika ia melihat cowok yang ada di depannya berjalan pergi tubuh Narima langsung ambruk ke lantai seraya merintih kesakitan dengan tangan yang meremas perutnya.
"P-Perih..." Narima menahan nyeri yang begitu menyiksa. Jika saja semalam ia makan dan pagi tadi sarapan, mungkin hal ini tidak akan terjadi.
"Gue anter lo ke uks."