21: ESM??

87 7 0
                                    

Setahun yang lalu,

Rasa deg-degan bukan main saat Narima turun dari jok belakang motor Alga ketika mereka berdua sampai di parkiran sekolah. Beberapa pasang mata ada yang terkejut bahkan berbisik-bisik melihatnya. Narima jadi merasa canggung saat menghadapi situasi tersebut.

"Ayo, kamu kenapa?" tanya Alga lembut, dan sembari menarik tangan Narima untuk bergandengan dengannya.

"Please, kita jalan biasa aja bisa? Jangan gandeng tangan aku." Narima mengatakannya dengan berbisik pelan.

"Kenapa?"

"Emang aku jelek hari ini?" tanya Alga, lalu mengeluarkan ponselnya dan berkaca. "Aku ganteng kok."

Narima meringis pelan. "Aku enggak bilang kamu jelek padahal."

"Terus kenapa enggak mau digandeng?"

"Malu," cicit Narima, menyengir kecil.

Alga langsung tertawa pelan. "Kamu aman sama aku, enggak ada yang berani aneh-aneh ke kamu. Ingat, pacar kamu ini ketuanya Alcatraz."

"Siapa yang gangguin kamu, aku akan selesaikan itu."

Narima tersenyum simpul, lalu tetap melepaskan cekalan tangan Alga. Kemudian dia berjalan dahulu, dan Alga yang melihatnya menggeleng pelan sembari mengikutinya dari belakang.

"Jalannya pelan-pelan aja, nanti kamu kesandung," ucap Alga.

"Aku buru-buru soalnya habis bel  masuk jaga piket di perpustakaan."

"Kamu sarapan dulu. Aku belikan ya."

Narima menghentikan langkahnya. "Jangan repot-repot," ucapnya menatap pada Alga yang berdiri di sebelahnya. "Lagian aku enggak seberapa doyan makan pagi. Rasanya aneh di perut. Jadi jangan maksa ya, please."

Ketika mereka berdua asik mengobrol, ketiga teman Alga muncul dari arah yang berlawanan. Ralaska langsung ngibrit menghampiri keduanya. Tiba-tiba saja Ralaska membekap mulut, dan menunjuk pada Alga dan Narima bergantian.

"Lo berdua?!!!" Ralaska menjeda ucapanya dengan mata mendelik syok. "Lo berdua pacaran?!!!!"

"Literally, resmi pacaran?!"

Bugh! Jeano menepuk pelan punggung Ralaska sambil menyengir kuda. Ralaska langsung menoleh tajam dan mendecih pelan.

"Kita duluan ya, Ga," ucap Jeano menyengir dan menyeret Ralaska untuk meninggalkan Alga.

Ralaska memberontak. "Ih! Apaan dah lo. Alga belum jawab pertanyaan gue kali. Lagian tumben amat kalian ajak gue. Bukannya tadi—"

Hap! Dengan gerakan yang cepat Aksara menyumpal mulut Ralaska dengan roti cokelat yang sempat ia beli dari kantin. Ralaska mendelik, dan mengunyah rotinya.

"Jangan gangguin mereka." Aksara setengah berbisik kepada Ralaska, kemudian menatap Narima dengan tersenyum.

Sementara itu, Langit hanya diam. Ketika Narima menyadari tatapan intens dari Langit, ia menjadi kikuk. Narima merasa tatapan Langit sangat tajam, lalu sedetik kemudian ia tersadar dari pikirannya karena Alga menggandeng tangannya.

"Harus sarapan, mumpung belum masuk."

"Alga tapi kan aku—"

"Nurut sayang."

Mendengar itu seketika wajah Narima panas dan menbuang ke arah lain. Sangat malu dan hatinya berteriak gemas tak karuan. Jadi begini ya rasanya punya pasangan?

****

Seseorang tengah bertelepon dengan raut wajah mimik yang kesal hingga sesekali mendecih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALGARIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang