07: TAKDIR YANG SAMA

768 65 56
                                    

Vote + komen jangan lupa!
Selamat membaca!

Note: jadi guys mau kasih tahu ya.. alurnya ini mundur, dan nanti maju. Ini alur pas mereka semua masih kelas 11, setahun sebelum sifat Alga berubah. Jadi semoga kalian paham yaaa💕

Baca juga versi AU instagramnya ya.

*****

Setahun lalu,

Narima terus saja mengucapkan rasa terima kasih kepada Langit yang membantu dirinya berjalan menuju UKS. Padahal rasa khawatir sempat melanda dirinya, karena beberapa siswi yang ia lewati di koridor menatapnya dengan sinis. Ya
Narima sudah paham apa penyebab dari tatapan itu adalah berjalan bersebelahan bersama Langit. Lelaki yang populer di SMA Kencana, dan belum lagi statusnya yang menjadi wakil ketua Alcatraz dan cucu pemilik yayasan SMA Kencana. Ya pantas saja termasuk dalam kategori siswa idaman.

"Hmm, terima kasih ya Langit." Narima berucap dengan tersenyum tipis dan memberanikan menatap kedua netra Langit yang datar.

"Iya."

"Aku di sini aja dulu, kamu mending balik ke kelas. Ini juga bentar lagi mau bel masuk."

Langit berdeham pelan, lalu mengeluarkan sebuah kotak bekal dari dalam tasnya dan menyodorkannya kepada Narima. Perempuan itu menatap bingung.

"Gue udah sarapan, dan mungkin ikut makan di kantin nanti siang sama temen-temen gue. Jadi ini buat lo aja."

"Lho, tapi kan ini punya kamu. Aku juga tadi udah kamu beliin teh hangat sama roti."

"Gapapa, dimakan nanti aja. Gue masih kenyang." Langit menarik tangan Narima dan memberikan kotak bekalnya. "Oh iya, kelas lo sebelas IPS lima kan?"

"Iya bener."

"Wali kelas lo Bu Sita?"

"Iya dia wali kelas aku."

Langit mengangguk sekilas. "Oke, gue bakalan izin ke dia kalau lo sementara di uks dulu karena enggak enak badan. Kalau udah enakan langsung balik ke kelas aja."

"Eh, enggak perlu. Aku enggak mau ngerepotin kamu lagi."

"Gue udah bilang tadi, bagi gue niat membantu enggak akan ada kata repot." Langit kembali menutup resleting tasnya dan menggendongnya di pundak. "Yaudah, gue mau balik ke kelas, bentar lagi bakal ada anak PMR. Lo minta tolong aja ke mereka."

"Iya Langit, makasih ya sekali lagi."

Rasanya panas dingin melihat wajah Langit yang tidak tersenyum sekali. Sampai-sampai Narima sempat berpikir bahwa Langit itu sedang mengeluh karena dirinya yang merepotkan cowok itu, tapi nyatanya Langit berulang kali mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak direpotkan oleh Narima. Sembari memegangi kotak bekal itu, mata Narima menatap kepergian Langit yang sudah menghilang dari pintu uks. Keheningan kini menjadi temannya.

"Terima kasih Tuhan udah bikin aku dikelilingi orang-orang baik," lirih Narima tersenyum hangat dan merebahkan dirinya di atas brankar uks agar nyeri di perutnya kian mereda.

*****

Suara bunyi bel membuat
Narima mulai menyingkap selimut yang ia pakai di atas brankar. Pergantian jam mata pelajaran ketiga sudah berbunyi, Narima ingin untuk segera balik saja ke kelas. Berdiam diri di uks membuatnya kesepian, meski kadang ada anak PMR yang datang menanyai keadaannya.

ALGARIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang