Vote + komen jangan lupa!
Selamat membaca!Note: jadi guys mau kasih tahu ya.. alurnya ini mundur, dan nanti maju. Ini alur pas mereka semua masih kelas 11, setahun sebelum sifat Alga berubah. Jadi semoga kalian paham yaaa💕
Baca juga versi AU instagramnya ya.
*******
Setahun lalu,Sesampainya mobil Alga di depan sebuah rumah yang terlihat sederhana dengan di depannya hanya ada dua kursi plastik dan satu meja, Alga menoleh kepada Rima yang masih duduk di sebelahnya.
"Ini rumah lo?" tanya Alga.
Narima tersenyum. "Iya Alga, ini rumah aku. Maaf ya udah nganterin aku ke rumah sederhana ini pakai mobil sekeren punya kamu."
Alga mendelik kaget saat mendengarnya, lalu tertawa terpingkal-pingkal sampai membuat Narima menatapnya bingung.
"Lo minta maaf hanya karena ini?" Alga menggelengkan kepala masih dengan kekehan kecil.
"Iya, Alga. Salah ya?"
"Ya jelas lo salah, gue aja enggak mikir sampai ke situ. Cuma gue mastiin aja kalau emang ini rumah lo, soalnya kata lo kan tinggal sendiri nih di rumah kalau enggak ada bokap lo. Pas gue mantau sekitaran daerah sini, kayaknya rawan banget ya," ujar Alga menjelaskan. "Di sini sori ya bukan apa-apa nih gue ngomong gini, jadi jangan salah paham. Sepantauan gue tadi kayaknya di sini daerah perkumpulan mantan copet atau preman gitu ya, terus di poskamling aja ada yang pada main gaplek."
"Iya emang udah biasa sih, tapi tenang aja. Semua udah kenal sama Ayah, jadi enggak mungkin mereka bakal macam-macam sama aku."
"Ya kan kita juga enggak tahu sifat manusia kapan khilafnya, jadi lebih baik lo hati-hati, kalau bisa setiap mau tidur pastikan semua kekunci dengan aman pintu dan jendela rumah lo," ucap Alga memberikan saran.
Narima sedikit merasa Alga jadi malah perhatian kepadanya. Bahkan enggak disangka juga, cowok yang sebelumnya ia cap sebagai cowok pembuat masalah karena ketua geng, kini rasa-rasanya predikat itu adalah hal yang salah. Buktinya Alga memang baik, tapi apa benar ia sebaik itu?
"Iya terima kasih ya udah peduli sama aku," balas Narima dan bersiap-siap untuk turun dari dalam sana. Sebelum itu ia mengeluarkan beberapa bungkus permen kepada Alga.
Alga yang melihatnya menaikan alis bingung dengan wajah yang cengo.
"Apa nih?" tanya Alga.
"Hmmm itu sebagai tanda terima kasih aku ke kamu karena udah nganterin aku sampai rumah. Yah, emang enggak seberapa sih nominalnya, tapi aku harap kamu nerima permen ini," ujar Narima tersenyum dan memberikan tiga bungkus permen lollipop beda varian rasa kepada Alga.
"Anggap aja itu ongkos karena kamu udah baik hati sama aku," imbuh Narima dan tiga bungkus permen milkita susu itu diterima dengan baik oleh Alga.
Alga menatapnya dengan tersenyum, dalam hati yang paling dalam entah kenapa ada sesuatu yang berdesir hangat. Memang jumlah permen itu nominalnya sangat sederhana, tetapi keikhlasannya akan terasa.