Setahun yang lalu,
Malam ini mendadak Alga mengumpulkan semua anggota inti Alcatraz, dan anggota lainnya. Untungnya besok mereka libur sekolah jadi tidak menganggu waktu. Sebenarnya perkumpulan ini bisa diadakan besok pagi, namun teror yang mendadak menyerang markas mereka membuat Alga langsung bersiaga untuk berdiskusi dengan anggotanya.
"Akhir-akhir ini markas selalu dilempar oleh batu bahkan ada surat misterius yang berisikan ancaman yang bisa-bisa teman sekolah kita kena imbasnya," ujar Alga duduk melingkar dengan anggota lainnya. "Gue rasa pasti ini ulah dari Lenoux."
Ralaska menggebrak meja kesal membuat lainnya terperanjat kaget. "Mereka enggak bosen apa cari gara-gara mulu, udah bikin Alfan celaka sekarang malah ngusik lagi. Emang bener-bener kagak bisa didiemin mereka."
"Tapi gue dapat sedikit info katanya ketua mereka lagi kesandung kasus narkoba. Ketuanya lagi direhab. Awalnya dia ditangkap di kampung preman yang ada di dekat jalan Undi, dan info-infonya sih komplotan Lenoux bukan anak-anak SMA Gema juga tapi gabungan sama anak SMK Gema 2," ucap Jeano seraya menyenderkan bahu di sofa. "Itu berarti sekarang posisi ketua Lenoux lagi kosong."
"Dih, ketuanya aja begitu kelakuannya. Apalagi bawahannya. Kenapa enggak dibubarin aja sih, geng mereka rusuh banget," gerutu Aksara. "Perlu enggak sih kita bubarin mereka dan ngasih peringatan?"
"Jangan gegabah," sahut Langit, tenang. "Bubarin organisasi komplotan kayak mereka enggak segampang itu, dan kalau pun kita berhasil bubarin mereka pastinya masih ada akar-akar yang akan tumbuh lagi ketika dicabut. Kita harus pikirkan cara lain buat bikin mereka jerah."
"Oh btw, Lang. Kemarin lo sempat lewat jalan dekat markas Lenoux kan? Anak-anak pada bilang lo sampai ngobrol sama salah satu anak sana, itu siapa? Lo kenal?" tanya Jeano mengintimidasi Langit. Jeano itu posisinya ibarat kaki tangan, dan telinganya ada di mana-mana meski dia tidak ada. Informasi itu pun dia dapatkan dari anggota Alcatraz lainnya. Jeano menjadi penasaran karena itu.
"Bukan siapa-siapa," jawab Langit bohong. Dia pikir belum saatnya memberitahu soal sepupunya yang bergabung dengan Lenoux kepada teman-temannya. Dia harus menyelesaikan masalah itu sendiri dan mencari tahu alasan kuat bergabungnya Samudra di geng Lenoux. Sebab, perasaan Langit tidak enak.
"Lo yakin enggak kenal dia?" tanya Jeano memastikan.
"Iya, gue baru tahu dia kemarin. Gue rasa dia anak baru di sana," jawab Langit datar.
"Dih makin nambah aja anggotanya. Makin ribet deh," sahut Ralaska.
Alga menggelengkan kepala. Rasanya pusing juga memikirkan tingkah laku Lenoux yang selalu menyeret Alcatraz. Kalau dibiarin memang semakin bahaya, komplotan geng itu akan membuat keresahan di mana-mana. Alga akan bertekad akan membuat geng itu bubar, dan membuat lokasi-lokasi yang diklaim menjadi wilayah Lenoux terbebaskan dari mereka.
"Oh ya, kita selidiki dulu soal lemparan batu dan surat-surat ini. Gue enggak mau kita salah orang, nanti yang ada jadi ribet," ucap Alga. "Dan satu lagi habis ini akan ada lomba antar sekolah di SMA kita, guru-guru minta anak Alcatraz turut andil sama anak OSIS buat jadi panitia."
"Dih, malesin banget. Itukan ada OSIS ngapa anak-anak Alcatraz ngikut? Emang babu apa." Ralaska merenggut sebal.
"Udah nurut aja sih, lumayan dapat jatah makan," balas Aksara cekikikan.
"Giliran ada acara beginian baru deh guru-guru manis banget ke kita. Hadeh...."
Semuanya tertawa menanggapi ucapan Ralaska barusan, sedangkan Langit beranjak dari duduk membuat tawa itu terhenti.
"Mau ke mana Lang?" tanya Alga.
"Ke kamar mandi bentar."
Lalu setelah mengatakan itu Langit pergi dari sana. Yang lain hanya saling pandang dan mengedikan bahu.