19: KEPUTUSAN

163 14 5
                                    

Setahun yang lalu,

Narima berjalan dengan rasa gugup sembari membawa paperbag yang berisi jaket milik Alga. Dia harus mengembalikannya agar tidak ada rumor yang beredar hanya karena jaket ini. Narima enggan sekali mencari musuh. Apalagi berurusan lebih jauh dengan anak-anak Alcatraz.

Bruk.

Tiba-tiba saja paperbag yang dibawa Narima jatuh ke lantai karena terlepas dari genggamannya. Lalu ada siswi perempuan yang memungutnya.

"Wah, apaan nih?"

Narima seketika langsung merebutnya kembali, membuat siswi yang ada di depannya ini menaikkan alisnya dengan mendecih pelan.

"Jadi bener ya rumor itu."

"Aku enggak kenal sama kamu, jadi maaf aku mau pergi," ucap Narima.

"Ah, selera Alga turun juga ya. Padahal mantannya lebih berkelas," sindir siswi itu.

"Dan jaket itu harusnya Alga kasih ke yang lebih pantas, daripada lo."

Narima menatap sekilas, dan membaca nametag yang ada di seragamnya. Venus, namanya. Nama yang cantik, tapi ternyata mulutnya sadis pikir Narima. Narima yang enggan berurusan lebih lama dengan Venus, langsung melengos saja. Namun dengan liciknya Venus menendang kaki Narima, sehingga dia terjerembab dan mengaduh kesakitan.

"Ups, maaf ya. Gue enggak sengaja," ucap Venus setengah tertawa puas.

Dengan membuang napas yang panjang Narima berusaha berdiri kembali. Dalam hatinya ia mengulangi kata "sabar".

"Iya enggak papa kok," balas Narima memberikan senyuman yang lebar.

Bisa dilihat, nampaknya Venus merasa jengkel melihat Narima yang tidak membalasnya dan malah tersenyum. Tolol, pikirnya. Namun Venus merasa menang, ia pikir akan semakin menyenangkan jika dirinya berurusan dengan Narima. Ah, tak lupa juga ia akan memberikan kabar kepada seseorang yang menjadi alasan mengapa Venus tiba-tiba mengusik Narima.

"Jangan pernah ada penindasan di depan mata kepala gue sendiri."

Alga yang datang dengan Langit membuat Venus berjengit kaget. Dua laki-laki itu langsung berdiri di dekat Narima.

Venus memutar bola matanya. "Dianya aja jalan enggak becus. Pakai acara drama jatuh segala."

Narima yang mendengarnya sontak mengernyitkan dahi. Venus berbicara yang tidak semestinya terjadi, membuat Narima gemas sekali.

"Mending lo balik aja," ucap Langit dengan suara rendah. "Daripada keliatan guru di sini."

"Dih, sok iya banget nih cewek pakai kalian belain segala." Venus menghentakkan kakinya dan pergi dengan perasaan dongkol, namun sebelum ia pergi dirinya sempat melirik tajam ke arah Narima dan tersenyum miring.

Narima menatap kepergian Venus dengan penuh tanda tanya sembari mengarahkan pandangannya kepada Lamgit.

"Abaikan aja ucapan dia," ucap Langit. "Lo mau ke mana emang?"

"Dia siapa sih?"

"Dia Venus."

Narima membulatkan mulutnya sesaat. "Alga punya mantan ya?"

"Kenapa tiba-tiba lo jadi penasaran?"

"Lo aja belum jawab mau ke mana."

Narima mengerjap, dan menggelengkan kepalanya sembari memegang erat paperbag yang sedari tadi dilihat oleh Langit.

"Aku mau balikin jaketnya Alga. Aku enggak mau jadi bahan topik di sekolah cuman gara-gara jaket ini. Lagian ini aku dipinjamin."

"Lo yakin Alga akan nerima balik itu jaket?"

ALGARIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang