Neva hendak membangunkan Ellio untuk sarapan pagi. Lelaki kecil itu terlihat sangat menggemaskan saat tidurnya. Lihatlah tingkahnya yang menurut Neva begitu lucu, dengan kaki meringkuk seperti bayi, dan jari tangan diisap di mulutnya. Tidurnya begitu tenang dan damai.
"Ellio Sayang, bangun Nak! Ayo mandi lalu sarapan."
Eunghh!
Ellio terbangun dari tidurnya. Lelaki kecil itu melenguh, melebarkan tubuhnya bak kucing. Neva dibuat gemas olehnya. Sembari menunggu si kecil bangun, Neva kembali ke dapur untuk membalik adonan yang digorengnya.
Ellio yang sudah terbangun mengucek matanya dua kali. Lelaki kecil itu entah kenapa tiba-tiba panik. Dengan cepat dia memeriksa sekeliling tak mendapati keberadaan ibunya. Dia takut semua hanya angan saja perihal ibunya yang menjadi baik padanya. Kemudian menyadari dirinya tidur di ranjang, si kecil itu menjadi sadar. Semua nyata!
Lihatlah dirinya yang tertidur di ranjang yang empuk! Tanpa titah ibunya, Ellio takkan berani.
Tapi, dimana keberadaan ibunya?
Sebelum dia melihat ibunya, hatinya takkan tenang. Ellio takut dirinya masih bermimpi, semua adalah ilusi bukannya kenyataan. Itulah yang dia takutkan.
"Bu!"
"Ibu!"
Dengan spontan lelaki kecil itu melompat turun ranjang dan mencari keberadaan ibunya. Tak lupa teriakan kekhawatiran untuk memanggil ibunya itu.
Neva yang berdiri di depan tungku masaknya juga mendengar suara cemas Ellio. Wanita itu segera meninggalkan kerjaannya dan berlari menghampiri Ellio kecil yang ternyata juga sudah menghampirinya terlebih dulu.
Melihat ibunya yang mendekatinya, Ellio tanpa sadar melompat ke pelukannya. Neva sendiri tak masalah mendapat serangan tiba-tiba dari putra kecil tercinta.
"Ibu ternyata tidak pergi meninggalkan Ellio."
Kening Neva berkerut tak suka, "Kenapa Ellio bisa berpikir begitu, hmm?"
Ellio menunduk cemas. "Maafkan Ellio, Bu! Ellio tidak akan berpikir seperti itu lagi."
"Iya, dan ibu tidak akan pernah meninggalkan Ellio, ingat!"
Ellio menganggukkan kepala paham. Dia merasa lega dan bersyukur bahwa ibunya takkan meninggalkannya.
"Sekarang, Ellio mandi. Ibu akan menyiapkan sarapan untuk kita," titah Neva sembari melepaskan pelukannya.
Ellio mengangguk patuh. "Baik, Bu!"
Usai mandi, Ellio sarapan bersama ibunya. Lelaki kecil itu senang sekali bisa sarapan pagi bersama ibunya. Biasanya, mana pernah dia begitu. Neva memikirkan persediaan makanan di rumah yang sudah hampir habis. Dia harus pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-harinya dan putranya.
Neva sudah memeriksa uang milik pemilik tubuh asli. Tidak banyak uang yang tersisa. Dia juga harus segera mencari pekerjaan agar bisa mendapatkan uang. Dia berharap dengan dirinya pergi ke pasar nanti, akan ada pekerjaan yang dapat dilakukannya.
"Ayo, ikut ibu ke pasar, Sayang!" ajak Neva tiba-tiba.
Ellio kecil tertegun. Mulutnya sedikit membuka mendengar perkataan ibunya. Kemudian lelaki itu berkata dengan hati-hati untuk memastikan,"Pa-sar? Ellio boleh ikut?"
"Iya, sayang."
Ellio mengangguk senang mendengar kepastian dari ibunya. "Ya! Ya! Ellio mau!"
"Yeayy!"
****
Akhirnya Neva dan Ellio tiba di pasar. Mata Ellio selalu berbinar menatap berbagai barang yang dijajakan kios-kios yang berjajar. Meski begitu, lelaki kecil itu sama sekali tidak meminta apapun pada Neva.
Neva mengajak Ellio ke kios yang menjual makanan pokok. Dia membeli kebutuhan seperti beras, tepung gandum, garam, minyak, dan rempah-rempah lain yang dibutuhkan untuk memasak. Disini memang ada beras, hanya saja harganya lebih mahal. Maklumlah, makanan pokok saja lebih pada roti yang berasal dari tepung gandum.
Neva hampir menghabiskan sebagian besar uang yang tersisa dari pemilik tubuh asli untuk membeli kebutuhan pokok ini. Maklumlah, semua serba mahal bagi dirinya yang dibilang sangat miskin. Di sepanjang jalan tadi, dia juga memikirkan pekerjaan apa yang cocok untuknya. Dia tak berpikir ingin bekerja sebagai pelayan toko. Tidak. Dia lebih suka pekerjaan yang mengandalkan dirinya sendiri.
Neva pikir dengan titel designer dari dunianya dulu, dia bisa menjual desain pakaian atau membuat pakaian sendiri kemudian menjualnya. Ada dua pilihan baginya. Untuk opsi kedua, meski dia tidak mempunyai mesin jahit disini, jahitan pakaian kebanyakan masih manual dengan jahitan tangan. Neva dapat mengatasinya. Tetapi, masalahnya harga kain tentu lebih mahal dari harga makanan pokok. Uangnya belum tentu cukup untuk itu.
Kalau begitu, pilihan terbaiknya adalah opsi satu. Neva hanya perlu membeli beberapa kertas dan tinta. Meski mahal tetapi tidak semahal kain. Neva memperhatikan sisa uangnya. Tersisa beberapa perak saja. Oh iya, alat mata uang di dunia ini masih menggunakan koin, yaitu emas, perak, dan tembaga. 1 koin emas sama dengan 100 koin perak. Dan 1 koin perak sama dengan 100 koin tembaga.
Usai membeli kertas untuk menggambar rancangan pakaiannya, neva berpikir kertas itu juga bisa digunakan untuk belajar menulis putra kecilnya.
Teringat sesuatu, Neva tiba-tiba melirik putra kecilnya yang sedari tadi diam tanpa minta membeli apapun. Dia sepertinya bisa menebak beberapa pikiran si kecil ini.
"Apa Ellio ingin membeli sesuatu?" Neva yang tak tahan akhirnya bertanya.
Ellio awalnya ingin mengangguk, tetapi setelah beberapa saat berpikir, lelaki kecil itu akhirnya menggeleng. "Tidak, Bu."
"Kenapa? Apa tidak ada yang Ellio sukai disini?"
Dengan ragu, Ellio mengangguk. Jelas, raut wajahnya tidak sesuai dengan ucapannya.
Lihatlah wajah kecil menyedihkan itu!
Neva dengan tenang membujuk putranya. "Ellio, jangan khawatir soal uang ibu! Ellio bisa memilih beberapa manisan yang disukainya, ibu tidak akan marah! Nah, jadi apakah Ellio ingin sesuatu?"
"A-apakah tidak apa-apa, Bu?" tanya Ellio dengan nada ragu dan agak takut-takut.
Neva mengangguk sembari memberikan senyum terbaiknya pada si kecil.
"Baiklah kalau begitu, Bu!" Ellio yang mendapat persetujuan ibunya tanpa sadar juga tersenyum lebar. Neva sampai terpana dibuatnya! Putra kecilnya sungguh tampan, apalagi ketika tersenyum.
Lalu Ellio memilih membeli permen kapas dan kue kecil. Dia selalu ingin mencoba ketika melihat anak-anak lainnya makan manisan itu. Katanya mereka beli di pasar. Ellio sendiri tidak pernah pergi ke pasar. Ibunya tak pernah mengajaknya selama ini. Jadi, dia belum pernah merasakannya. Dan ini pertama kalinya dia mencoba.
Rasanya enak dan manis!
Dia ingin membeli lagi!
Tapi Ellio paham dengan keuangan ibunya. Jadi, dia mengurungkan niatnya untuk berbicara.
Sungguh, pengertian sekali lelaki kecil itu terhadap keadaan ibunya!
Neva tak mengetahui isi hati si kecil karena Ellio tak menunjukkannya.
Mereka akhirnya kembali ke rumah dengan banyak barang. Setibanya di rumah, Neva bersiap memasak untuk makan siang. Mereka sudah lapar karena tadi tidak membeli makan di pasar.
****
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother Of The Villain [END]
FantasyNevara Braverlyna, seorang wanita lajang tiga puluh tahun yang juga merupakan desainer terkenal hendak menghadiri sebuah pameran busana kelas dunia, namun nahasnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dia pun meninggal dalam kejadian ter...