Neva melatih sihirnya yang lemah berulang kali. Dia tak menyerah. Selemah apapun sihirnya lebih baik memiliki dari pada tidak. Dengan mempunyai sihir, dia bisa melindungi Ellio maupun dirinya sendiri jika dalam bahaya.
"Latihanmu tampaknya tidak mengalami banyak kemajuan."
Meski merasa jengkel mendengarnya, Neva harus mengakui itu benar. Dia benar-benar lemah, mungkin karena lambatnya usia membangunkan sihir. Katanya itu juga berpengaruh lho.
"Aku akan berusaha meningkatkannya, aku tak bisa lemah demi melindungi putraku!"
Entah sejak kapan keduanya tanpa sadar tak lagi bicara formal. Kalau pun tersadar, tak ada yang peduli baik Neva maupun Algerion sendiri, mereka sudah kenal 'cukup' dekat —apalagi setelah tinggal seatap— sehingga tak perlu berformal ria layaknya berhadapan dengan orang besar maupun bangsawan. Walau disini Algerion aslinya bangsawan, tetapi Neva kan tak tahu. Algerion sendiri tanpa sadar tak mempermasalahkan itu demi penyamarannya, pikirnya.
"Apa kau ingin belajar bela diri atau berpedang misalnya?" Orang itu yang tak lain Algerion bertanya. Neva tahu lelaki itu juga mengajari Ellio beladiri dan berpedang.
"Aku memang ingin belajar, tetapi sepertinya tak lazim perempuan belajar hal tersebut saat ini."
Algerion mengangguk, memang begitu. Di dunia ini sangat jarang dan hampir tak ada namanya ksatria perempuan. Kalaupun diharuskan ikut berperang, mereka kebanyakan akan menjadi penyihir yang membantu merapal mantra untuk melawan.
"Tapi aku bisa mengajarimu, kalau kau mau."
Neva menaikkan alisnya terkejut, tak menyangka Rio ini akan berinisiatif mengajarinya.
"Apakah tak masalah?"
"Hmm."
Alasan Algerion mau mengajari wanita itu karena dia merupakan ibu dari putranya. Harapnya agar wanita itu bisa menjaga dan melindungi putranya. Walau kalau dipikir, mungkin putranya malah yang akan melindungi wanita itu. Lagipula Ellio lebih kuat dari Neva, bahkan hampir sebanding dengannya jika diberi waktu beberapa tahun lagi.
Lalu, kenapa dia masih mau mengajarinya ya? Algerion juga bingung, tak menyadari keanehan dirinya ini.
"Aku akan mulai, perhatikan baik-baik!"
Kedua netra Neva memperhatikan gerakan Algerion dengan serius. Perhatiannya tanpa sadar juga terarah pda tubuh atletis pria itu. Meski Neva tahu lelaki itu cukup kekar, tetapi dia tak pernah memperhatikannya. Terkecuali waktu lelaki itu sakit dulu, dia mengobatinya, membuatnya harus melihat tubuhnya. Saat itu tak pernah terlintas kekaguman atau apa, lagipula di dunia modern dia adalah desainer sehingga cukup sering melihat model dengan tubuh seperti itu.
"Apa kau mengerti?"
Neva sontak terkejut mendengar suara berat yang datang tiba-tiba itu. "Ah, apa?"
Ah, betapa malunya! Neva merasa pipinya memanas.
Kenapa juga tadi dia memperhatikan hal tak berfaedah seperti itu?
"Apa yang kau lihat? Kau terlihat tak fokus tadi?" Algerion mengernyit heran.
Neva menyembunyikan rasa malaunya dengan tertawa garing, serta mencari alasan. "Ahaha, iyakah? Sepertinya aku banyak pikiran."
"Akan ku ulangi sekali. Jika kau tak memperhatikan dengan benar, aku tak akan mengulangi lagi, itu ulahmu sendiri melewatkannya!"
Neva mengangguk dengan muka cemberut. Galak sekali lelaki ini!
Tetapi Neva lupa, sudah mau mengajari maupun mengulang ajarannya, itu menunjukkan Algerion sudah sangat baik padanya. Lagipula, dia harusnya tahu lelaki itu merupakan lelaki dingin dan sombong sejak awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother Of The Villain [END]
FantasyNevara Braverlyna, seorang wanita lajang tiga puluh tahun yang juga merupakan desainer terkenal hendak menghadiri sebuah pameran busana kelas dunia, namun nahasnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dia pun meninggal dalam kejadian ter...