Part 27 | Be General's Student?

83.7K 11.5K 516
                                    

"Bu, Ellio akan membantu ibu!" seru Ellio yang datang ke dapur ingin membantu ibunya.

Saat ini Neva sedang membuat kue-kue kecil untuk Ellio agar dibawanya ke akademi nanti.

Usai pertandingan, mereka tidak langsung masuk akademi karena memang belum memasuki tahun ajaran baru. Kurang seminggu lagi. Bahkan, pendaftaran di akademi-akademi memang sudah marak dari sebelum dimulainya kompetisi.

Neva sudah mulai mempersiapkan apa saja yang akan dibawa Ellio nanti. Si kecil itu sendiri sebenarnya tak peduli. Dia malah enggan mempersiapkan. Selain itu juga karena enggan berpisah dengan ibunya. Walau dia hanya bisa bertemu waktu weekend, tetapi tetap saja, baginya waktu bersama ibunya terlalu kurang.

"Ellio duduk saja agar tidak lelah."

Ellio kecil menggeleng keras. "Tidak mau!"

"Ellio ingin membantu ibu!" tekadnya dengan menunjukkan puppy eyes-nya, membuat Neva tak bisa menolak.

Neva menghela nafas. "Baiklah."

Salah sendiri, anaknya terlalu imut! Dia sampai tak bisa menolak.

Ellio mulai membantu ibunya mencetak kue. Selain bentuk bundar, persegi, segitiga; kue-kue tersebut juga dicetak bentuk lain yang indah dan lucu, ada bunga dan kepala beruang. Ellio sangat senang melihatnya. Lelaki kecil itu juga membuat cetakannya sendiri yang entah bentuk apa. Biarlah, asalkan lelaki kecil itu senang!

Tok! Tok!

"Ellio, coba lihat siapa yang bertamu." Neva menyuruh putranya ke depan melihat tamu.

"Baik, Bu!" Ellio mengangguk. Dengan cepat lelaki kecil itu mencuci tangannya lalu berlari ke depan untuk membuka pintu.

Cklek!

"Maaf, ada apa ya?" Setelah bertanya, Ellio melanjutkan setelah teringat sesuatu, "Oh, dan Anda siapa ya?"

"Ah ya, perkenalkan saya Calvin Ricchardo, sekretaris Jenderal Algerion ingin menyampaikan sesuatu yang diperintahkan Jenderal. Dengan segala ketulusan, Jenderal ingin mengundang Anda dan orangtua Anda untuk bertemu dan membicarakan sesuatu." Seorang lelaki yang tak lain sang sekretaris Jenderal Algerion memperkenalkan diri serta mengatakan tujuannya panjang lebar.

"Oh ya, ini surat resminya!" lanjut Calvin hendak memberikan surat pada Ellio, namun tertahan oleh suara yang datang tiba-tiba.

"Dapatkah kami menolak?"

Itu suara Neva. Wanita itu mendengar dari awal karena khawatir yang bertamu adalah orang asing yang dapat membahayakan Ellio. Apalagi di ibukota ini tak ada yang dikenalnya.

"Maaf, saya hanya menyampaikan perintah Jenderal." Calvin berkata dengan ekspresi penyesalan.

Neva bimbang. Dia takut jika menolak maka hukum penggal, gantung, dsb yang akan menantinya karena tak menuruti titah penguasa. Walau Algerion bukan raja, tetapi Jenderal termasuk orang yang berkuasa bukan.

Ugh, sebenarnya apa yang ingin dibicarakan lelaki itu. Apakah dia mengetahui sesuatu tentang Ellio?

Melihat ibunya tampak frustasi, Ellio berkata sungguh-sungguh, "Jika ibu menolak, maka Ellio juga menolak."

Meski lelaki kecil itu sangat ingin bertemu sang Jenderal Agung, yang katanya sangat hebat di medan perang itu. Tetapi demi ibunya, dia rela menahan keinginannya.

"Sebaiknya Anda lihat dulu surat ini. Di dalamnya tertera maksud dan tujuan mengapa Jenderal mengundang Anda." Calvin kemudian menyerahkan surat resmi bersegel kediaman Jenderal yang dipegangnya pada Neva.

Neva mengangguk menerimanya. Wanita itu membuka dan membaca surat secara langsung. Sopan tidak, dia bukan bangsawan. Biarlah!

"Menjadikan Ellio muridnya?" eja Neva mengulang sebuah kata yang tertera pada surat tersebut.

Calvin membenarkan. "Ya, pembicaraan tersebut karena Jenderal ingin menjadikan juara kompetisi tahun ini sebagai muridnya."

Sebenarnya, kalau bukan anak itu adalah Ellio, Calvin yakin Jenderal tak mau susah payah plus repot-repot menjadikan seorang anak muridnya. Kalau Jenderal mau, bukankah sudah dari dulu dia melakukannya?!

"Kami tetap ingin menolak." Tanpa sadar Neva tak ingin melanjutkan pembicaraan ini dan keukeuh pada keputusan awalnya.

Walaupun dia lega karena tampaknya Jenderal masih belum mengetahui tentang Ellio —putranya. Tetapi Neva masih khawatir...

Lebih baik menolak dari pada sesuatu yang tak diinginkan terjadi, bukan?

"Sebenarnya, yang ingin menolak Anda atau anak Anda. Coba tanyakan anak Anda dulu, apakah dia ingin atau tidak? Menjadi murid Jenderal merupakan keinginan semua orang di kerajaan Eanhart ini."

Neva menghela nafas. Dia lupa tak bertanya apakah putranya ingin atau tidak. Ya, dia tak bisa mengambil keputusan sendiri. Keputusan putranya sebenarnya harus dipertimbangkan bukan?

Neva kemudian menatap Ellio yang menunduk.

Ellio memang sedih karena ibunya menolak. Soalnya kan dia ingin menjadi lebih kuat dengan berguru pada sosok hebat seperti sang Jenderal. Dengan begitu, dia bisa melindungi ibunya tanpa harus mengkhawatirkan apapun.

Tetapi kalau ibunya menolak, lelaki kecil itu juga akan menurutinya.

"Ellio mengikuti keinginan ibu," cicitnya pelan.

Neva tahu seperti apa pikiran anaknya. Apalagi melihat ekspresinya yang seakan setengah rela melepaskan sesuatu yang diminati, membuatnya lagi-lagi menghela nafas berat. Putranya benar-benar ingin, ya?

Akhirnya dengan berat hati wanita itu membuat keputusan. "Baiklah, kami akan bertemu dengan Jenderal dulu."

Calvin memuji pilihan Neva, tak lupa mengingatkan. "Itu bagus. Tempatnya tertera di surat, tepatnya di kedai Royal Jasmine pada waktu tengah hari besok."

"Baiklah."

Ya, apapun hasil pembicaraan besok, Neva harus mempersiapkan diri menerimanya.

Bahkan jika semua hanya sebuah kedok semata. Misal, Algerion sudah tahu dan curiga kalau Ellio putranya. Neva harus bersiap juga jika nanti dia mendapat hukuman.

Tapi Neva berharap pikirannya tak pernah menjadi nyata.

Semoga saja.

*****

Tbc.

Mother Of The Villain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang