Akhir pekan pertama ini banyak yang terjadi padanya, selain akhirnya mengetahui kalau Jenderal adalah orang yang sama dengan laman Rio. Ellio juga tahu bahwa ibunya sudah mulai berbisnis. Dia juga membantu ibunya usai latihan di kediaman Jenderal.
Meski sibuk setiap harinya, Ellio benar-benar bahagia bisa membantu ibunya. Bahkan jika seharusnya waktu akhir pekan harus digunakan untuk istirahat. Lagipula, dia hanya bertindak sebagai penjaga toko, menemani ibunya. Sudah dianggapnya sama dengan istirahat.
Kembali lagi ke akademi, Ellio disambut berbagai tatapan. Terutama banyak tatapan iri yang dilayangkan padanya. Banyak juga tatapan kagum. Tetapi Ellio tak peduli akan semua.
Semua itu pasti karena berita pengangkatan dirinya menjadi murid pribadi Jenderal Algerion. Sehingga banyak anak yang iri dan cemburu padanya.
"Ellio!" teriak seorang yang sudah cukup akrab dengan Ellio, siapa lagi kalau bukan Andrew.
Ellio menoleh menaikkan alisnya pelan, sebagai isyarat menjawab panggilan Andrew itu. Namun, setelahnya bocah itu kembali melanjutkan langkahnya hendak menuju kamar asramanya.
Andrew dengan cepat menyusul dan berjalan di sampingnya. Ellio lalu mendengar Andrew berseru heboh memujinya, "Wah, selamat Ellio! Aku tak menyangka kau bisa menjadi murid Jenderal! Kau benar-benar hebat dan luar biasa!"
Pujian Andrew itu sudah menjadi biasa untuknya. Ellio tak merespon seakan bukan dirinya yang dipuji dan dibicarakan. Membuat Andrew gemas melihat ekspresinya yang tetap datar itu.
"Hei, apa-apaan dengan ekspresimu itu?! Apa kau tak merasa senang?"
Akhirnya Ellio menjawab, namun masih dengan nada datarnya. "Senang, tapi itu sudah berlalu."
Andrew tak terkejut dengan perkataannya, tetapi dia masih berkata dengan nada menyayangkan, "Ah, jika itu aku. Aku pasti akan merasa bahagia hingga setahun penuh! Kesana kemari memberi tahu semua orang bahwa aku berhasil menjadi murid Jenderal!" Setelah jeda dia berkata dengan penuh sesal. "Ahhh, sayang tapi semua hanya 'jika' bukan fakta sebenarnya!"
Andrew memang bisa dibilang calon teman sejati. Walau juga iri tapi masih sadar diri!
Tapi, jika ditanya siapa yang paling iri dan cemburu pada pengangkatan Ellio sebagai murid Jenderal. Itu pasti Alec! Protagonis yang seharusnya menjadi murid Jenderal, kini ditakdirkan tergeser posisinya.
Lihatlah saat ini, dia langsung menghadang Ellio di tengah koridor begitu melihat kedatangannya. Tak lupa beberapa anteknya yang ikutan. Sepertinya kebanyakan dari kalangan bangsawan.
"Wah, wah, lihatlah bintang akademi kita! Menjadi murid jenderal dan dipuji oleh semua orang. Benar-benar hebat ya kawan!" Terkandung nada ejekan dalam pujian berlebih yang dilontarkan Alec itu.
"Tapi lihatlah betapa sombongnya dia! Tak menyapa kita sama sekali!" lanjutnya dengan nada penuh emosi.
Beberapa antek Alec tampak menyetujuinya. "Ya! Ya!"
"Galellio, kau benar-benar tak pantas menjadi murid pribadi Jenderal! Seharusnya kami—para bangsawanlah yang pantas. Bukan kau yang hanya rakyat jelata!"
"Iya, benar kau hanya rakyat jelata rendahan!"
"Merebut kesempatan kami lagi!"
"Dasar tak tahu diri!"
Ucapan Alec lagi-lagi disetujui oleh anak bangsawan lainnya. Memang pintar bocah itu, mengatasnamakan bangsawan untuk mencapai tujuannya. Padahalkan dalam hatinya, yang cocok itu tak lain adalah dirinya sendiri. Tidak ada anak bangsawan lain yang cocok menjadi murid pribadi Jenderal selain dirinya!
Mendengar ejekan mereka, Ellio tampak kembali pada ingatan masa lalu. Dimana semua anak pada mengucilkan serta mengejeknya. Tapi karena sudah terbiasa inilah, hati Ellio jadi kuat. Perkataan mereka ini tak berefek baginya.
Sementara itu, sebagai teman Ellio Andrew tak tinggal diam. Bocah itu membelanya dengan menggebu. "Hei, kalian seharusnya sadar diri! Apa kalian lebih baik dari Ellio dalam hal kekuatan! Ellio dipilih karena bakatnya! Tak seperti kalian yang hanya bisa mengandalkan latar belakang keluarga! Untungnya Jenderal adil, tak buta untuk memilih kalian sebagai murid!"
Beberapa anak bangsawan itu geram mendengar ejekan Andrew.
"Hei, Andrew! Kau itu juga anak bangsawan! Seharusnya kau lebih membela kami!"
"Iya, jangan berteman dengan rakyat rendahan sepertinya!"
"Dia sudah merebut kesempatan kita tahu!"
Tetapi Andrew tak menggubris mereka. "Lalu apa? Meski aku bangsawan, tapi aku lebih suka berteman dengan Ellio yang tak arogan dan munafik seperti kalian!"
Alec tak suka melihat Ellio dibela oleh anak bagsawan itu. Kenapa dia membela bocah malang yang hanya berasal dari kalangan rakyat jelata itu!
Sementara itu, Ellio menyaksikan teman sekamarnya yang membelanya dengan begitu gigihnya. Kehangatan mengalir di lubuk hatinya. Tampaknya, baru kali ini seseorang bagitu peduli padanya selain ibunya dan paman Rio/Jenderal.
"Andrew, biarkan saja mereka! Aku tak peduli."
"Ahh, kau akhirnya mau memanggilku Ellio!" Heboh Andrew mendengar Ellio memanggil namanya untuk pertama kali. Biasaya selalu dirinya yang berinisiatif berbicara padanya, Ellio hanya selalu menjadi penjawab.
"Aku senang sekali!" lanjutnya girang.
Tanpa memedulikan kegirangan Andrew, Ellio melangkah mendahuluinya. "Ayo kita pergi!"
Namun, sosok Alec yang berada di depannya tak mau minggir. Terus menghadangnya. Bahkan ketika Ellio hendak melewati sebelahnya, bocah itu masih tak membiarkannya pergi.
"Siapa yang menyuruhmu untuk pergi?"
Ellio menaikkan alis tak sabar melihat kearoganan Alec. Tapi bocah itu diam tak menggubrisnya.
"Kau ini apa-apaan tak membiarkan kami lewat?" Masa bodo Andrew bertengkar dengan Alec, yang notabenenya anak duke. Tapi hanya anak angkat saja, dia tampaknya tak terlalu takut.
"Andrew Denver. Sebaiknya kau pergi dan jangan mencampuri urusan kami!" tutur Alec dengan nada mengancam.
"Ellio adalah temanku, jadi wajar jika aku mencampuri urusannya. Apalagi berhubungan dengan orang-orang tak tahu malu seperti kalian. Sudah jelas tak sehebat Ellio, namun masih mau mengalahkannya."
Lagi-lagi Ellio merasa hatinya menghangat.
"Alec, ayo kita beri saja mereka berdua ini pelajaran!" Salah satu antek berkata dengan nada tak terima.
"Iya, benar! Ayo kita kalahkan mereka!" setuju yang lain.
Alec memang berkeinginan memberi Ellio pelajaran. Namun, belum sempat melakukan niatnya. Sebuah suara tiba-tiba datang menyela mereka.
"Hei, kenapa kalian berdiri di tengah jalan seperti ini? Apakah kalian tahu ini menganggu orang yang mau lewat tahu?!"
Seorang gadis tiba-tiba berkata dengan nada sok marahnya, wajah cantiknya itu bukannya menyeramkan namun malah terlihat lucu dan imut. Semua anak bangsawan mengenalnya, dia merupakan putri Marquess yang terkenal akan kekayaannya di kerajaan Eanhart ini. Marquess Bylthe.
Nama gadis itu adalah Leticia Bylthe.
Jika Neva ada disini, mungkin dia akan tahu kalau gadis kecil itu adalah sang protagonis wanita dalam novel, yang nantinya akan menjadi pasangan Alec, serta cahaya yang menyinari hati si antagonis Ellio dalam novelnya.
***
Tbc.
Jangan lupa vote n komen:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother Of The Villain [END]
FantasyNevara Braverlyna, seorang wanita lajang tiga puluh tahun yang juga merupakan desainer terkenal hendak menghadiri sebuah pameran busana kelas dunia, namun nahasnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dia pun meninggal dalam kejadian ter...