"BAIKLAH, MARI KITA SAMBUT DUA FINALIS KITA YANG AKAN BERTARUNG UNTUK MENENTUKAN SIAPA SANG PEMENANG, ALEC MAVISH YANG AKAN MELAWAN GALELLIO PARRISH. KITA BERI SAMBUTAN YANG MERIAH UNTUK KEDUANYA~~"
Prok! Prok! Prok!
Ellio dan Alec kini sudah berdiri berhadapan di arena. Setalah memberi salam penghormatan, mereka bersiap memulai pertarungan.
Senyum angkuh tak luput dari wajah Alec. Bocah itu bersikap seolah dia sudah pasti memenangkan pertarungan.
"Galellio, akan kutunjukkan padamu apa itu kemenangan!" Alec berkata pelan, gerakan mulutnya yang ditujukan pada Ellio terlihat jelas oleh si kecil itu.
Maklum, mereka saat ini berada di panggung arena, dia tak bisa menunjukkan kesombongannya secara terang-terangan di depan semua penonton. Namun, dia tak tahu kalau ekspresinya yang tak dapat disembunyikan itu terlihat oleh Algerion.
"Siapa anak itu?" tanya Algerion pada sekretaris yang berdiri di sampingnya.
"Itu anak angkat duke Mavish, Jenderal. Katanya dia merupakan bocah yang jenius berpedang," bisik Calvin menginformasikan.
"Cih!"
Tak dapat dibandingkan dengan putranya.
Tapi beraninya dia begitu arogan?
Dong!
Atensi semua orang teralihkan pada pertarungan yang baru dimulai. Neva di bangku penonton juga memperhatikan putranya. Dia melihat putranya itu membawa pedang yang pernah dibawanya sebelumnya. Yap, setelah pertandingan pertama Ellio tanpa pedang dulu, pertandingan berikutnya Neva melihat putranya membawa pedang sihir. Neva tak tahu dari mana Ellio mendapatkan pedangnya. Dia juga belum bisa membelikan putranya pedang yang bagus.
Neva penasaran apakah pihak penyelenggara kompetisi yang memberikan? Tapi itu tidak mungkin kan!
Wanita itu tak tahu saja, siapa lagi yang memberikan Ellio pedang kalau bukan Algerion. Pedang itu baru, agar tak dikenali orang jika darinya. Jadi Algerion meminta sekretarisnya membeli pedang baru secara rahasia, lalu memberikannya pada Ellio secara anonim. Menyamar sebagai pengagum rahasia Galellio sejak melihat pertarungannya.
Swooshh!
Duarr!
Kembali pada pertarungan, karena jarak yang cukup jauh, keduanya saling menyerang menggunakan sihir. Ellio melempar sihir apinya secara bertubi-tubi. Alec menghindar dengan gesit. Tapi lelaki itu juga mengutuk Galellio dalam hati karena terlalu kejam menyerang di awal. Tapi tak masalah, semakin kejam si Galellio di awal, semakin cepat mana sihirnya habis. Dan dia akan memenangkan pertarungan ini. Haha.
Sringg!
Sringg!
Alec tak hanya menghindar begitu saja. Walau dia bisa menggunakan sihir tetapi keahliannya lebih pada penggunaan pedang sihir. Jadi lelaki itu mencari celah mendekati lawan. Ketika sudah dekat, dia menyerang Ellio dengan gerakan berpedangnya yang gesit.
Sebagai penonton, Algerion mengakui kalau lawan putranya itu cukup baik dari sebelumnya. Tapi itu hanya sekedar cukup, okay. Tidak lebih baik!
Seandainya putranya tak diajar olehnya, Algerion berpikir mungkin lelaki itu memiliki kesempatan untuk menang. Tetapi putranya dilatih olehnya, dengan bakatnya yang luar biasa saja sudah pasti melampaui lawan manapun yang seusianya.
Sring!
Sring!
Pertarungan di arena juga semakin sengit. Ellio dan Alec saling melawan menggunakan pedang sihir. Meski keduanya tampak imbang, tapi Algerion tahu putranya lebih baik dari lawan.
Sring!
Sring!
"Aku tak akan kalah darimu, Galellio!" Alec berucap sengit. Tak mau kalah.
"Banyak bicara!" Sekali berkata, Ellio menjawab dengan pedas.
Alec kesal dan tak terima. Berpikir perkataan Ellio mengejeknya. Tetapi memang benar sih!
Alec meningkatkan sihir pada pedangnya. Menyerang Ellio lebih ganas. Tanpa disadari mana-nya juga cepat habis. Padahal di awal pertarungan, dia mengejek Ellio akan cepat kehabisan mana. Tetapi faktanya malah dirinya dulu..
Ellio yang sudah bosan, akhirnya memilih mengakhiri pertarungan. Memang, dari semua pertarungan, Alec adalah lawan yang paling kuat. Tetapi itu hanya sebatas dari semua peserta kompetisi yang ada. Faktanya kekuatan Ellio masih jauh lebih tinggi, hanya saja disembunyikan. Agar tak menarik perhatian banyak orang.
Duarr!
Alec terpental hingga keluar arena oleh sihir Ellio. Bocah lelaki yang sedari awal menyombongkan diri akan menang kini kalah telak. Berbaring tak sadarkan diri. Dan langsung di bawa petugas medis untuk pemulihan.
"PEMENANGNYA ADALAH GALELLIO PARRISH!"
"BERI TEPUK TANGAN YANG MERIAH UNTUK SANG PEMENANG KITA!"
Ellio masih berdiri dengan nafas tersengal di podium. Berlagak seakan kelelahan akibat kehabisan mana. Padahal mah tidak. Hanya akting-nya saja.
Algerion yang tahu bangga dengan pemikiran cerdik putranya. Sedang Neva yang tak tahu merasa khawatir, dia mengira putranya benar-benar kelelahan. Ingin segera dirinya menghampiri lelaki kecil itu dan memeluknya.
Acara berlanjut dengan pemberian penghargaan. Ketiga dua peserta minus empat finalis disuruh maju terlebih dahulu untuk menerima sertifikat. Walau sebagian besar dari mereka tak berhasil mendapat beasiswa—karena yang mendapat hanya sepuluh besar—tetapi mereka tetap memperoleh penghargaan.
Penghargaan ini juga sangat berharga. Dapat digunakan untuk masuk akademi dan mendapat kelas terbaik dengan mudah, baik itu di akademi Equella maupun akademi lain. Meski kompetisi ini adalah milik akademi Equella tetapi akademi Equella telah diakui sebagai akademi terbaik kerajaan, sehingga sebagian besar akademi akan berkiblat pada akademi Equella sebagai panutan.
Oh ya, akademi di dunia ini dibagi berdasarkan kemampuan. Jadi ada kelas terbaik yang berisikan talenta-talenta tingkat tinggi, adapula tingkat terendah dimana berisikan muridnya yang memiliki talenta sangat rendah atau bahkan tak punya talenta.
Setelah mendapatkan sertifikatnya, mereka kembali ke tempat duduk masing-masing. Tak lupa enam orang yang masuk sepuluh besar mendapat lencana pemilik beasiswa. Lencana ini tidak seperti dalam drama sekolah elit, dimana membedakan antara anak beasiswa —yang kebanyakan dari kalangan bawah— dengan anak non beasiswa— dalam artian kalangan atas.
Disini tidak.
Ingat bukan, kalau beasiswa bukan hanya untuk rakyat jelata miskin, bahkan anak duke atau bangsawan kaya lainnya bisa dapat asal punya kemampuan. Itulah bedanya akademi elit ini dengan akademi lainnya. Karena itu kompetisi ini dianggap sangat penting bagi setiap anak. Memiliki lencana menandakan anak itu berkemampuan hebat.
Kemudian giliran empat besar yang dinanti-nantikan akhirnya maju. Ellio salah satu diantaranya. Neva tak bisa tak merasa bangga melihat putranya berdiri di podium sana dengan gagah. Ah, si kecil yang luar biasa~
"TIBALAH SAATNYA PEMBERIAN TROFI PADA SANG PEMENANG UTAMA KITA OLEH YANG MULIA RAJA CHRISTOPPER FREDERICK EANHART. TEPUK TANGAN YANG MERIAH~~"
Prok! Prok! Prok!
"Bagus, terus tingkatkan bakatmu, Nak!" Itulah yang dikatakan baginda raja usai memberikan penghargaan pada Ellio. Tak lupa pula tepukan kecil di pundaknya.
"Baik, Yang Mulia!" Ellio mengangguk tegas. Mengingatkan raja akan seseorang yang tampak familiar.
Alec yang hanya bisa melihat dari samping merasa kecemburuan dan iri berat. Dia merasa seharusnya semua pujian yang diberikan baik dari raja maupun seluruh rakyat kerajaan Eanhart adalah miliknya. Tetapi kenapa direbut orang udik itu?!
Disisi lain, baik Neva maupun Algerion, sebagai orang tua Ellio sekali lagi sangat bangga pada lelaki kecil itu.
Lihat, itu anaknya!
Benar-benar membanggakan mereka!
****
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother Of The Villain [END]
FantasyNevara Braverlyna, seorang wanita lajang tiga puluh tahun yang juga merupakan desainer terkenal hendak menghadiri sebuah pameran busana kelas dunia, namun nahasnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dia pun meninggal dalam kejadian ter...