Neva yang sendirian di rumah tiba-tiba merasa kesepian. Biasanya Elio akan menemaninya. Walau si kecil itu terkadang hanya diam di sampingnya. Neva pun sudah merasa senang.
Ah, padahal dirinya sudah terbiasa sendirian di dunia dulu.
Neva tak tahu sejak kapan. Tetapi setelah bertemu dengan Ellio, tampaknya kebiasaannya mulai berubah.
Neva menyelesaikan draft desainnya, kemudian berpikir untuk sementara waktu. Dia sudah membuat rencana hidup serta pekerjaannya di ibukota kerajaan ini. Kali ini dia takkan lagi menjual desain seperti sebelumnya, dia akan mencoba menjual baju desainnya secara langsung. Neva tahu, pasti semua sulit. Apalagi saat pertama kali memulai. Tetapi dia harus bisa menghadapinya.
"Ya, aku pasti bisa," gumamnya penuh harap.
Keesokan harinya, Neva sudah bersiap untuk berbelanja. Menaiki kereta kuda ke pasar. Lalu dia berkeliling hendak membeli kain yang sesuai dengan baju yang akan rancangnya.
"Terimakasih, telah membeli di toko kami. Silakan datang lagi lain kali." Penjaga toko berucap sopan sebelum Neva pergi.
"Iya." Neva mengiyakan sebagai formalitas.
Setelah itu dia pergi melanjutkan kegiatan berkelilingnya. Uangnya sudah sangat menipis. Dia harus membelanjakannya dengan baik. Membeli apa yang dibutuhkan terutama untuk bisnisnya. Dia berharap bisnisnya nanti bisa berjalan lancar.
Neva tak melihat, di sisi lain seseorang tengah memperhatikannya. Seolah menunggu waktu yang tepat untuk beraksi. Ketika waktu dirasa tepat. Tiba-tiba...
Brak!
Neva sontak teringat dirinya waktu mengalami adegan pencurian dulu. Tanpa melihat siapa yang ditabraknya, dia dengan cepat memeriksa dompetnya yang ditaruh di tas. Untung saja tasnya baik-baik saja. Dompetnya pun masih ada. Wanita itu akhirnya menghela nafas lega.
"Maafkan saya, Nona." Suara yang tampak familiar tiba-tiba menyambut pendengarannya. Neva kemudian teringat kalau dirinya baru saja menabrak seseorang. Mungkin bukan pencurian, tapi hanya tabrakan tak sengaja.
"Apakah Anda baik-baik saja?" Sebelum Neva menjawab, suara itu terdengar bertanya lagi.
Neva yang akhirnya sadar dari pikiran nethink-nya mendongak, menatap sang pelaku. Sebenarnya, dirinya sendiri tak tahu apakah dia yang menabrak atau orang di depannya.
"Ah, saya minta maaf ju—" Belum menyelesaikan kalimatnya, Neva tertegun melihat siapa orang itu.
"Ri-o?" Nadanya agak ragu.
Benar. Ternyata itu suara Rio.
Suara Algerion dan Rio berbeda. Kali ini Algerion mengubah suara seperti saat dirinya menjadi Rio dulu. Jadi Neva tak akan pernah memikirkan kesamaan keduanya melalui suaranya.
"Ya, Mrs. Neva. Maaf saya tadi menabrak Anda."
Asing lagi.
Memangnya apa yang Neva harapkan?
Mereka sejatinya hanya orang asing bukan?
"Tidak apa-apa," balas Neva tak terlalu peduli pada akhirnya.
Sebenarnya, bukan karena ingin menjadi asing dengan Neva. Algerion bingung bagaimana mengawali pembicaraan pada pertemuan pertamanya dengan wanita itu. Dia sebagai bangsawan, terbiasa berkata formal dan asing terhadap setiap orang yang ditemuinya, okay.
"Apakah Anda berkenan untuk makan bersama saya sekaligus sebagai permintaan maaf saya."
Neva tertegun, tak pernah berpikir Rio akan mengundangnya makan. Dia buru-buru menjawab, "Eh, tidak perlu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother Of The Villain [END]
FantasyNevara Braverlyna, seorang wanita lajang tiga puluh tahun yang juga merupakan desainer terkenal hendak menghadiri sebuah pameran busana kelas dunia, namun nahasnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dia pun meninggal dalam kejadian ter...