Di samping memikirkan bagaimana mencari guru untuk Ellio, Neva ingin menjelajah gunung kecil di dekat rumahnya. Dia kemudian bersama Ellio naik ke gunung kecil tersebut.
Sebenarnya Neva ingin pergi sendirian untuk mencari sayur liar yang kiranya bisa dimasak untuk makan siang mereka nanti. Tetapi Ellio yang tahu kalau ibunya akan pergi, dengan takut-takut mengatakan ingin ikut. Neva awalnya menolak. Namun, Ellio bersikeras ingin ikut. Neva tak tahu kalau lelaki kecil itu takut dirinya akan ditinggal pergi ibunya. Dia takut jika ibunya pergi lalu takkan Kembali. Itulah yang si kecil takutkan!
Akhirnya Neva luluh dengan tatapan menggemaskan putranya. Wanita itu mengajak si kecil naik gunung bersama.
Di tengah perjalanan, Neva selalu memperhatikan keadaan putranya, melihat apakah putranya lelah atau tidak. Sesekali, dia bertanya apakah si kecil itu haus. Namun tampaknya, si kecil sangatlah pengertian. Memahami bahwa ibunya hanya membawa sekantong kecil air, dia berusaha menekan rasa hausnya.
Di perjalanan, Neva melihat beberapa tanaman rempah dan beberapa buah segar yang dapat dimakan. Dia meminta Ellio membantu memetik beberapa juga.
“Wahh, ada jamur!” seru Neva melihat salah satu bahan makanan favoritnya.
Neva memetik jamur-jamur yang tumbuh baik di kayu maupun di tanah. Ellio terheran melihatnya. Lelaki kecil itu berpikir sepertinya dia tak pernah makan itu?
“Bu, apakah itu tidak beracun?” tanya Ellio dengan dahi mengernyit melihat beberapa jamur yang tampaknya berwarna kehitaman.
“Tidak, Sayang. Memang ada yang beracun dan tidak, tetapi yang ini tidak. Lihatlah warna dan teksturnya…,” Neva kemudian menjelaskan bagaimana karakteristik antara jamur beracun dan tidak. Ellio yang jenius tentu mudah memahami penjelasan ibunya. Mereka berdua akhirnya memetik cukup banyak jamur sampai sekeranjang kecil penuh saja.
“Bu, ada kelinci!”
Ellio berseru melihat seekor hewan kecil yang berlarian diantara semak-semak yang cukup jauh dari mereka. Neva bersemangat dan mencoba untuk menangkapnya dengan penuh kehati-hatian. Berusaha tak membuat banyak suara agar tidak menimbulkan kewaspadaan si kelinci.
Hap!
Akhirnya kelinci tertangkap. Ellio bertepuk riang melihat keberhasilan ibunya. Lelaki kecil itu mendekat dan menatap kelinci yang dipegang ibunya.
"Wah, imutnya binatang kecil ini..."
"Ellio jadi tak tega untuk memakannya nanti," sesal Ellio menatap kelinci dengan agak sedih.
Mata Neva mengerjab sedikit tak percaya. Sungguh, si kecil ini adalah calon antagonis yang kejam dalam novel! Tetapi kini dia punya rasa kasihan pada binatang kecil. Memang benar, si antagonis Ellio awalnya hanyalah anak biasa, seperti anak kecil lainnya yang cara berpikirnya polos. Tetapi keadaanlah yang memaksanya berubah. Neva rasanya tak ingin menghilangkan kepolosan itu.
Tetapi terlalu polos juga agak susah sih!
Apalagi di dunia dimana yang kuat dapat memangsa yang lemah. Walau ada undang-undang kerajaan yang membatasinya, namun terkadang kenyataannya tak sesuai ekspektasi. Yang berkedudukan tinggi masihlah menjadi prioritas.
"Sayang, meski kelinci ini lucu tapi kita tidak bisa berbelas kasihan begitu saja pada semua makhluk. Kelinci ini ditakdirkan menjadi makanan bagi kita. Walaupun bisa juga dipelihara, namun saat ini situasi kita tidak dapat mendukung untuk itu. Jadi, apakah Ellio akan merelakan kelinci ini dimakan?"
Ellio menganggu mengerti atas penjelasan ibunya. "Iya, Bu. Ellio rela kok!"
Neva akhirnya bernafas lega mendengarnya. Mereka melanjutkan pencarian tanaman dan buah yang dapat dimakan.
"Ibu, ada mayat!"
Teriakan Ellio membuat Neva segera menghampirinya. Dia kemudian melihat seorang lelaki yang terbaring lemah dan berlumur darah dibalik semak-semak. Namun, Neva masih bisa merasakan sedikit pergerakan akibat pernafasan dari orang tersebut.
"Itu bukan mayat, Sayang! Orang itu masih hidup!"
Tapi maklum sajalah kalau Ellio menganggapnya mayat, dia masih anak kecil yang pemikirannya tentang apa yang terlihat sekilas di depannya.
"Begitu, Bu! Kalau begitu apakah kita harus menolongnya?"
Neva mengangguk. "Iya, kita harus menolongnya."
Sebenarnya, Neva tidak mau menambah masalah dengan menolong seseorang. Apalagi dia tak tahu karakter yang dimiliki seseorang yang ditolongnya ini. Dilihat dari lukanya saja, tampaknya orang ini mungkin dikejar dan dilukai oleh musuhnya. Mungkin mereka ingin membunuh orang ini.
Namun, hati Neva mengatakan untuk menolong orang ini. Sepertinya akan ada kejutan besar. Firasatnya biasanya selalu benar. Biasanya dalam novel begitu, bukan?
Entah benar atau tidak, apa salahnya mencoba?
Semoga saja tidak merugikannya.
Neva cukup kesulitan membawa orang itu kembali ke rumah. Ellio yang masih kecil tentu tidak dapat membantunya, lelaki kecil itu hanya bisa membantu membawa keranjang yang berisikan sayur, jamur, dan buah liar. Ditambah, untuk sementara waktu dia harus menyembunyikannya dari pandangan semua orang.
Barangkali ada musuh yang mencari sampai ke desa, bukankah gawat jika ada seseorang memberitahu kalau dialah yang menolongnya?!
Bisa-bisa dia dan Ellio dalam bahaya!
Yang pasti, untuk saat ini, Neva hanya bisa menolong orang tersebut dengan kemampuan maksimalnya. Selamat tidaknya tergantung apakah orang itu dapat bertahan!
Jangan salahkan dia kalau pemikirannya mungkin agak kejam!
****
Tbc.
Jangan lupa vote n komen:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother Of The Villain [END]
FantasyNevara Braverlyna, seorang wanita lajang tiga puluh tahun yang juga merupakan desainer terkenal hendak menghadiri sebuah pameran busana kelas dunia, namun nahasnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dia pun meninggal dalam kejadian ter...