Hari terakhir babak final yang telah berlangsung selama beberapa hari akhirnya tiba. Selama ini, Ellio selalu memenangkan pertarungannya. Namanya kini dikenal banyak orang. Bahkan, banyak orang yang bertanya-tanya keturunan siapa sehingga bisa begitu hebat.
Neva juga telah melihat rupa protagonis pria yang masih kecil. Alec Mavish, itulah namanya. Dia merupakan anak yang diadopsi oleh Duke Mavish setahun lalu dari panti asuhan. Dalam novel diceritakan kalau duke melihat keunggulannya dalam berpedang dibandingkan anak seusianya. Jadi memutuskan untuk mengadopsinya.
Alec juga merupakan salah satu peserta yang masuk 4 besar. Ya, tinggal 4 peserta saja yang akan bertarung memperebutkan kemenangan.
Neva tak tahu apakah putranya bisa menang dari sang protagonis. Meski dia bisa melihat kehebatan putranya, tetap saja Neva takut alur novel akan mempengaruhi jalan hidup putranya. Neva tak mau dan takkan membiarkan semua itu.
Diceritakan dalam novelnya kalau Alec-lah yang seharusnya memenangkan kompetisi ini. Tapi dengan keberadaan Ellio, Neva tak yakin apakah masih Alec yang akan menjadi pemenang atau bergeser posisi pada Ellio.
Baik, lupakan dulu soal pemenang. Kita bahas lanjutan cerita. Dalam novel, karena menjadi pemenang Alec dipuji sebagai jenius kecil oleh semua orang. Duke Mavish sangat bangga pada anak angkatnya itu, dia benar-benar mengagumi visinya. Bahkan raja sampai turun tangan, memerintahkan Jenderal Algerion menjadi guru bagi Alec. Alasannya agar Alec dapat menjadi ksatria hebat pelindung Eanhart. Memang benar ya, lingkaran cahaya protagonis tidak main-main. Algerion pun menerimanya walau berat hati, karena titah raja tak bisa dibantah.
Tapi, Neva merasa miris. Kerajaan ini mengorbankan banyak hal untuk pertumbuhan serta pengembangan sang protagonis, namun apa yang didapat? Hanya pengkhianatan!
Meski Neva memahami pikiran protagonis juga sih, yang balas dendam karena keluarganya dibunuh serta kerajaannya diambil, digabungkan menjadi wilayah Eanhart. Tapi perlu diingat, dia hanya anak haram. Bahkan keluarga aslinya saja tak memperhatikannya. Dan perebutan kekuasaan juga hal yang lumrah di zaman ini. Siapa yang kuat dia yang menang!
Neva berpikir, apakah protagonis itu tak mempunyai rasa cinta untuk tanah air Eanhart yang telah membesarkannya?
Ah, benar-benar serigala bermata putih!
Intinya, seorang yang tak tahu terima kasih.
Dan bahkan kematian Algerion, Neva curiga ada sangkut pautnya dengan Alec di dalamnya. Karena kan, secara umum yang memimpin penyerangan kerajaan asal sang protagonis adalah Jenderal Algerion. Hanya saja dalam Novel tak diceritakan detailnya. Dan inilah, yang menyebabkan Ellio tak pernah bertemu ayahnya walau diakui keluarga Algerion.
"SELAMAT DATANG SEMUA DALAM ACARA PUNCAK KOMPETISI PEREBUTAN BEASISWA AKADEMI EQUELLA. HARI INI MERUPAKAN HARI TERAKHIR KOMPETISI DAN HARI YANG AKAN MENENTUKAN SIAPA PEMENANG YANG PATUT KITA BANGGAKAN. BLA... BLA... BLA... "
Neva mengalihkan pikirannya ketika pembawa acara mulai bersuara. Pada sambutan kali ini, ada juga sambutan baginda raja. Yap, raja dan ratu menghadiri acara terakhir ini. Lagipula, mereka juga ingin mengetahui siapa jenius yang lahir tahun ini, baik dari kalangan bangsawan ataupun kalangan biasa.
Di sisi lain, di ruang istirahat peserta. Menunggu nama mereka dipanggil, beberapa dari mereka saling berbincang ringan. Mereka adalah lawan, tapi kalau sebelum bertanding begini sih anggap saja kawan. Walau mungkin ada yang sama sekali tak menganggap yang lain kawan.
Seperti bocah lelaki yang satu ini.
"Galellio, aku pasti akan mengalahkanmu!" Yang berkata begitu tak lain adalah protagonis kita—Alec.
Alec sudah sering mendengar pujian sebelumnya karena kehebatan berpedangnya. Namun, semua berubah ketika sampai kompetisi ini. Pujian yang harusnya diperuntukkan dirinya beralih pada Galellio, rakyat jelata yang tak jelas asal usulnya.
Ellio menatap Alec datar. Tidak peduli dengan perkataannya. Lagipula, apa-apaan bocah ini, tiba-tiba menargetkannya. Ah, biarlah. Apapun yang dikatakannya tak membuatnya cemas ataupun ketakutan.
Alec yang tak diacuhkan menggeram kesal. Awas saja! Dia pasti akan mengalahkannya!
Alec yakin kekuatan Galellio tak berbeda jauh darinya atau bahkan mungkin dibawahnya. Yap, begitu arogan bocah itu mengira dirinyalah yang terhebat, yang lain mah tidak masuk ke matanya.
Tak lama kemudian, Alec dipanggil untuk melangsungkan pertarungan. Lelaki kecil itu berjalan keluar dari ruang peristirahatan dengan langkah angkuhnya. Seakan sudah ditentukan kalau dialah pemenangnya.
"Hei, lihatlah betapa angkuhnya si Alec!"
Dan ya, Alec pergi teman lainnya mulai menggosipkannya. Padahal tadi wajah mereka ramah sekali, seakan mereka adalah kawan tanpa rasa persaingan. Tetapi ya beginilah sifat manusia, bahkan jika masih bocah kecil semacam mereka. Tak lepas dari sifat saling membicarakan. Walau mungkin masih ada beberapa orang yang tulus.
"Ya, kau benar! Dia seakan tak ingat kalau dia hanya anak yang diangkat bangsawan," sahut yang lain, anak ini sudah kalah pada pertarungan sebelumnya. Tapi masih disana untuk meramaikan suasana.
Maklum saja, hari terakhir. Banyak peserta yang sudah masuk 32 peserta lolos final sebelumnya berkunjung. Nanti mereka akan diberi piagam, walau tak menang. Jadi, mereka masih bisa keluar masuk bertemu peserta lain.
Salah satu bocah perempuan —yang dulu juga merupakan salah satu peserta— menatap Ellio penasaran, tak lupa ditambah ekspresi kesalnya. "Eh, Galellio! Kenapa kau diam saja diancamnya? Harusnya kau melawan!"
"Aku mengerti sih, kau pasti takut ya membuat masalah dengan anak bangsawan itu. Walau Alec hanya anak angkat, tetapi karena bakatnya dia cukup diperlakukan layaknya anak bangsawan sejati." Bocah lainnya berkata seakan mengerti pikiran Ellio, padahal mah dia salah besar.
"Haish, benar-benar pemenang kehidupan ya."
Ellio diam, tak ikut menjawab maupun membicarakan orang lain dengan mereka. Bocah itu kini sibuk dengan pikirannya yang menantikan berakhirnya pertarungan. Apalagi kalau bukan ingin segera bertemu ibunya. Lelaki kecil itu sunggubh merindukannya.
"Ellio, nanti aku lawanmu ya... Mungkin kau akan menang. Tapi nanti jangan terlalu keras menyerangku ya... " Seorang bocah berambut pirang, yang akan menjadi lawan Ellio berkata dengan memelas.
"Tak janji."
"Yahh... " kecewa bocah itu. Tapi dia tak bisa berbuat apapun. Semoga saja dia tetap baik-baik saja walau Ellio menyerangnya ganas.
"Ck, lemah sekali! Begitu saja takut." Seorang tiba-tiba berbicara dengan nada menghinanya. Siapa lagi kalau bukan Alec, yang baru saja menyelesaikan pertarungannya. Tentu dengan kemenangan.
"Tapi, kau memang ditakdirkan kalah sih!" lanjutnya tak lupa tampilan ekspresi mengejeknya.
Lalu Alec mengalihkan pandangannya menatap Ellio angkuh. "Dan jangan lupa, lawanmu sebenarnya adalah aku, Galellio!"
****
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother Of The Villain [END]
FantasyNevara Braverlyna, seorang wanita lajang tiga puluh tahun yang juga merupakan desainer terkenal hendak menghadiri sebuah pameran busana kelas dunia, namun nahasnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dia pun meninggal dalam kejadian ter...