Berita bahwa Jenderal Algerion tengah mengangkat murid telah tersebar luas di penjuru kerajaan. Banyak anak yang menyayangkan hal tersebut, kenapa bukan diri mereka yang terpilih. Tetapi mau bagaimana lagi, mereka juga tak bisa berbuat apa-apa.
Perjamuan penerimaan murid yang dijanjikan Algerion sudah ditetapkan waktunya. Hanya saja lelaki itu tak mengikuti aturan. Jadi, tanpa menunggu dilakukannya upacara penerimaan murid, lelaki itu malah langsung melatih muridnya dulu. Lagipula, muridnya adalah putranya. Jadi sah-sah saja bukan?
Ellio, sebagai sosok bocah yang banyak diperbincangkan. Selain menjadi pemenang utama kompetisi perebutan beasiswa, kali ini dia juga menjadi pembicaraan khalayak tentang dirinya yang diangkat menjadi murid oleh sang Jenderal.
Bisnis Neva pun juga semakin membaik. Selain berkat bantuan tersembunyi Algerion, alasan lain karena reputasi Ellio. Toko kecilnya yang baru dibuka kini tengah ramai pengunjung. Mengingat dirinya adalah ibu Ellio. Hal ini tak dapat disembunyikan, terutama dari mata para bangsawan karena masing-masing dari mereka pasti punya informan tepercaya kan.
Kini Ellio baru tiba di kediaman sang Jenderal yang megah. Selain akademi dan istana yang tak dapat dikunjungi, ini ketiga kalinya lelaki kecil itu melihat kediaman yang begitu besar dan megah.
Dia dulunya hanyalah bocah kecil malang yang hidup di kota kecil. Dalam benaknya, tak pernah sekalipun terpikir dia bisa melihat dan memasuki kediaman besar dan megah dalam hidupnya ini. Tetapi dia tak menyangka, saat ini dia bisa menginjakkan kaki di tempat indah ini. Semua bagai keajaiban.
Ellio merasa hidupnya penuh keajaiban sejak ibunya berubah menjadi baik padanya. Oleh karena itu, dia sangat bersyukur memilki ibunya.
Setelah memasuki kediaman, Ellio langsung dibawa ke tempat latihan oleh salah seorang pelayan.
Tempat latihan di kediaman Jenderal benar-benar patut diacungi jempol. Fasilitasnya benar-benar lengkap. Ruangnya pun luas dan terdiri dari berbagai macam ruang pelatihan, ada yang indoor dan outdoor. Misal, ada ruang untuk berpedang tepatnya di luar ruang, semacam lapangan begitu. Adapula tempat memanah yang berada di dalam ruang, dan lain sebagainya.
Ellio mendatangi ruangan yang khusus untuk berlatih sihir, kebetulan merupakan ruangan luar. Jadi tampak di sebuah lapangan luas dengan tembok-tembok tinggi yang mengelilinginya. Lelaki kecil itu melihat sang Jenderal yang tengah berdiri gagah bak pelatih di tengah lapangan. Tampak menunggunya?
"Salam, Guru!"
"Mohon maaf, apakah saya terlambat?" Ellio kecil dengan sigap bertanya apakah melakukan kesalahan di hari pertamanya.
Tentu, akankah Algerion menyalahkan putranya. Lagipula dia yang terlalu antusias untuk bertemu dengannya lagi. Jadi lelaki itu dengan wajah sok datar menjawab, "Tidak."
Ellio menghela nafas. Tetapi dia mendengar Jenderal melanjutkan kalimatnya, "Namun, jika lain kali kau terlambat tentu ada hukuman."
Sebagai Jenderal, dia tetap harus menunjukkan wajah berwibawanya. Bahkan jika itu pada putranya, terlebih putranya saat ini belum mengenalinya sebagai 'ayah'.
"Baik, guru!"
Sebelum dimulainya latihan, Jenderal mengajak Ellio berbincang mengenai perjamuan upacara penerimaannya sebagai murid. Sebenarnya Ellio tak masalah ada atau tidak jamuan itu. Tetapi karena sang guru mengatakan bahwa itu perlu, jadi Ellio hanya biasanya menerima dengan pasrah.
Usai pembicaraan itu, Algerion langsung mengajak Ellio berlatih. "Ya sudah, ayo kita mulai latihan!"
"Baik, Guru!"
Karena Algerion tahu Ellio sudah menguasai banyak pelajaran darinya. Dia hanya mengajarkan beberapa gerakan yang belum sempat diajarkan. Dia juga dengan sengaja tak menyembunyikan rahasianya bahwa dia adalah Rio. Namun, itu tergantung apakah Ellio dapat mengenalinya atau tidak.
Lagipula, tak selamanya dia dapat menyembunyikan identitasnya.
"Apa kau siap, Ellio?"
"Lakukan lagi, Murid kecil!"
"Bagus!"
Beberapa ucapan dan gerakan memang terasa familiar. Ellio kecil agak bingung, dan menduga-duga dalam pikirannya, apakah sebenarnya paman Rio-nya dulu itu juga belajar dari sang Jenderal. Ataukah keduanya mempunyai guru yang sama?
Awalnya Ellio masih tak dapat menebak apakah Jenderal atau Rio adalah orang yang sama.
Tetapi dengan pikiran jeniusnya, berdasar pengalaman latihan yang didapat dari Paman Rio -yang saat itu pernah menjadi gurunya- dan membandingkan dengan Jenderal -yang saat ini yang menjadi gurunya, Ellio tampaknya mulai menyimpulkan satu hal.
Mereka berdua adalah orang yang sama.
Karena setiap orang tak mungkin memiliki metode yang persis sama dalam mengajarkan kemampuannya pada orang lain. Bahkan jikalau pun ada, pasti masih ada sedikit perbedaan diantaranya.
Jadi, usai latihan dengan berani Ellio menanyakan. "Guru, apakah Anda adalah orang yang sama dengan paman Rio?"
Algerion yang awalnya berwajah datar tiba-tiba tertawa kecil. Lelaki itu kemudian berkata ringan seolah bukan hal yang mengejutkan. "Ah, kau sudah menyadarinya ya... "
"Senang bertemu kembali denganmu, Ellio, murid kecilku!"
"Tapi, kenapa Guru bisa terluka dan menjadi paman Rio?" Ellio bertanya hal yang menurutnya masih membingungkan.
"Itu karena menjalankan misi kerajaan dan guru tidak sengaja terluka. Alasan menjadi paman Rio-mu itu juga karena penyamaran saat misi. Namun, semua ini rahasia. Tidak bisa diceritakan lebih banyak."
Ellio mengangguk paham. Dia sebelumnya sempat lupa kalau gurunya ini juga seorang Jenderal.
"Ah ya, bahkan pada ibumu. Jangan menceritakannya!" tambah Algerion.
Karena gurunya berkata bergitu, Ellio jadi tak bisa mengatakan bahwa Jenderal adalah orang yang sama dengan paman Rio-orang yang telag mereka tolong sebelumnya.
Si kecil itu tak tahu saja, alasan utama agar Ellio tidak mengatakan kepada ibunya bukan karena hal itu sangatlah rahasia, tetapi karena keinginan egoisnya agar Neva tak mengetahui bahwa dirinya orang yang sama dengan Rio.
Jika wanita itu tahu, Algerion yakin wanita itu pasti akan langsung menjauhinya. Mengingat bagaimana sikapnya yang begitu ketakutan ketika bertemu dirinya -yang menjadi Jenderal.
****
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother Of The Villain [END]
FantasyNevara Braverlyna, seorang wanita lajang tiga puluh tahun yang juga merupakan desainer terkenal hendak menghadiri sebuah pameran busana kelas dunia, namun nahasnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dia pun meninggal dalam kejadian ter...