"Ibu, Ellio lolos!"
Si kecil Ellio langsung menabrakkan diri ke tubuh ibunya. Memeluknya erat. Rasa senang menjalar di hatinya. Dia dapat membanggakan ibunya dengan lolos babak penyisihan.
"Putra ibu hebat sekali!" puji Neva. Membuat Ellio tersenyum senang.
"Baiklah, untuk merayakannya ayo kita makan makanan enak di rumah makan dekat sini." Neva berkata dengan riang. Wanita itu mengambil tangan putranya untuk berjalan mencari rumah makan terdekat.
"Tapi, makan di rumah makan itu mahal, Bu!" cicit Ellio pelan.
"Kita masak sendiri saja." lanjutnya memberi saran.
Neva menggeleng. "Tidak!"
"Meski kita bisa memasak sendiri tapi ibu ingin Ellio merasakan bagaimana rasa makanan enak di sebuah rumah makan."
"Ayo, sekali-kali tidak apa-apa, Sayang!" Neva menarik si kecil itu tanpa memberinya waktu untuk menolak.
"Mm, baiklah Bu!"
Mereka akhirnya menemukan rumah makan tak jauh dari tempat asal. Rumah makan yang dipilih bukan yang terbaik, tapi dapat dikatakan baik dan mempunyai cukup reputasi.
Neva masuk bersama Ellio yang sedari tadi mengamati dekorasi serta lingkungan sekitar. Walau kagum namun si kecil itu hanya bisa menunjukkan melalui binar matanya, kalau dia berseru nanti malah diejek kampungan. Dia tak ingin dirinya dan ibunya mendapat ejekan semacam itu.
Keduanya mulai memesan makanan tanpa tahu ada seorang yang mengamati mereka.
"Jenderal, apa sebaiknya kita kesana?" bisik Calvin yang kini mengikuti bosnya menyamar. Mengamati pasangan ibu dan anak —yang tak lain adalah Neva dam Ellio.
Calvin tak tahu kenapa bosnya itu harus turun tangan sendiri mengamati mereka, padahal setahunya bosnya itu sudah mempekerjakan penjaga bayangan untuk mengawasi mereka.
Namun, saat akhirnya melihat secara langsung penampilan anak yang diawasi bosnya, tampaknya Calvin bisa menebak sesuatu. Hanya saja, sebagai bawahan dia diam. Tak banyak tanya.
"Tidak perlu." Algerion berkata datar. Matanya masih setia mengawasi ibu dan anak itu.
"Oh ya, pesankan mereka makanan, jangan sampai tahu dariku."
"Baik, Jenderal."
Calvin yang sudah biasa dan mengerti maksud bosnya langsung masuk menemui manajer rumah makan. Dia sendiri sudah dikenal oleh orang-orang besar diibukota sebagai tangan kanan Jenderal Algerion. Jadi, mereka juga sangat menghormatinya.
Kembali pada Neva dan Ellio. Meski makan di rumah makan mewah, mereka tetap berhemat. Neva sebenarnya sudah membiarkan Ellio memesan berbagai makanan yang disukainya, namun Ellio menolak. Dia berkata agar mereka berhemat saja.
Beberapa saat kemudian, makanan tiba. Namun, ada yang aneh. Hidangan mewah yang beragam ini jelas bukan pesanannya. Apa pelayan rumah makan mewah bisa salah?
"Wahh bu, kenapa makanannya jadi banyak?" Ellio berkata ragu melihat banyak hidangan yang tersaji di meja.
Neva sontak menghentikan salah satu pelayan yang bertugas menyajikan makanannya. "Maaf, sepertinya ini bukan menu pesanan kami."
"Ah, iya Nyonya. Memang benar!" Pelayan itu membenarkan. "Namun, kalian berdua sangat beruntung karena mendapat hadiah istimewa rumah makan kami."
"Hadiah istimewa? Atas dasar apa?"
"Ah itu... Rumah makan kami biasanya memang begitu. Tiba-tiba memberi kejutan pada pelanggan."
Namun, dia kan bukan pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother Of The Villain [END]
FantasyNevara Braverlyna, seorang wanita lajang tiga puluh tahun yang juga merupakan desainer terkenal hendak menghadiri sebuah pameran busana kelas dunia, namun nahasnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dia pun meninggal dalam kejadian ter...