1

534 10 0
                                    

"Heh curut! Lo yang ambil pulpen gue ya?!" teriak gadis bertubuh kecil, imut tapi bermuka garang. Namanya Fanisa Angelita Raesha, cantik sih, cantik banget malah, suka pukul orang, cerewet, kalo melirik beuhhhh nglebihin lirikannya mba kunti. Patutnya ceburin aja nih ke kali.

"Apaan? Main tuduh aja lo. Ogah gue ngambil pulpen lo, pulpen gue aja dirumah banyak." Si ganteng yang dituduh tersentak, tiba-tiba saja telinganya seperti kesetrum ketika mendengar teriakan Fani, Si cewek yang dianggap sebagai 'pengganggu' dihidupnya selama 5 tahun belakangan ini. Si ganteng itu namanya  Rayhan Abhizar, kalau ditanya hobinya apa, hobinya Ray yang pertama jail sama Fani, yang kedua suka ribut sama Fani, dan yang ketiga suka balapan.

Dari awal masuk SMP, Ray sama Fani tidak pernah yang namanya tidak adu mulut. Tiap hari, tiap jam, tiap menit pasti ada saja yang diributkan. Mereka berdua egonya sama-sama tinggi, seperti tidak ada kata maaf di kamus hidup mereka. Tapi itulah, sehebat apapun mereka berantem, seribut apapun mereka debat kalau salah satu tidak keliatan lubang hidungnya pasti dicariin. Dan buktinya mereka sampai sekarang bareng terus walau dalam lubuk hati terdalam mereka ada secuil kata 'lelah' tapi ya itu balik lagi ke ego mereka yang tinggi.

"Sombong amat! Ya terus pulpen yang ada di loker meja gue mana?!" saut Fani.

"Ya mana gue tahu, awas ah gue mo pergi, males liat muka lo yang kaya nenek lampir." dengan rasa kesal dan malas akhirnya Ray memutuskan untuk pergi dari hadapan Fani. Karena entah setan apa yang merasuki dirinya, kalau lihat wajah Fani rasa-rasanya Ray pengin nampol.

"Iiishhh ngeselin banget sih lo! Dasar cowok gila!"

~*~

Ada satu lagi cewek yang tidak kalah cantiknya dengan Fani, atau mungkin ketularan virus cantiknya Fani secara mereka selalu bareng layaknya pisang dempet. Gladis Jisthara, namanya cantik kan? dia sahabat tersayangnya Fani. Sifat Gladis sedikit berbeda dari Fani, Fani yang suka petakilan beda sama Gladis yang lebih anggun, Fani yang suka teriak-teriak beda sama Gladis yang lebih enak bicara pelan pelan, Fani yang suka malu-maluin beda sama Gladis yang rada pemalu sedikit. Oke sepertinya cukup sampai disini introduction about Gladis.

Dan sekarang ini Fani bersama Gladis sedang duduk dibangku kantin yang kosong, letaknya di sisi kanan paling belakang. Fani tak sadar kalau dikantin itu juga ada si Ray sama gengnya. Yasudah biarkan, Fani jangan sampai lihat, kalau lihat ah sudah jadi perang dunia.

"Fan lo yang pesen ya gue mager asli." titah Gladis.

"Alah lo mah tiap hari mager, tulang lo kaku yah? Makanya gak bisa gerak banyak." ejek Fani dengan kekehan diakhir.

"Udah jangan banyak ngomong! Sana pergi, gue laper."

Dalam hati Fani menyumpah serapahi Gladis. Kenapa dirinya jadi seperti babu?

"Iya sabar udah kaya sultan aja lo! Mau pesen apa?"

"Samain aja kayak lo." ucap Gladis tanpa mengalihkan atensinya dari layar ponsel.

"Ntar kalo gue pesen nasi basi lo juga pesen nasi basi?"

"Iya, ntar juga kita mati bareng." Gladis terkekeh kecil ketika perkataannya membuat Fani melotot lucu. Definisi sahabat sampai mati bukan.

"Gila lo!" Fani pergi meninggalkan Gladis untuk pesan makanan.

Memilih warung mie ayam sebagai tempat yang dia tuju. Karena demi apapun Fani suka sekali sama makanan yang satu ini. Kalo disuruh memilih antara bakso sama mie ayam, Fani jelas milih mie ayam, lidahnya dia lebih cocok ke mie ayam. 

"Bu mie ayam  2." kata Fani.

"Bu mie ayam 2." perkataan Fani tadi dibarengi dengan suara cowok yang Fani hapal betul.

Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang