Di meja makan, suasana hening hanya ada suara dentingan sendok. Ray dan Fani masih memilih untuk diam, tidak ada yang berniat berbicara. Sampai setelah acara sarapan selesai, Ray mulai mengeluarkan suaranya.
"Fani, masalah tadi mal-"
"Gak usah dibahas lagi, anggep aja angin lalu." ucap Fani sambil membereskan piring-piring dan membawanya ke wastafel dapur untuk dia cuci. Jangan kalian pikir karena ada Bi Irah, Fani jadi tidak pernah melukan pekerjaan rumah, salah. Fani tidak pernah menyerahkan semua pekerjaan rumah ke Bi Irah, kalau Fani bisa dan lagi tidak sibuk ya Fani lakukan.
"Nanti ikut gue ya?"
"Ke apartemen Lea." Lanjutnya.
"Ngapain? Mau jadiin gue nyamuk?"
"Jenguk Lea dia yang keseleo, sama mau ngasih tau ke Lea kalau gue udah nikah."
Fani menghentikan kegiatannya, jadi selama ini Lea belum tahu kalau Ray sudah menikah. Ray membohongi dua perempuan ternyata, hilang kemana hati dan pikiran Ray, tolong siapapun kembalikan.
"Definisi orang bego ya lo tuh!" Fani pergi ke dapur meninggalkan Ray sendiri di meja makan.
Ray tersenyum tipis, bagi Ray sikap Fani yang galak seperti ini jauh lebih baik dari pada sikap Fani yang lembut tapi menyedihkan, seperti tadi malam. Benar-benar membuat hati Ray seperti terbelah menjadi dua.
~*~
Sekitar jam 10 pagi, Ray dan Fani pergi menuju ke apartemen Lea. Fani sih jujur belum siap melihat wajah Lea langsung didepannya nanti tapi ya demi mau klarifikasi jadi ya sudah. Semoga Fani tidak menampar Lea nanti.
Ray menyetir mobil dengan pandangan kosong, matanya memang ke depan tapi pikiranya terus berputar memikirkan bagaimana cara jujur ke Lea nanti. Ray tidak yakin Lea akan baik-baik saja apalagi kondisi fisiknya yang sedang kurang vit.
"Heh! Lo kenapa sih ngebengong?" Fani mencubit lengan Ray pelan, ternyata Fani peka. Ray tersadar langsung menggeleng cepat, dan kembali fokus menyetir.
"Lo bingung cara ngomongnya?"
Fani terlalu paham untuk memahami kondiri Ray. Ray menatap Fani ragu dan mengangguk pelan."Tinggal bilang aja, gue udah nikah."
"Ga segampang itu lah!"
"Kemarin lo gampang ngomong sama gue tuh." ucap Fani ada maksud sedikit menyindir. Fani tertawa miris memperhatikan muka Ray yang seperti orang bego. Ray itu cowok batu, padahal sudah berkali-kali kena sindir tapi tetap saja tidak sadar sama apa yang dia perbuat.
"Ya gue tau pacar lo lemah lembut ngga kek gue yang begajulan gini, harus ditata ya ngomongnya?"
"Udah Fan ngga mau ribut."
Setelah itu suasana didalam mobil benar-benar hening, Fani memilih untuk memakan biskuit yang dia bawa dan Ray sibuk menyetir. Sepanjang perjalanan Fani tidak berbicara lagi karena menurutnya berbicara juga pasti ditanggapi Ray dengan jawaban kikuk, cuma Ray yang terkadang bertanya dan Fani jawab seadanya.
Tak lama mereka berkendara akhirnya sampai di apartemen Lea. Fani memandang apartemen yang lumayan besar didepannya dengan raut muka datar. Demi apapun saat itu raut muka Fani jutek, datar dan memberikan kesan kalau Fani orang yang bodo amatan, padahal sebenarnya dirinya malas bertemu dengan Lea.
"Ayo masuk." Ray menggandeng tangan Fani, Fani ingin melepaskannya tapi Ray tidak mengizinkan, kuat banget tangan Ray menggandeng tangan Fani. Fani pikir ya baguslah jadi nanti Lea langsung kena mental tapi itu semua cuma harapan Fani belaka, buktinya ketika sampai didepan pintu apartemen Lea, Ray langsung melepaskan tangan Fani tanpa Fani minta tanpa Fani suruh. Fani harus bisa menahan sakit di hatinya dan air mata yang kadang turun tiba-tiba, Fani harus tahan itu karena tidak mau menunjukkan sedikit pun kelemahan dan air mata didepan Lea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]
DiversosJadi ini adalah Nikah Muda Versi 2. Alur beda dikit, mungkin lebih rapih tulisannya. Jadi ya tidak sepenuhnya dirubah. Jadi kalaupun kalian ngga baca/belum baca "Nikah Muda" kalian ngga bakal bingung kalau langsung baca cerita ini. Enjoy ya