Cuaca sore hari ini sangat bersahabat, tidak panas tidak juga mendung hanya ada sekumpulan awan yang menutupi cahaya matahari ditambah angin semilir membuat anak rambut Ray dan Fani sedikit terbang.
Kali ini Ray dan Fani habiskan sore dengan duduk santai di teras ditemani secangkir teh hangat di meja. Sebenarnya tidak ada rencana untuk mereka nge-teh sore begini hanya saja tadi tidak sengaja Fani melihat Ray sedang duduk didepan dan Fani inisiatif membuatkan teh. Dan berakhir nge-teh berdua.
"Sepedanya bawa sini Fan, biar kalau pagi apa sore lo sepedaan keliling komplek." ucap Ray.
"Males, udah buluk. Oh iya besok ke rumah mama bentar ya?"
"Mau ngapain?" tanya Ray tanpa menoleh ke Fani, karena dirinya sedang sibuk mengelap kaca helm miliknya.
"Nada bicara lo kek ga mau banget gitu mampir ke rumah mama." ucap Fani sinis.
"Astaga kan salah. Gue gak maksud kek gitu."
"Iya iya. Gue mau ambil sepatu, sepatu gue ada yang masih disana." ucap Fani sembari menyesap teh hangatnya.
"Buat apa?"
"Saje nak ambil buat jalan-jalan bareng kau."
Ray menoleh ke arah Fani, lalu tertawa karena nada bicara Fani yang lucu, "Kok lo jadi kek upin ipin." Ray meletakkan helm yang menurutnya sudah bersih di bawah, lalu ikut menyesap teh hangat buatan Fani. Pas rasanya, tidak terlalu manis. Jujur Ray kalau disuruh memilih antara kopi dan teh, Ray lebih memilih kopi tapi bukan berarti dia tidak suka teh, masih suka apalagi kalau buatan Fani.
"Besok belanja mau?"
Fani memincing curiga, ada hal apa tiba-tiba Ray mengajaknya belanja?
"Ke mall, gak pernah kayaknya gue ajak lo ke mall dari kita nikah."
"Noh nyadar!" Fani melempari Ray dengan sendok bekas untuk mengaduk teh miliknya.
Ray meringis pelan, lemparan sendok Fani tepat mengenai pelipisnya untung tidak timbul luka. "Gak usah nyinyir! Mau gak? Kalo gak gue ajak Lea."
Senyum tipis yang awal-awal masih tampak dibibirnya kini perlahan hilang karena Ray yang tiba-tiba menyebut nama Lea disaat mereka sedang membuat moment berdua. Apa Ray tidak pernah sadar, setiap dirinya sedang berdua dengan Fani pasti hancur karena Lea? Harusnya dia lebih bisa menjaga hati Fani, Fani saja bisa menjaga hati Ray. Fani hanya minta ketika dirinya sedang hanya berdua dengan Ray jangan libatkan Lea sekalipun itu hanya nama.
"Ajak aja."
"Bercanda doang hahaha. Ayo kita jalan, kencan gitu?"
"Bayarin?"
"Iyalah kan ku suamimu sayang."
Fani melempari Ray lagi dengan sendok lagi, kali ini dengan sendok bekas mengaduk teh punya Ray. Seketika tawa Fani pun muncul lagi, nada bicara Ray itu seperti memiliki vibes sugar daddy sekali apalagi ekspresi Ray yang sangat mendukung, alisnya naik turun bermaksud menggoda.
"Ih hahaha ku istrimu sayang." Fani balik menggoda, "Eh Ray, gue pengin de-"
"Bentar Fan."
Ray menghentikkan ucapan Fani, dia sekarang fokus ke ponselnya yang tadi berdering sebentar tanda ada pesan masuk. Fani mencoba mengintip dengan siapa Ray berbalas pesan tapi gelap, kecerahan ponsel Ray bener-bener rendah. Tapi tidak perlu mengintip segala sih, karena sudah pasti Lea.
"Fan."
"Hm?"
"Gue ke apart Lea yah." Ray menyesap tehnya dengan cepat sampai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]
CasualeJadi ini adalah Nikah Muda Versi 2. Alur beda dikit, mungkin lebih rapih tulisannya. Jadi ya tidak sepenuhnya dirubah. Jadi kalaupun kalian ngga baca/belum baca "Nikah Muda" kalian ngga bakal bingung kalau langsung baca cerita ini. Enjoy ya