13

71 3 0
                                    

Rayhan Abhizar terlihat berkali-kali lebih tampan mengenakan jas hitam dan kemeja putih disertai dasi pita tak lupa juga bunga kecil yang terselip di saku kanannya, menjadi sorotan tamu undangan yang ada.

Ray dengan perasaan yang campur aduk, berjalan menuju altar pernikahan tak lupa senyuman manis yang selalu terbit dari bibirnya, dengan maksud mengurangi rasa gugupnya. Ray berusaha santai namun ketika melihat altar indah didepannya, hatinya kembali tidak tenang. Dan akhirnya Ray sampai di altar, menghela napasnya sebentar setelah itu dia tinggal menunggu seseorang yang bakal berdiri disampingnya.

Perhatian Ray teralihkan ketika dia melihat gadis cantik berbalut gaun pernikahan sedang berjalan di jalur menuju altar bersama kedua orangtuanya. Ray sampai tak berkedip memandang gadis yang sebentar lagi bakal menjadi miliknya itu. Fani benar-benar terlihat seperti princess apalagi ditambah mahkota bunga di kepalanya, vibes princess terpancar disana.

Fani tersenyum canggung karena merasa begitu diperhatikan oleh orang-orang disana. Apalagi orang yang berdiri sendiri di altar sana, memandang tanpa berkedip dan tanpa menoleh.

"Ma, takut." cicit Fani.

"Mama sama papa ada disini, jangan takut." ucap Amy menenangkan.

Dan akhirnya Fani sampai di altar, dia terlihat menunduk malu karena mata Ray yang tak berpindah pandangan sama sekali dari Fani, seperti tak ada bosannya memperhatikan Fani. Ray mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan kecil Fani dan Fani membalas genggaman tangan Rayhan.

"Bidadari yang sesungguhnya."

"Jangan nunduk, tatap gue, bentar lagi bakal mulai." lirih Ray dan Fani perlahan-lahan mendongakan kepalanya pelan menatap Ray, disana wajah Ray seperti mengisyaratkan untuk tenang dan yakin.

"Baiklah pernikahan akan dimulai." ucap Pendeta yang mana malah membuat Ray dan Fani semakin gugup. Maklum saja diumur mereka yang masih muda mereka harus melakukan upacara sakral yang sama sekali bukan untuk bercanda.

"Rayhan Abhizar apakah kau menerima Fanisa Angelita Raesha sebagai istri dan bersedia menjadi suami serta mencintainya dalam suka maupun duka sampai maut memisahkan?" tanya Pendeta menuntun pengucapan janji suci.

"Ya saya Rayhan Abhizar menerima Fani Angelita Raesha sebagai istri dan saya bersedia sebagai suami serta mencintainya dalam suka maupun duka sampai maut memisahkan." dengan tegas Ray menjawab, Ray sedikit bisa bernapas lega, tak menyangka dirinya bisa dan lancar mengucapkan janji suci pernikahan.

Kemudian Pendeta beralih ke Fani, "Fanisa Angelita Raesha apakah kau menerima Rayhan Abhizar sebagai suami dan bersedia menjadi istri serta mencintainya dalam suka maupun duka sampai maut memisahkan?"
Fani menutup matanya sebentar, kembali meyakinkan dirinya semoga saja ini jalan terbaik. 

"Ya saya Fanisa Angelita Raesha menerima Rayhan Abhizar sebagai suami dan saya bersedia sebagai istri serta mencintainya dalam suka maupun duka sampai maut memisahkan."

"Baiklah, saatnya penyematan cincin, silahkan." Pendeta mempersilahkan Ray dan Fani untuk saling memasangkan cincin.

Ray dengan segera memasangkan cincin dijari manis tangan kanan Fani begitu juga sebaliknya, Fani memasangkan cincin dijari manis tangan kanan Ray dan sejak saat itu mereka berdua sah sebagai suami istri dimata agama maupun negara. Ray dan Fani saling tatap tak percaya, kalau sekarang mereka sudah menjadi pasangan suami istri.

Em perlu kalian ketahui, cincin pertunangan mereka, kini mereka simpan dengan cara dijadikan bandul. Cincin Fani, Fani gunakan sebagai bandul kalungnya sedangkan Ray sebagai bandul gelang ditangannya.

Tiba-tiba tanpa diminta dan disuruh Ray mendekat ke arah Fani. Tangannya merengkuh pinggang ramping Fani untuk lebih mendekat sedangkan tangan satunya memegang dagu Fani agar Fani mendongak menatapnya. Fani yang tahu Ray bakal melakukan hal seperti di adegan drama melotot tak terima, tapi Ray malah menampilkan smirk andalannya dan makin mendekatkan wajahnya ke arah Fani. Ray memiringkan kepalanya, perlahan lahan dia mendekatkan bibirnya untuk mencium bibir merah cerry Fani. Lalu sedetik kemudian, bibir Ray menempel sempurna di bibir Fani, membuat mata Fani terbelalak lebar. Ciuman itu tak hanya berakhir disitu, Ray menutup matanya dan merubah ciuman tadi menjadi sedikit lumatan. Rasanya jantung Fani benar-benar akan berhenti, kenapa secandu ini dan tanpa Fani sadari, Fani ikut menutup matanya.

Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang