34

46 3 0
                                    

Kalau ditanya sebahagia apa Ray, itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ucapan Lea kala itu memang benar, masalah selesai ketika satu orang mengalah untuk pergi. Dulu Fani yang merelakan Ray dengan Lea dan kali ini Lea yang merelakan Ray untuk bersama dengan Fani, karena mereka ditakdirkan untuk bersama, mau sebesar apapun masalahnya, ujung-ujungnya mereka akan kembali bersama.

Untuk Fani sendiri, kalau ditanya apa dia sudah memaafkan Ray, jawabannya sudah karena kembali lagi ke awal, Fani itu mencintai segala kekurangan Ray, lagi pula sesuatu yang baik kan kalau kita memaafkan orang, yang tidak baik itu kalau kita menyimpan dendam. Tapi walaupun Fani sudah memaafkan Ray, sudah melupakan masa lalu, yang namanya luka pasti akan berbekas bukan? Intinya sekarang Fani hanya ingin kembali membuat kenangan indah bersama Ray, hanya bersama Ray.

Lihat lah sekarang, baru sekitar 5 menit yang lalu Ray dan Fani berbaikan em lebih tepatnya memutuskan untuk kembali hidup bersama, sekarang mereka sudah kembali berani melakukan aksi romantis. Duduk berdekatan bahkan bisa dibilang sangat dekat, karena tangan Ray yang merengkuh pundak Fani dari samping, juga Fani yang menyenderkan kepalanya di dada Ray, sebenarnya Fani tidak ada niat untuk bersender di dada Ray hanya saja postur tubuhnya itu kecil dan ketika duduk, kepalanya sejajar dengan dada Ray.

"Fan, mau tau pas lo di London boleh?" ucap Ray.

Fani mendongak, menatap Ray sebentar kemudian menganggukan kepalanya. "I'm in London it's like in Indonesia. This is my home, there is also my home. I-"

"Bentar. Jangan inggrisan bisa ngga?" ucap Ray memotong perkataan Fani.

"Lo ngga bisa bahasa inggris ya?"

"Bisa, cuma otak lelet buat paham."

"Iyain. Jadi gue disana itu punya rumah, rumah kecil si kan pas itu kita mikirnya yang penting bisa buat tidur. Nyaman kok. Terus gue lanjutin sekolah, Kak Ara juga. Nah ditengah-tengah pendidikan, kita mutusin buat kerja, ya karena ngga mungkin lah cuma ngandelin uang papa disaat gue ngga tau gue disini lama apa ngga. Kalau lama kan kasihan papa."

"Kerja apa?"

"Pelayan cafe kalau Kak Ara dia jadi barista. Dari situ kita sadar, kalau cari uang itu ternyata ngga gampang hahah."

Ray ikut terkekeh, tak bisa membayangkan bagaimana Fani disana, karena yang dia tahu Fani itu rada sedikit pemalas, dan ketika disana ternyata dia belajar sembari bekerja. Tapi Ray akui Fani itu perempuan hebat, saat dulu itu umur Fani masih belum sedewasa ini dan dia sudah bisa membagi waktu. Kalau Ray saat itu malah sibuk meratapi hidup.

"Kerjanya pisah, ngga ada temen dong."

"Ada. Ace namanya."

"Cowok?"

"Banci! Ya cowok lah." ucap Fani sambil mengubah posisi duduknya menjadi menyamping, menghadap Ray langsung, "Dia orangnya baik, ngayomin gue banget. Gue sempet ada pikiran buat jadiin Ace masa depan gue loh."

Ray mendengus sebal sedikit tidak terima dengan perkataan Fani, "Udah smpet pacaran?"

"Kalau ini hati ngijinin, gue udah pacaran pasti, tapi masalahnya hati gue ngga ngijinin. Selama apapun Ace ngisi hari-hari gue, ngga bakal bisa buat gue luluh sama dia. Ngga tahu dah gue bingung ama hati gue sendiri, senyaman itu sama lo padahal lo ngga nyaman-nyaman banget si."

"Heh!"

"Bercanda. Em Ray, gue mau tanya, lo sama orangtua lo baik-baik aja kan?" kali ini Fani yang bertanya, sebenarnya Fani ingin bertanya hal ini dari kemarin tapi dia lupa. Ketika pemakaman Lea, Fani melihat ada yang aneh antara Papi Alex dan Ray.

"Kenapa emang?"

"Jujur sama gue."

Ray menghela nafasnya sebentar, lalu mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Fani, "Sebenarnya gue sama mami baik-baik aja, cuma sama papi itu rada kurang baik. Dari awal gue nikah sama Lea dia udah ngga se care dulu lagi. Tapi ngga masalah, gue ngga cuek balik kok. Sebenci apapun papi ke gue, gue percaya pasti masih ada secuil kasih sayang, buktinya gue dikasih kesempatan buat kerja di kantor papi. Terus yang paling bikin gue seneng, papi ngga benci Rafa sama sekali, bahkan papi bilang papi itu Opanya Rafa. Itu udah cukup banget buat gue."

Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang