Fani sampai dirumah sekitar pukul 5 sore. Moodnya turun setelah melihat Ray berdua dengan cewek lain, akhirnya Fani mengajak pergi Gladis dan berakhir bermain di timezone dengan maksud agar moodnya kembali naik dan melupakan kejadian di toko buku, menganggap tidak ada kejadian di toko buku, biar nanti dia bicara dirumah dengan Ray.
Fani pulang naik taxi juga, sampai di depan rumah ternyata mobil Ray sudah terparkir di garasi. Fani masuk ke dalam dan mendapati Ray sedang duduk santai di sofa sambil menonton tv. Fani melepas jaketnya lalu ikut duduk disamping Ray tanpa berbicara dan menoleh sama sekali. Ray menatap Fani dengan tatapan aneh, kenapa mulut istrinya seperti di lem? Bahkan wajahnya datar sekali.
"Kenapa Bu? Jutek amat!" ucap Ray sambil mencolek-colek dagu Fani.
"Ngga, Oiya tadi pagi lupa nanya, lo kan ada janji sama temen, siapa?"
Fani dapat melihat raut muka Ray yang berubah sepaneng, Fani terus menatap mata Ray tapi Ray malah menghindar, beda dengan biasanya ketika Fani menatap mata Ray, pasti Ray akan balik menatap. Tapi kenapa sekarang tidak?
"Oo temen balapan, cowok kok, itu dia minta anterin ke toko buku."
Bohong.
Fani meringis, kenapa sakit sekali hatinya. Kenapa mulut Ray dengan berani berbicara bohong ke Fani? Fani tebak pasti ada hubungan antara Ray dengan cewek tadi. Karena kalau tidak, pasti Ray tidak akan berbohong. Tapi lihat sekarang? Mulutnya sangat berani berbohong! Apa iya Fani harus mencurigai Ray?
"Oo. Tolong gerbang depan tutup Ray, lupa tadi." Fani memejamkan matanya, menyenderkan badannya di sofa berusaha memposisikan badannya senyuman mungkin. Dan Ray yang diperintah tanpa membantah berdiri dan keluar untuk menutup pintu gerbang depan.
Tring!
Mata Fani terbuka karena suara notifikasi handphone Ray, Fani melirik sebentar kemudian mengambil handphone Ray yang tergeletak disampingnya. Beruntung handphone Ray tidak Ray kunci jadi Fani dengan mudah bisa membukanya. Fani membuka aplikasi line, ada satu nama diurutan teratas setelah dirinya yang menarik perhatian Fani.
Leana Anjani
Tangan Fani bergerak membuka roomchat mereka dan Fani terdiam di tempat. Kembali lagi Ray membuat hatinya berdenyut sakit. Kenapa seakrab ini? Dan Ray kenapa membahas tentang perasaan ke orang yang bernama Leana itu? Ada hubungan apa Ray sama Lea? Itu pertanyaan yang sedang semrawut di otak Fani. Sekarang Fani benar-benar tidak dapat berpikir positif.
"Apa harus secepat itu Ray, lo ciptain luka dihati gue?" batin Fani.
Fani tersenyum tapi matanya pelan-pelan memburam, bahkan sekali kedip air mata Fani bisa langsung turun.
"Kenapa ngga dari dulu aja Ray kalau kaya gini, gue yang sakit."
~*~
Fani sedang duduk santai di depan tv setelah menyelesaikan makan malamnya. Ada yang beda dari makan malam hari ini, mereka tidak ada sesi saling mengobrol, Ray bilang kalau dia bakal pergi jadi harus siap-siap. Fani mengiyakan saja walaupun rasanya seperti ada yang kosong, tapi Fani memaklumi, mungkin Ray ada urusan penting.
Fani mendengar langkah kaki Ray yang mendekat ke dirinya, seketika aroma parfum Ray memenuhi penciumannya. Fani berharap, ketika Ray pulang wanginya tetap sama.
"Gue pergi dulu ya."
"Jangan pulang malem banget!"
"Iya ngga, oh ya besok art rumah kita dateng, Mama Amy kemarin yang cari katanya biar lo ngga sendiri kalo ngurusin rumah, juga biar lo ngga kesepian pas gue pergi." ucap Ray.
"Bagus deh."
"Yaudah gue pergi." setelah pamit Ray melangkah pergi, tapi ada yang kurang, "Ett cium dulu dong."
Ray mencium kedua pipi Fani dan terkekeh melihat pipi yang dia cium berubah menjadi merah. Ray suka ketika Fani salah tingkah karena dirinya, entahlah terkesan lucu seperti bukan Fani yang suka marah-marah.
"Dih malu, ingat ya lo itu milik gue, dan cuma buat gue walaupun lo ngeselin sih." Ray menonyor kepala Fani tapi setelah itu beralih mengusap pucuk kepala Fani. Fani hanya bisa diam seperti anak anjing. Sikap dia yang manis membuat Fani lupa akan Ray yang perlahan-lahan melukai hatinya.
Ray berjalan ke luar rumah dan mengeluarkan mobilnya dari garasi. Namun belum sempat dia naik, Ara datang. Ray mengernyit bingung, kenapa Ara datang malam-malam begini?
"Kak?" sapa Ray, Ara tersenyum dan menghampiri Ray yang sedang bersandar di mobilnya.
"Eh Ray."
"Ada apa nih dateng malem-malem?" tanya Ray.
"Ngga ada apa-apa sih, kan dari lo nikah gue belum pernah nginjak lantai rumah lo."
"Oh iya dah, itu Fani didalam sendiri."
"Lah lo mau kemana?"
Bukannya menjawab Ray malah diam dengan ekspresi wajah seperti orang kepergok maling. Ara juga bingung tapi tiba-tiba otaknya langsung menangkap sesuatu. Melihat dari tingkah dan raut wajah Ray sepertinya memang benar apa yang ada dipikirkan Ara saat ini.
"Lea?"
Ray menoleh dan menatap Ara terkejut.
"K-kok lo?""Hahaha gue ngga bego kali. Kemaren juga lo sama Lea?"
Ray mengangguk pelan tidak berani menatap Ara langsung. Ara menghela napas keras dan memukul kepala Ray rada keras sampai Ray sedikit meringis.
"Pikiran lo kemana sih? Lo tuh udah nikah, lo udah gak sebebas dulu. Jangan merasa masih sendiri deh Ray, ubah pola pikir lo jangan sampai hati lo ikut bego!" benar saja Ray mendapat omelan dari Ara. Ara yang cukup dekat dengan Lea di sosial media jadi cukup tau kedekatan Ray dan Lea, apalagi Lea sering mengunggah postingannya ketika bersama Ray. Ara selalu stalking dan memantau Ray, karena Ara tidak mau hati suci Fani, Ray sakiti dan sia-siakan. Fani tidak pantas diperlakukan seperti itu.
"Gue tau ini salah, tapi perasaan gue sekarang kaya gini."
"Dari awal gue udah bilang sama lo kan, mantepin hati lo cuma buat Fani, masa depan lo ada di Fani bukan Lea! Lo gak pernah bayangin gitu gimana perasaan Fani nanti kalau udah tau lo kayak giniin dia!" Ara benar-benar emosi saat ini, kenapa adik sepupunya yang ini begitu bejat, "Gue ngasih tau lo kalo Lea balik ke sini lagi bukan buat lo begini. Tapi buat lo supaya lebih waspada aja, supaya lo mantepin perasaan lo sama Fani. Bayangin kalo Fani giniin lo? Gimana perasaan lo? Lo tuh cuma tinggal berdua aja sama Fani, pake segala pergi malem! Kasihan Fani nungguin lo tiap malem! Harusnya lo nemenin Fani, nikmati awal nikah lo!"
"Tapi Lea juga tinggal sendiri, kasiha-"
"FANI ISTRI LO BEGO! emosi gue, nganggep Fani istri gak sih lo? Kalo ngga, balikin aja Fani ke orangtuanya." emosi Ara benar benar memuncak. Ara tak menyangka dengan jalan pikiran Ray sekarang, bukannya tambah dewasa malah tambah seperti anak kecil yang tidak tahu kemana arah hatinya.
"Gak! gak bakal gue lepasin Fani." tegas Ray.
"Gue yakin suatu saat nanti Fani sendiri yang bakal lepas dari lo!"
"Shit!" Ray dengan emosi masuk ke mobilnya dan pergi dari halaman rumah. Ray benci dengan perasaanya, kenapa harus dua orang?! Ray butuh ketenangan dan cuma Lea sekarang tujuannya.
Dan tanpa kedua saudara itu sadari, sedari tadi ada yang menonton perdebatan mereka dengan air mata yang terus turun tak dapat dibendung. Sakit sekali hati Fani ketika Ray mengkhawatirkan Lea yang tinggal sendiri, apa Ray lupa kalau sekarang dia sudah menjad suami? Entah sampai kapan Ray bakal merahasiakan ini, tapi percayalah semakin lama Ray diam semakin besar luka yang tercipta di hati Fani. Fani mungkin bisa menutup rasa sakit di hatinya, Fani mungkin bisa bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi jangan lupakan kondisi hatinya, suatu saat Fani juga pasti lelah dengan ini semua.
Karena ini masih awal dan Fani belum tahu betul siapa Lea jadi Fani ikuti saja permainan Ray.
"Sekarang gue ngeklaim lo jadi cowok berengsek Ray!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]
De TodoJadi ini adalah Nikah Muda Versi 2. Alur beda dikit, mungkin lebih rapih tulisannya. Jadi ya tidak sepenuhnya dirubah. Jadi kalaupun kalian ngga baca/belum baca "Nikah Muda" kalian ngga bakal bingung kalau langsung baca cerita ini. Enjoy ya