Fani berlari di sepinggir jalan dengan air mata yang terus berderai, dan langkah kaki yang semakin cepat. Kepulangannya malah disambut dengan fakta yang sangat membuat Fani tersentak kaget yaitu Ray yang sudah memiliki seorang anak dari Lea dan ditambah sikap juga sifat Ray yang kembali membuat beban di hatinya. Padahal Fani berharap keputusan ingin berpisah dengan Ray akan diterima Ray dengan baik mengingat Ray sendiri yang sudah memiliki anak serta istri baru. Tapi semuanya berkebalikan dengan apa yang ada dipikiran Fani. Berantakan.
Fani berhenti sejenak untuk menetralkan nafasnya yang tak karuan, dia menengok kebelakang dan mata Fani langsung membelalak lebar karena Ray ternyata sedang mengejar dirinya tapi yang membuat Fani tambah kaget dan kesal adalah Lea yang juga ikut berlari dibelakang Ray, entah siapa yang dia kejar, Fani atau Ray?
"Sial!"
Mengumpat pelan lalu Fani kembali berlari secepat mungkin menghindari Ray. Ketika sedang berlari, terbesit dipikiran Fani kalau dirinya menyebrang ke sisi jalan sana mungkin sedikit bisa membuat jarak dengan Ray, karena kondisi jalan saat itu sedang ramai, Fani bisa mengambil sedikit kesempatan untuk menyebrang dan berharap Ray juga Lea tidak bisa menyebrang karena kendaraan yang banyak berlalu lalang.
Tanpa berpikir lagi, Fani berlari menyebrang ketika jalan sedikit lenggang sampai akhirnya dia berada di sisi jalan yang berbeda dengan Ray. Tapi ketika hendak berlari lagi, tubuh Fani dibuat mematung karena suara dentuman seperti tubrukan yang berasal dari tengah jalan.
BRAKK!!
"R-ray." lirih Fani. "Ga mungkin. Ray ga mungkin celaka."
Fani perlahan menengok kebelakang dan betapa terkejutnya dia sebab ditengah jalan sana tubuh seseorang yang sangat dia kenal sudah terkapar tak berdaya dan penuh darah. Bukan, bukan Ray karena Ray tepat berdiri dibelakang Fani dan berada di sisi jalan yang sama. Seseorang penuh darah itu Lea.
"LEAAAA!"
Fani menjerit histeris, dia langsung berlari menghampiri Lea. Dengan tangan dan kaki yang bergetar Fani duduk bersimpuh, membiarkan pahanya menjadi bantal bagi Lea dan membiarkan bajunya terkena noda darah. Tangan Fani benar-benar bergetar tak percaya dengan apa yang terjadi, baru tadi Fani melihat Lea dengan penampilan cantiknya tapi tak ada satu jam Fani kembali melihat Lea dengan kondisi berbeda. Sangat mengenaskan.
"Le! Lea sadar Le!" Ray dengan raut wajah khawatirnya mencoba menyadarkan Lea dengan menangkup dan menampar-nampar pelan pipi Lea.
"Ray panggil ambulans!!"
Demi apapun saat itu Fani seperti melupakan kebenciannya kepada Lea. Fani sangat mengkhawatirkan kondisi Lea, bahkan air matanya sekarang mungkin turun karena melihat kondisi Lea yang tak memungkinkan lagi, jahat bila Fani hanya melihat tanpa ingin menyentuh tubuh Lea.
"I-iya." Ray hendak menelepon pihak rumah sakit tapi tangannya ditahan oleh Lea. Ray menatap Lea dengan penuh tanda tanya, tapi Lea hanya menggeleng kecil dengan senyuman yang menghias bibirnya.
"Le, kondisi lo itu bener-bener butuh pertolongan dari dokter, jangan ngeyel!" ucap Fani sedikit menggertak, geram sekali Fani dengan Lea.
Lea menatap dengan sayu Fani dan Ray bergantian, matanya benar-benar ingin tertutup kalau saja dirinya tidak menahan sekuat tenaga, rasanya seluruh badannya seperti dibanting sekeras mungkin dari atas, sakit sekali.
"B-biar gue aja yang pergi shhh... P-percaya nanti masalah yang kita a-lami bakal selesai. Akkhh! Tolong jangan benci Rafa, dia anak baik shh.. S-sakit." ucap Lea dengan terbata-bata ditengah rasa sakit yang menyerangnya dengan brutal.
"Le hei! Apa-apaan si, Ray ayo panggil ambulans ih! INI ISTRI LO BEGO Hiks..."
"T-titip Ray juga Rafa. M-aaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]
RastgeleJadi ini adalah Nikah Muda Versi 2. Alur beda dikit, mungkin lebih rapih tulisannya. Jadi ya tidak sepenuhnya dirubah. Jadi kalaupun kalian ngga baca/belum baca "Nikah Muda" kalian ngga bakal bingung kalau langsung baca cerita ini. Enjoy ya