26

51 2 0
                                    

Terkadang kita dibuat bodoh hanya karena cinta, memikirkan apapun yang terbaik untuk orang yang kita cintai tanpa memikirkan diri sendiri. Tapi ketika tamparan keras menyadarkan hati yang buta karena cinta, untuk melirik pun rasanya enggan apalagi berbalik. Kita bisa pergi ketika hati sudah tidak kuat menahan sakit dan mata sudah tidak kuat untuk menangis lagi. Untuk apa bertahan?

Mungkin Fani salah mengizinkan Lea untuk tetap menjalin hubungan dengan Ray, Fani bodoh seketika hanya karena Ray. Fani paham, tidak mudah untuk memutuskan hubungan sahabat, maka dari itu Fani ingin perlahan-lahan melepaskan Ray dari Lea dengan cara seperti itu, tanpa menyakiti hati Ray. Tapi semua itu mereka hancurkan, mereka permainkan semau mereka tanpa memikirkan siapa orang dibalik hubungan mereka.

Selepas dari apartemen Lea, Fani tidak pulang ke rumah, dia sekarang sedang berada di apartemen Ara. Beruntung tadi di jalan Fani bertemu dengan Ara. Ara terkejut ketika melihat Fani yang berjalan sendiri di sepinggir trotoar sambil menangis jadi langsung saja Ara bawa Fani ke apartemennya. Ara pastikan ini ulah Ray!

Ara mendudukan Fani di kursi, memberikan minum dan mencoba menenangkan Fani yang masih menangis sampai sesegukan.
"Fan, tenang dulu." Ara mengelus-elus pundak Fani, perlahan-lahan tangisan Fani mereda hanya tersisa sesegukan kecil. 

"Sakit Kak, Fani kalah."

Ara merengkuh tubuh Fani untuk dia peluk, merasa iba dengan kondisi Fani sekarang. Kenapa ada bidadari secantik dan sebaik Fani disia-siakan?

"Mau cerita?"

Fani mengangguk pelan lalu menceritakan semuanya ke Ara. Semua Fani ceritakan tanpa ada yang disembunyikan, bukan hanya masalah ini, masalah sebelum-sebelumnya juga Fani ceritakan. Karena hanya perempuan didepannya ini lah yang bisa Fani pegang saat dirinya jatuh. Dan Ara yang mendengarkan cerita Fani ikut merasakan apa yang Fani rasakan, sakit hatinya Fani bisa Ara rasakan. Tapi disisi lain, Ara benar-benar marah dengan Ray, sebejat itu sekarang Ray.

"Bawa gue pergi Kak hiks gue mohon." pinta Fani ke Ara. Ara bingung ingin menanggapi apa, iya dia janji bakal bawa Fani pergi tapi kali ini lebih baik kalau Fani istirahat dulu, karena kondisinya sedang tidak baik sekarang. Biarkan pikiran Fani sedikit tenang dulu.

"Iya iya, nanti gue bakal bantu bilang sama orangtua lo. Sekarang nurut sama gue ya, lo istirahat dulu, tenangin pikiran. G-gue keluar sebentar belanja sayuran buat makan malam kita. Oke?"

~*~

Bukan untuk belanja Ara keluar, melainkan pergi ke rumah Ray. Bukan maksud Ara untuk membohongi Fani, tapi kalau Ara memberi tahu Fani bahwa dirinya akan pergi menemui Ray bisa-bisa Fani melarang. Ara tidak tahan untuk bicara dan memarahi bocah tengil sok jagoan itu, Ara sudah wanti-wanti dari awal Lea datang tapi Ray semaunya sendiri melakukan ini itu. Sialan memang.

Ara masuk tanpa permisi, melupakan sikap sopan santunnya, Ara tidak peduli. Yang terpenting dirinya bertemu dengan Ray sekarang. Bahkan karena kedatangannya yang seperti perampok itu membuat Bi Irah tanpa sengaja memarahi Ara, Ara maklum saja dan tidak marah balik. Dirinya bertanya ke Bi Irah dimana tuannya sekarang, dan taman belakang tujuan Ara sekarang.

"RAYHAN!!"

Sampai ditaman belakang, Ara melihat Ray yang sedang berdiri membelakangi dirinya. Dilihat dari belakang saja sudah pasti Ray sedang melamun, meratapi nasibnya sekarang mungkin. Ara berdecih pelan, tidak ada guna juga Ray seperti itu, semuanya sudah terjadi malah Ray terlihat seperti orang bodoh sekarang.

"Ngga usah sok sedih!"

Ray spontan berbalik ketika mendengar suara yang sangat tidak asing baginya. Mendapati Ara berdiri didepannya membuat Ray mati kutu sendiri, Ray menatap perempuan didepannya sayu tetapi malah dibalas tatapan tajam oleh Ara. Ara berjalan mendekati Ray, rasanya ingin sekali Ara mencuci otak Ray.

Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang