12

61 2 0
                                    

Libur akhir semester dimulai hari ini sampai 3 minggu ke depan. Awali liburmu dengan menikah, eh bercanda. 2 hari lagi, pernikahan Ray dan Fani bakal digelar. Para orangtua sibuk kesana kemari mengurus pernikahan sedangkan para mempelai sibuk berbaring di kasur. Ya namanya anak tunggal, anak satu-satunya pasti di sayang banget, intinya apa yang membuat anak suka ya pasti orangtua bakal ikut suka.

Fani kalau lagi libur itu pasti tingkat kemalasannya naik berkali-kali lipat, tapi entah kesambet apa sekarang ini dia mau turun ke bawah ambil minum sendiri, biasanya dia kayak sultan, apa-apa diladenin. Sampai dapur, Fani lihat Bi Inah lagi masak. Fani jadi ingat, 2 hari lagi Fani bakal jadi istri, tapi perkara masak aja Fani belum bisa. Munculah satu dorongan untuk Fani belajar memasak sekarang. Ya coba belajar dulu, walaupun belum jago memasak, setidaknya tau mana merica mana ketumbar.

Fani mendekati Bi Inah, mencolek bahunya pelan sambil menampilkan cengiran kudanya.

"Kenapa Non?"

"Masak apa Bi?"

"Ini masak sup ayam, tumis kangkung sama tempe goreng, Bapak yang minta tadi." jawab Bi Inah sambil memotong sayur kangkung.

"Papa, Mama kemana?"

"Pergi sama orangtuanya Den Ray."

Fani mengangguk paham, kemudian dengan malu-malu Fani berkata "Bi ajarin Fani masak."

Bi Inah lumayan terkejut, karena selama dia bekerja dikeluarga ini, belum pernah Fani minta diajarkan untuk memasak, Non mudanya itu anti sekali dengan dapur dan hidup berdampingan dengan sifat malas. Tapi kali ini dengan tiba-tiba Fani minta diajarkan memasak, Bi Inah tidak mau bertanya-tanya lagi, cukup paham dengan keadaan Fani sekarang yang sebentar lagi bakal menjadi bagian dari keluarga Abhizar. Memang sudah seharusnya belajar tentang dapur.

"Iya sini, itu ada bumbu dimangkuk merah tolong diulek ya, itu bumbu buat tempe goreng."

"Kenapa ngga pake bumbu instan aja Bi?"

"Buatan sendiri lebih sehat dan mantap."

Fani mulai memasak mengikuti instruksi dari Bi Inah, mulai dari menggoreng tempe, menumis kangkung dan yang terakhir membuat sup ayam. Selama kegiatan memasak tadi, Fani juga sempet bertanya tentang bumbu dapur, dan dengan senang hati Bi Inah menjelaskannya, mulai dari merica sampai jahe, kunyit, lengkuas pun Bi Inah jelaskan. Sayang banget Fani sama Bi Inah.

"Finish." Fani bertepuk tangan kecil melihat masakan didepannya yang berhasil Fani buat, bangga rasanya. "Fani taruh di meja makan ya?"

"Iya silakan."

Fani membawa satu persatu makananya ke meja makan, dan kebetulan sekali mama dan papanya pulang. Fani bersyukur, makanannya jadi tidak dingin. Fani melempar seyum ke arah mama dan papanya, yang malah dibalas tatapan bingung dari kedua orangtuanya.

"Kenapa ma?"

"Ngga papa. Ngga makan kamu?"

"Ini mau."

Fani ikut duduk bergabung bersama orangtuanya, mengambil lauknya sendiri dan mulai makan. Pas makanannya masuk ke dalam mulut, wow tak menyangka bakal seenak ini, resep dari Bi Inah memang yang terbaik.

"Enak. Kaya ada yang beda dari biasanya, Bi Inah bener-bener mantap!" ucap Bram.

"Iya enak tumis kangkungnya gurih." tambah lagi pujian dari Amy.

"Itu Fani yang masak mah, pah." celetuk Fani sambil menampilkan senyum bangga, Fani itu memang tipe anak yang gampang banget bisa.

"Beneran? Dalam rangka apa kamu mau belajar masak? Enak lagi masakannya." tanya Bram.

Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang