14

59 2 0
                                    

"OY! "

"GILA! UHUUKK UHUKK! Kagetin aja lo, ni mie pedes cuy uhukk!"

Wajah Ray memerah karena keselek mie pedas ditambah panas, bahkan telinga-telinganya pun ikut merah. Kalian tau sendiri kan kalau kulit putih sekalinya dicubit atau semacamnya pasti langsung memerah. Jail banget si Fani memang.

Fani tertawa ringan, berjalan ke arah lemari pendingin dan mengambilkan minum untuk Ray. "Hehehe maaf, ini minum."

Setelah memberikan Ray minum, Fani ikut duduk disamping Ray, memperhatikan Ray yang sedang menyeruput mienya dengan nikmat.

"Kenapa ngga bangunin gue? Terus itu mie dari mana?" tanya Fani.

"Pintu kamar lo aja dikunci. Ini mie dari kemaren ada di rak atas. Perbanyak makan wortel makanya."

Fani mencubit lengan Ray pelan, lebih memilih untuk bermain HP dan menemani Ray makan. Untuk pagi kali ini, Fani belum bisa memasakkan Ray makanan karena tidak ada stok bahan makanan dirumahnya jadi niatnya hari ini Fani bakal belanja. Karena tidak mungkin juga setiap hari Fani kasih makan Ray mie instan terus yang ada ususnya keriting.

"Eh Fan, ntar gue mau pergi bentar ya." ucap Ray meminta izin untuk keluar sebentar. Sebenarnya sih Ray bisa langsung pergi saja tapi mengingat dirinya sudah tidak hidup sendiri jadi lebih baik meminta izin kalau pengin keluar.

"Pergi tinggal pergi!" ketus Fani, dia berjalan ke dapur membuat kopi untuk dirinya sendiri. Ray melirik Fani tajam, sudah izin malah dapat respon seperti ini, tidak izin nanti salah. Cuma bisa diam.

"Ngga kepo kemana?"

"Penting emang! Yang mau pergi kan lo, gue gak ikut. Yaudah."

"Pen gue lempar lo ke sumur!"

~*~

Ray mengendarai mobilnya sendiri ke arah Bandara Soekarno-Hatta. Bukan tanpa maksud Ray pergi ke sana, tadi pagi dia dapat kabar dari Ara kalo orang ya bisa disebut sahabat lamanya Ray minta di jemput di Bandara. Dan tidak tahu kenapa Ray mengiyakan tanpa ada beban sama sekali. Dan entah kenapa juga Ray ingin sekali melihat wajah orang itu yang mana terakhir Ray lihat waktu SMP.

Sampai di bandara, Ray menunggu di dekat pintu keberangkatan. Sesekali juga Ray memutar pandangannya ke sekeliling. Ray sedikit menyunggingkan bibirnya ketika mengingat wajah sahabat lamanya itu yang sebentar lagi dia lihat. Semoga Ray masih ingat kata Ara, dia hanya sahabat lama.

"RAY!"

Deg!

Ray terpaku ditempat, seseorang yang dia tunggu sekarang sedang berlari didepannya sambil melambaikan tangan. Melihat wajahnya membuat hati Ray berdetak tidak karuan, rasanya memori Ray balik ke masa kecilnya dulu saat masih bersama dengan orang itu.

"Hai sahabat!"

"Lea.." lirih Ray. Cantik, senyumnya tidak berubah, cara memanggilnya pun tidak berubah. Sahabat kecilnya dulu sudah berubah menjadi cewek cantik penuh pesona.

Leana Anjani Sanjaya teman ralat sahabat Ray yang sudah Ray anggap segalanya. Bersahabat dari kecil sampai waktu Ray SMP dia pergi. Dulu, mereka selalu bersama, tidak pernah ada rasa kesepian diantara mereka. Apa-apa selalu mereka ceritakan, setiap hari pasti Ray akan mengajak Lea ke taman belakang rumahnya yang dulu sebelum dia pindah rumah didepan rumah Fani untuk sekedar menceritakan hari-hari mereka.

Dan fakta lain kalau Lea itu cinta pertama seorang Rayhan, yah cinta pertama. Tapi Ray tidak berani mengungkapkan cintanya saat itu, karena takut Lea tidak mempunyai perasaan yang sama seperti Ray dan berujung persahabatannya yang hancur. Jadi Ray memendam perasaannya sendiri, sampai dimana Fani datang dan rasa cintanya untuk Lea sedikit hilang, berganti menjadi nama Fani yang terukir di hatinya.
Tapi... Kenapa Ray merasa aneh sekarang ketika melihat wajah Lea.

Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang