8

66 2 0
                                    

Pulang dari halte, Ray ngga buang-buang waktu langsung bilang sama orangtuanya, jelas mami dan papinya terkejut, ini diluar dari rencana mereka, tunangan dadakan. Tapi Ray dengan mulut manisnya mengungkapkan berbagai alasan kenapa dia minta cepet cepet tunangan sama Fani.  Termasuk Ray yang udah jatuh cinta kepada Fani pun dia sertakan sebagai alasan. Orangtua Ray mendengar hal itu tentu sangat mendukung bukan, karena yang mereka harapkan adalah hal seperti ini, jadi mereka sanggupkan permintaan Ray.

Merasa sudah mendapat persetujuan, Ray beralih ke rumah Fani. Dengan beraninya Ray berbicara kepada orang tua Fani, mengatakan kalau dia dan Fani bakal bertunangan besok. Fani akui nyali Ray memang ngga main-main.

Dan berakhir dengan pagi yang sangat rempong di rumah Fani.

"Astaga Fani! Kamu ngga pakai baju yang mama kasih? Fani ini tuh hari tunangan kamu. Terus turun kek bantuin mama dibawah. Ih kamu mah." 

"Aduh ma, dengerin Fani yah, hari ini Fani emang tunangan. Tapi Fani gak suka yang lebay lebay. Lagian ini tunangan juga dirumah. Keluarga Ray juga gak akan tuh naik mobil buat kesini. Fani pake baju gini aja. "

Definisi emak lebih rempong dari pada si anak yang mau tunangan. Gimana ngga berkoar mamanya Fani, penampilan Fani macam preman pasar. Fani cuma pakai kaos putih dipadukan dengan kemeja flanel dan celana jeans hitam dengan rambut yang diikat satu tak lupa dengan polesan make up tipis. Karena Fani berpikir ini tunangan antar tetangga ngga usah ribet-ribet segala tinggal nyebrang aja udah sampai.

Amy menghela napas pasrah, anak gadisnya ini memang anti mainstream.

"Awas kalau mama dapet komplen dari besan. "

"Alah besan. Siapa tau gak jadi. "
 
"Huss gak boleh ngomong gitu. Turun ntar kalau udah selesai. " mama Fani keluar dari kamar Fani.

~*~

Ray dengan segala persiapannya dan dengan didampingi juga oleh orangtuanya datang ke rumah Fani sekitar jam 9. Membawa beberapa makanan yang Sinta buat ala kadarnya. Menetralkan nafasnya karena jujur Ray sedikit gugup lalu mengetuk pintu dengan sopan dan disambut hangat oleh kedua orangtua Fani.

Orangtua Fani mempersilahkan Ray dan calon besannya masuk lalu Amy memanggil si gadis anti mainstream untuk turun. Fani yang saat itu udah siap, dengan santai dan riangnya meloncat loncat pelan turun tangga. Penampilan preman tapi tingkah anak kecil.

"Pagi Tan, Om, Ra-" ucapan Fani terhenti ketika melihat Keluarga Ray rapi banget. Benar benar rapi.

"Waduh rapi amat batik-batik kek mau kondangan. Lah gue kek bocah mau main. Perkataan Mama itu benar. Malu gue. " batin Fani.

Langsung Fani mendapat komplain pertama dan itu dari papanya. Fani menatap orang yang lagi berkumpul di ruang tamu satu persatu dan berhenti di Ray, Ray mengisyaratkan Fani untuk segera naik ke atas dan ganti baju dengan yang lebih sopan. Fani nyengir kuda dan membungkuk minta maaf lalu berlari ke atas untuk berganti baju. Malu pake banget.

"Udah dibilangin tadi, ngeyel dia." ucap Amy.

"Fani emang ngeyel Tan." saut Ray.

"Maafin Fani ya, acaranya jadi ketunda sebentar."

"Ngga papa."

Ngga butuh waktu lama buat Fani ganti, sekarang dirinya sudah siap. Memakai dress selutut berwarna hitam, lengan pendek, motif bunga di bagian bawah sangat cocok dengan kulit putih Fani. Fani seperti berubah menjadi princess, sangat perfect.
Dan ketika dirinya turun seketika pujian langsung Fani terima, dari mamahnya, dari papanya bahkan kedua orangtua Ray pun ikut memujii betapa cantiknya Fani sekarang. Jangan lupakan si cowok ternyebelin sepanjang masa, tatapannya benar-benar ngga bisa berpindah. Sepanjang Fani turun sampai Fani duduk diantara kedua orangtuanya pun mata Ray tak luput dari Fani.

Kisah Kita [Nikah Muda vers.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang